♡41

337 63 13
                                    

☆☆

Sebelum mobilnya bergegas meninggalkan parkiran rumah sakit, Arya sekali lagi bertanya pada Juni yang duduk disampingnya.
"Juni.. serius kamu sekarang mau pergi ke lapas?
Bukan apa-apa, aku cuma khawatir kamu masih sakit."

"Serius, kak. Aku gak apa-apa. Sekarang badan aku udah mendingan. Lihat! Wajah aku udah gak pucat kayak tadi kan?" ujar Juni semangat.

Memang, Arya mendapati wajah Juni sudah tampak mulai segar kembali. Mungkin efek bahagia melihat perkembangan janin nya, dan bersemangat ingin memberi kabar pada Taemi.

Kadang.. rasa iri menyelimuti hatinya. Hingga berandai-andai dia bisa memiliki sosok Juni.

"Oke.. kita berangkat ke sana." ucapnya tulus ingin menyenangkan sosok disamping nya.

Juni tersenyum lebar.
"Makasih banyak, kak Arya."





Bibir Taemi tersenyum haru melihat banyak makanan cemilan di atas meja, yang dibawakan kekasihnya, Juni.
"Makasih ya. Kamu udah repot-repot bawain aku ini.
Aku jadi kayak anak kecil yang dijenguk mamah nya, tau.." curhat nya diiringi tawa kecil.

Juni terkekeh. "Gak repotin. Aku seneng bisa sempat bawain makanan kesukaan kamu. Kamu sehat-sehat aja kan?
Maaf ya, kalau makin kesini aku jadi jarang jenguk kamu."

"Gak apa-apa. Aku ngerti kondisi kamu yang hamil nya makin besar. Aku juga gak mau bikin repot. Dan aku disini sehat selalu." sahutnya seraya memeluk si kekasih.

Sebuah amplop besar berwarna putih Juni keluarkan dari tas nya.
"Taemi, aku ada kejutan buat kamu!"

"Apa?" Pelan-pelan Taemi buka. Menarik selembar kertas foto yang menampilkan gambar janin bayi di kandungan Juni. Lalu dia membaca tulisan di sebuah kertas kecil yang menempel, bertuliskan, "Girl".

Mulutnya menganga. Matanya melebar seraya berbinar bahagia.
"Cewek?"
Dia peluk Juni dalam erat.
"Selamat ya.."

Juni balas memeluk erat. Kangen..

Terhanyut dalam dekapan hangat nya Taemi, Juni harus menjadi keheranan ketika Taemi tiba-tiba beranjak dan bertekuk lutut didepannya.
"T-Taemi...?"

Kepala Taemi menekuk, lalu membenamkannya dipinggir perut Juni.
"Kata dokter kapan perkiraan dedek bayi nya lahir?"

"Pas nya kata dokter sekitar tiga minggu lagi kalau gak kenapa-kenapa."

Tak lama terdengar isakan pelan tangis Taemi.

Suasana menjadi hening. Hanya terdengar sayup-sayup isakan tangis nya yang semakin memilukan.

"Kenapa..?" tanya Juni sedih.

Dalam isakan tangisnya terucap, "Maaf.."

"Maaf apa..?"

"Karena aku gak bisa selalu ada disamping kamu, karena aku.. kamu lakukan semuanya sendirian. Dan.. karena aku.. nanti gak bisa temani kamu melahirkan.." lirihnya dengan suara yang semakin habis.

Juni seka air mata nya yang mengalir banyak.

"Maaf.." lanjut Taemi perih.
Kemudian dia cium perut Juni. Amat dalam.
Dia peluk lagi.
"Kamu anak hebat dan pintar, sayang. Jaga bunda kamu baik-baik, ya..! Nanti saat waktu mu lahir ke dunia ini sudah tiba, jangan bikin bunda kamu kerepotan ya..! Oke?!"

Tidak tahan ingin menangis terisak-isak, Juni gigit bibir dalamnya. Lalu sudah pasrah dengan bahu dan bibir nya yang bergetar hebat. Pasrah dengan suara isak tangis nya. Pasrah dengan keadaan mereka berdua yang tidak bisa ditemani Taemi di hari kelahiran nanti.

[New] Persona Non Grata [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang