♡25

390 62 9
                                    

☆☆

Namun tiba-tiba, dia harus terkejut karena tersentak mendengar bunyi klakson mobil dari arah samping kanan perempatan jalan.

TIITTTT....

Ssrk

Dugh

Ujung ban roda depan motor Taemi hampir menabrak keras mobil dari arah kanan itu.
Jantung gadis ini berdebar kencang. Cukup syok. Untung saja dia masih dapat mengendalikan diri dan motor nya sehingga terhindar dari kecelakaan. Keadaan jalan raya pun sedang tidak begitu ramai.
Begitu pula dengan pengendara mobil, yang sekarang tampak keluar dari mobil mewah nya.

Lalu kala kedua pasang mata saling bertemu, mereka berdua tertegun.

"Loh? Taemi?" ujar pria si pengendara mobil.

Taemi, "Arya?"

Pria tampan berpakaian formal kantoran itu berjalam untuk lebih dekat. Memandang Taemi dengan wajah tak percaya. Menatap dari ujung kaki sampai kepala Taemi.
"Ini beneran kamu?"

Arya. Pemuda 27 tahun yang dijodohkan dengan Taemi. Dan sempat dipertemukan di acara makan malam keluarga Taemi. Tentu dia menjadi sangat kaget, heran melihat penampakan Taemi seorang anak pengusaha, sekarang terlihat dengan penampilan yang jauh dari kesan kaya raya. Bahkan jaket seragam ojek online terpakai apik di badan gadis itu.

Sedangkan Taemi diam tak peduli.

"Kamu lagi nyamar jadi ojol, Taemi?" tanya Arya penasaran.

"Nggak. Kerjaan gue sekarang emang ojol."

Tercengang. Arya kehabisan kata-kata setelah mendengar jawaban itu.
Kemudian, dia tertawa kecil. Namun hambar.
"Hhahahaha. Pasti kamu becanda kan?!"

"Hhahhh.."
Seusai menghela nafas, Taemi menyahut, "Udah, ya, gue sibuk. Mau pulang."
Dan kembali melajukan motornya untuk pergi. Tidak peduli dengan Arya yang masih memandangnya keheranan.

"Hishh! Tenang, Taemi..! Tenang..!" gumam Taemi pada diri sendiri.
Pasalnya, hari ini keadaan mood tidak cukup bagus karena kejadian bertemu ibu nya, lalu ditambah bertemu Arya, barusan.
Motornya terus melaju,tapi sekarang dengan cukup pelan. Karena dia sudah sampai di komplek perumahan, dan sebentar lagi akan tiba di rumahnya.

Kini, dia berhasil memarkirkan motornya di depan rumah dengan apik. Tidak menyadari akan keberadaan Arya didalam mobil mewah nya yang ternyata diam-diam memperhatikan dari jauh.

"Hmm.. menarik." gumam Arya sendirian, diiringi senyum tipis terulas di bibir nya.

Baru menutup pintu rumah, sontak Taemi terkejut.

"Taemi pulang!!"
Sosok Juni datang menyambut dengan ceria.

Hhuuu.. Bibir datar Taemi jadi tersenyum.
Dia berjalan menggapai Juni ke pelukannya.
"Aku pulang.."

Juni diam dengan nyaman dalam pelukan. Merasakan dan mendengarkan bagaimana jantung Taemi berdetak di telinga nya.
Sementara fikiran dan dada Taemi terasa lebih ringan. Semua rasa penat, lelah, gusar, kini menguap hilang. Oleh pelukan tempatnya berpulang dari segala beban.

Setelah puas berpelukan, mereka melangkah bersama ke ruang makan. Dan bersiap-siap menyantap makan malam sederhana mereka berdua dengan bahagia.




Hari demi hari berlalu.
Juni ini rajin mengecek kalender dan usia kandungannya, yang sekarang sudah menginjak usia tiga bulan dua minggu. Semua di setiap hari nya berjalan baik-baik saja. Tetapi, dia tidak senang dengan Taemi yang akhir-akhir ini tampak sangat sibuk, hingga membuat dirinya merasa kurang perhatian. Dia pun tidak tau kenapa. Dan sungkan menanyakan jika Taemi belum memulai membahasnya.

Malam ini, Juni duduk termenung sendirian di depan Tv. Mengabaikan acara tayangan kartun di Kids Tv. Otak nya terus terfikirkan tentang dirinya dan sang teman.
Bolehkah dia se kesal ini?
Bolehkah dia merasakan semua ini?
Meski dirinya pun masih belum benar-benar tau pasti, apa memang dirinya demikian? Ataukah bagaimana? Kecemburuan dan posesif seorang teman semata? Dia tidak yakin.
Ataukah dirinya saja yang terlalu berharap?

Hhuft

Teringat belum menutup tirai jendela bagian depan rumah, Juni beranjak dari sofa.

Pelan-pelan dia tarik tirai putih itu. Satu jendela pun sukses di tutup. Giliran hendak menutup tirai jendela satu lagi, cahaya dari lampu sebuah mobil sempat menyorot rumah nya. Yang mana mobil itu terlihat berhenti di depan halaman. Membuat Juni penasaran, kiranya apakah pemilik mobil itu hendak bertamu ke rumahnya, atau bukan. Karena dia tau di kompleks perumahan ini tidak ada yang memiliki mobil tampak se mahal mobil itu.

"Loh? Itu Taemi?" kaget Juni melihat sosok sang teman duduk di samping pengendara mobil. Seorang pria tampan dan jelas terlihat kaya raya.

Tak hanya itu, dia juga menyaksikan bagaimana tampak akrab nya mereka berdua lewat ekspresi wajah dan pembicaraan yang tidak dapat dia dengar dari sini.

Deg deg deg deg deg deg
Juni remas kain baju nya seolah meremas ulu hati yang berdetak tidak karuan seiring rasa panas yang menyengat. Dia terdiam di tempat.
Ketika kepala terasa pening, barulah dia segera menutup tirai, dan melangkah pergi ke ruang makan sambil mengusap perut buncit nya.

Kaki jenjang Taemi yang kini memasuki rumah harus terhenti saat ponselnya berbunyi.
Ada chat dari mekanik bengkel, yang memberi kabar bahwa motor nya yang mogok bisa dipakai kembali esok pagi.

"Hahh.. syukurlah. Besok gue bisa kerja." lirihnya senang.

Dia berjalan ke ruang tv. "Aku pulang..!"

Tapi Juni tidak ada. Dia pun pergi ke ruang makan, lalu tersenyum mendapati Juni tampak sedang menyiapkan makan malam.

"Sibuk banget.." ucapnya menyapa.

Wajah Juni menoleh, tersenyum.
"Udah pulang ya?"

"Iya.. Maaf, aku agak telat. Motorku mogok. Harus dibawa ke bengkel dulu."

Juni mengangguk dan senyum. Tidak ingin merespon dengan perkataan yang jelas akan mengarah ke soal Taemi dan pria kaya raya tadi. Sekarang dia perlu menenangkan diri lebih dulu.
Tangannya segera mengambilkan nasi untuk Taemi, agar obrolan teralihkan.
"Kamu mau tambah lagi gak nasi nya?"

Taemi yang kembali dari mencuci tangan. "Nggak.. cukup segitu dulu aja. Nanti aku ambil lagi kalo mau."

Makan malam berlalu, tak ada apa-apa.. Tapi hati Taemi terus terusik oleh sikap diam Juni yang mengundang tanya.

'Dia kenapa lagi..?'

Ketika dia hendak ke ruang tv, suara Juni terdengar,

"Taemi.."

Taemi berbalik, "Iya, Juni.."

"Aku mau tidur duluan."

Kening Taemi mengerut. "Tumben kamu udah mau tidur duluan? Baru jam delapan.."

"Humm.. iya, nih. Gak apa-apa ya, aku gak nemenin nonton tv?"

"Gak apa-apa dong. Ibu hamil memang lebi baik tidur lebih awal." sahut Taemi diiringi senyum.

"Kalo gitu aku ke kamar ya."

"Iya, selamat tidur, Juni.."

Senyuman hangat Juni berikan sebelum dia berlalu pergi ke kamarnya. Bersama perasaan yang terasa berat. Masih menguasai hati.

Setelah selesai mencuci muka, sikat gigi, dan merebahkan diri pun, suasana hati nya masih sama. Seperti ada yang ingin meledak, tetapi tertahan sendiri. Dan itu sangat menyesakkan dada.
Kedua tangan memeluk perut buncitnya, sembari menatap langit-langit kamar.

Apa yang harus lebih dia fikirkan? Perasaan nya? Atau Persahabatan nya?


Begitu gelisah angin di langit jingga
Lalu rembulan mulai menerangi kegelapan malam
Jiwaku kini semakin gemetaran saja
Diantara panasnya sengatan gelora rasa
Ku kemas kecemasan saat senja mulai memerah
Dengan arakan mega yang angkuh melayang
Mengusung derita malam yang semakin pengap
Menjadikan diriku merana sebagai penyaksi
Dibawah lambaian sepotong cahaya bulan
Untuk ku terjemahkan sambil mengeja dini hari






😄
Next setelah Vote 😄
Lanjut..

[New] Persona Non Grata [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang