♡43

290 61 9
                                    

☆☆

2018. Agustus.

Taemi terdiam, berdiri di depan pintu saat baru sampai di ruang kunjung khusus itu.

Di kursi roda nya sosok Steffy tersenyum tulus melihat kemunculan sang adik.

Taemi ikut tersenyum. Kaku.

Steffy berusaha bangkit untuk berdiri, tetapi tubuhnya sempat goyah, mengundang Taemi segera beranjak membantu kakaknya. Kemudian menuntunnya duduk di sofa.

"Makasih," ucap Steffy hangat.

"Sama-sama, kak."

"Gimana kabar kamu Taemi?"

"Baik. Kamu kak?"
Lagi-lagi dirinya kaku. Imbas tak pernah dekat maupun akrab selama hidup nya.

Begitupun Steffy yang sebenarnya juga masih kaku.
"Aku juga baik."

Suasana hening.
Sampai Steffy bersuara lagi, "Taemi.."

"Iya, kak?"

"Boleh kakak peluk kamu?"

Mata Taemi melebar kaget.
Dia diam. Hingga satu menit berlalu. Kepalanya mengangguk.
"Boleh.."

Perlahan Steffty membawa sang adik dalam pelukan.

Deraian air mata nya berlinang deras ketika memeluk sang adik bungsu, Taemi. Untuk pertama kali dalam hidup nya memeluk Taemi dengan penuh perasaan. Tidak terkecuali rasa penyesalan seumur hidup, yang telah dia renungkan beberapa minggu ini.
Air mata Taemi turut mengalir, merasakan kehangatan kakak sulung untuk pertama kali nya, dan atas semua yang telah terjadi.
Pelukannya tak kalah erat.

"Aku minta maaf.." lirih Steffy yang entah sudah berapa kali dia ucapkan dalam pelan yang tertelan tangisan.
"Aku bukan kakak yang baik."

Taemi menyahut, "Udah kak.. Aku maafkan kamu, kak."

Entah. Kalimat itu bisa terlontar ringan dari lisannya. Padahal dia mengingat semua rasa sakit bagaimana dia diperlakukan tak adil dalam keluarga.

Dalam isak tangis, Steffy mengatakan, "Aku janji, akan bantu kamu bebas secepat mungkin."



"Hhuhhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hhuhhh... hhuhhh..."
Sembari membelai perut buncitnya, Juni berusaha mengatur nafas lebih tenang agar bisa lebih relaks. Di kursi teras rumah, dia sendirian menunggu taksi online yang dia pesan datang menjemput.

"Maaf neng.. saya baru datang."
Suara seorang bapak-bapak mungkin berusia sekitar enam puluh lima tahun lebih muncul keluar dari mobil taksi, dan langsung bergegas menghampiri Juni.

Juni menoleh dan tersenyum pada langganan nya itu. Lalu berusaha bangkit.
"Iya, pak. Pasti tadi sedang sibuk."

"Iya.. tadi penumpang nya cukup rewel, neng. Mari saya bantu." Pak sopir taksi itu bersenang hati membawakan tas besar Juni, dan memapahnya ke dalam mobil.

[New] Persona Non Grata [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang