☆☆
"Jawab dulu!" tegas Naya.
"Kenapa akhir-akhir ini kamu hindarin aku?"Taemi menghela nafas sejenak.
Beberapa hari yang lalu, Rosi pernah memberitahunya untuk berhati-hati pada gadis itu, dengan menjaga jarak. Dan sekarang, dia paham, kenapa Rosi berbicara seperti itu mengenai Naya.
Sisi imej baik-baik seorang Naya yang dia lihat sebelumnya, sekarang menghilang, berganti dengan sosok gadis agresif, dan aneh. Semakin terbukti ketika indra pendengaran Taemi mendengar Naya berkata, "Jari tangan kamu tuh menggoda, tau.." sembari memandang penuh minat pada tangan Taemi yang sedang bertengger di pinggang."Maksud lo?"
Bukannya menjawab, Naya malah membuka baju oranye nya, menampilkan dada yang hanya memakai bra.
Taemi tercengang.
"Mau ngapain lo?" kaget Taemi.
Lalu dia berbalik untuk membuka kunci pintu toilet.
Tapi Naya berhasil menarik tangannya, dan menaruh tangan Taemi di atas buah dada nya."HEH!" Taemi semakin tidak habis fikir. Dia singkirkan tangannya dengan menepis kuat tangan Naya.
Naya mencebik. Tangannya terasa lumayan sakit saat ditepis Taemi.
"Ck! Kok kasar banget sih kamu?!""Lo mikir!" sewot Taemi yang mulai berkurang kesabaran.
"Gitu-gitu juga lo suka kan?! Gaydar gue bisa nebak lo belok." sanggah Naya tidak peduli baju kaos nya sudah dimana.
"Lo kira gue bakal suka juga gitu sama lo? Sorry lo bukan tipe gue!"
Naya menghentakkan kesal kaki nya. Lalu mencengkeram kedua sisi bahu Taemi.
"Jangan gitu dong..! Lo suka kan sama gue?""Mau lo apa sih?"
"Ayo!" ucap Naya menaruh paksa tangan kanan Taemi diantara kedua pahanya.
Tapi Taemi tarik kembali tangannya hingga hanya menempel di paha Naya.
"Gak waras lo!"
Ingin sekali dia memukul perempuan sok polos itu. Tetapi dia tau jika itu akan terlalu kasar."Iya.. buat lo gue rela gak waras." Naya mengulas senyum, lalu memelas.
"Please..."Taemi menghela nafas sejenak. Orang modelan Naya tidak bisa dia hadapi baik-baik. Kesabarannya sudah menipis.
"Kalo lo mau nurut sama gue, gue lakuin."Tanpa ragu, Naya mengangguk cepat. "Oke."
Pikir Taemi, lagi pula hanya itu yang Naya minta. Untuk apa harus masih menghargai orang yang sudah tidak menghargai dirinya sendiri. Naya ingin dilecehkan, begitulah yang sekarang terjadi.
Dia dorong perempuan itu ke dinding. Dan langsung memainkan tangannya di area lembah vulva Naya dibalik kain celana tahanan itu.
Maka Naya tersentak, langsung tak dapat bergeming. Selain terkejut, diam, memejamkan mata, dan menikmati permainan Taemi yang membuatnya terhanyut dan hilang kewarasan.
Dan suara lenguhan Naya pun keluar tak terkendali."Ck! Jalang banget lo jadi cewek!" ucap Taemi memandang malas gadis di depannya.
Benar-benar tidak merasakan sedikitpun hasrat yang muncul seperti jika dia bersama Juni.Naya letakkan kedua tangan di leher Taemi untuk dia raup bibir Taemi. Namun Taemi menghindar.
Sampai satu menit berlalu. Permainan berakhir. Kunci pintu toilet berhasil Taemi buka, dan menoleh pada Naya yang sudah sangat lemas. Taemi bergidik jijik sambil melangkah keluar.
"Jangan pergi dulu! Please.. lanjut..! " pinta Naya yang baru tersadar.
"Inget apa yang tadi gue bilang! Lo harus nurut bukan? Jadi sekarang lo nurut buat gak ngelarang gue pergi, dan jangan pernah ganggu gue lagi! Paham?!" sahut Taemi tanpa menoleh.
Dan melenggang pergi begitu saja.Steffy masih tertidur. Tertidur dalam koma. Tidak tau jika sekarang sang adik, Widy, tengah memandang nya dingin.
Sepi, tak ada siapapun.
Perlahan, tangannya bergerak menuju alat bantu pemasok oksigen di wajah sang kakak.
Dia tarik hati-hati..."Widy!"
Sontak perempuan itu terkejut, dan berbalik ke belakang.
Di depan pintu, tuan Antony alias ayahnya, telah datang bersama ayah Ben."Papah.. Om.. Selamat malam!" sapanya sembari berusaha tenang, menghilangkan rasa gugup.
Jantungnya berdegup begitu kencang.
Rasanya ingin sekali dia berteriak."Selamat malam, Widy.." sahut ayah Ben.
Tuan Antony berjalan ke dekat ranjang Steffy. Dan memandang si anak sulung yang pulas dalam koma itu.
Hati Widy semakin resah. Takut aksinya tadi sempat terlihat.
"Kamu sudah makan, sayang?" tanya tuan Antony yang membuat Widy bernafas lega.
Bibirnya tersenyum. "Belum, pah. Kalo papah sama om?"
"Kami sudah." jawab ayah Ben.
"Kamu sudah jadi adik yang baik. Sekarang kamu pulang saja.. Makan malam, oke?"Berbunga-bunga lah hati Widy manakala ayah kekasih gelapnya itu memuji diri nya. Memunculkan senyuman manis terulas di bibir.
Jam makan para penghuni Lapas telah tiba. Ruang makan pun penuh oleh manusia. Sebagian telah ada yang sudah duduk di bangku untuk menikmati jatah makannya. Sebagian banyak masih harus mengantri demi se sendok bulat sayur asem, sedikit nasi, dan satu buah pisang.
Naya duduk di paling pojok, bersama pikirannya yang diam-diam kacau. Kacau oleh bayang-bayang sensasi yang dia nikmati oleh perlakuan Taemi di sore hari tadi. Tapi dia sudah menurut janji pada Taemi untuk tidak mengganggu nya lagi.
Naya gelisah.Seorang perempuan tomboy yang bergabung duduk bersama Naya dan beberapa teman nya, bertanya pada Naya yang terlihat banyak diam dan lesu.
"Naya.. Kamu kenapa?""Kamu mau bantu aku gak, Ta?" tanya Naya dengan wajah memelas.
"Apapun pasti aku bantu."
"Lo pada mau kemana?" tanya Taemi pada Rosi dan Lan yang kompak beranjak dari kursi bangku makan.
"Kalo gue mau ke toilet." jawab Rosi. Lalu memandang tanya pada Lan.
"Gue juga."
Rosi, "Kok lu ikut-ikutan?"
Lan, "Geer!"
Taemi, "Gue juga mau ke toilet."
Firda, "Kek ciwi anak sekolahan ih, kalian! Ke toilet doang pada rame an!"
"Gue duluan!" ujar Rosi melangkah pergi.
Taemi, dan Lan berjalan santai memasuki salahsatu toilet yang paling dekat dengan area ruang makan. Disana cukup tidak begitu terang, dan sepi. Sampai ketika mereka berdua berada di dalam sana, menemukan Rosi yang tampak tertegun sendirian. Kemudian memberikan isyarat diam pada mereka.
Mulut Taemi bertanya tanpa suara, "Ada apa?"
Lalu indera pendengeran mereka menangkap sayup-sayup bunyi atau suara aneh dari salahsatu bilik toilet.
Kompak mereka bertiga tertegun saat mendengar suara lenguhan seseorang. Yang mengundang rasa penasaran, dan mereka pelan-pelan mendekat ke pintu bilik toilet yang mereka curigai."Gitaaa.. terus..! Iyaah.. gitu!"
"Enak kan, Nayh?"
Lan menutup mulutnya. Hampir saja dia reflek berteriak. Sementara Rosi dan Taemi saling melempar pandang. Cukup terkejut, namun tidak heran.
Daripada telinga mereka terganggu oleh suara berisik dua manusia yang sedang bersenang-senang, mereka bertiga memilih pergi ke toilet lain.Ketika sudah berada di luar, barulah Lan dapat mengeluarkan keterkejutannya.
"GILA! Kaget banget gue!""Hahahaha!" Rosi tertawa.
"Taemi.. sekarang lu ngerti kan gimana si Naya itu?"Taemi ikut tertawa. Geli. Teringat kejadian tadi sore di toilet.
"Hahahaha. Iya, bos. Makasih udah kasih tau gue."
Kepalanya geleng-geleng oleh bayangan bagaimana jalang nya Naya yang membuatnya bergidik.Untuk adegan Naya dan Gita, saya serahkan ke imajinasi pembaca.
😄 jangan lupa vote
Mari lanjut...
KAMU SEDANG MEMBACA
[New] Persona Non Grata [End]
General FictionMereka bilang Ikuti kata hatimu Tapi hatiku telah menyeberangi samudera Dan aku takut Untuk tenggelam dalam ombak Ia akan berdiri kokoh di depanmu, & memegang wajahmu diantara telapak tangannya, lalu berkata, "Tidak apa-apa menjadi dirimu bersamaku...