☆☆
Derap langkah kaki oleh ketukan banyak pasang sepatu berlalu lalang di gedung sebuah kantor perusahaan. Sementara langit telah beranjak gelap. Para pejuang rupiah masih sibuk berkutat dengan tugas nya masing-masing.
Seperti Taemi. Tangannya bergerak cepat serta cermat mengoperasikan mesin foto copy. Sambil menunggu beberapa kertas hasil salinan keluar, bibirnya tak lelah berusaha tersenyum ramah pada beberapa karyawan senior yang lewat. Yaa.. sebagai karyawan magang sejak dua bulan yang lalu, dia melatih diri untuk menjadi lebih ramah dan sabar.
Saat beberapa kertas berhasil keluar dari mesin foto copy dan hendak dia ambil, seorang pria berjas hitam datang menghampiri."Ini! Kamu bikin salinan nya yang ini dua, oke?!" perintahnya pada Taemi.
Kepala Taemi mengangguk.
"Baik, pak.""Habis serahin hasilnya nanti jangan lupa kamu bawakan saya kopi!"
"Baik, pak."
Pria atasan kerja itu pun melenggang pergi, kembali ke ruang kerja nya.
Hhuft.
Nafas panjang Taemi berhembus pelan. Bibir gadis tinggi ini berusaha melekukkan senyuman. Badannya sudah terasa sangat pegal kesana kemari. Lelah, dan.. bosan.
Iya, dia merasa kegiatan pekerjaanya sekarang lebih cepat membosankan dibanding sewaktu bergabung dengan bos Gerry. Tetapi.. dia bersyukur, karena di tempat kerja nya diberikan kebebasan berpakaian selama rapih, sopan dan semi formal. Jadi dia tidak perlu memakai sepatu high heel, atau pakai rok, ataupun bermake up.Di tengah rasa bosannya dia mendengar bunyi dering notifikasi ponselnya. Chat dari Juni.
'Taemi...
Aku masak ayam gohyong, sama tumis capcay buat kita makan malam.'Begitu chat nya. Menghadirkan rasa semangat berkali-kali lipat, dan rasa tak sabar ingin pulang.
Segera dia membalas chat Juni.
Pukul 18.46 WIB terpampang di layar ponsel.
Wajah Taemi kembali sumringah. Sebentar lagi waktu pulang kerja nya tiba.Semua berkas hasil foto copy telah diserahkan di meja atasan, dan secangkir kopi hitam telah dia bawakan.
"Ini kopi nya, pak." ucap Taemi semangat teringat lima menit lagi dia akan bisa pulang.
"Hhm." sahut si atasan yang tengah mengotak-atik laptop nya.
Ketika kaki Taemi hendak berbalik,
Suara atasannya kembali terdengar memanggil, "Taemi!"
"Iya, pak?"
"Ada data yang harus kerjakan malam ini. Bantu saya, ya! Saya tunggu sampai selesai."
Mata Taemi mengerjap.
'Kerjaan lagi?'
Ingin sekali rasanya protes, tapi itu tidak mungkin.Dengan pasrah dia mengangguk dan menjawab, "Baik, pak."
"File nya sudah saya kirim ke email kamu."
"Iya, pak."
Setelah menyahut, dia berjalan keluar ruangan dengan rasa kesal.Satu persatu jendela rumah dicek oleh Juni. Tak lupa tirai ditarik untuk menutup jendela. Matanya, bibirnya, tersenyum kala melihat pintu rumah. Menanti kepulangan Taemi dari kerja.
Dia usap lembut perut kecilnya yang mulai terlihat membuncit dibalik baju daster. Lalu berjalan menuju meja makan yang telah tersajikan menu makan malam hasil masakannya sendiri.Lima belas menit, tiga puluh menit, satu jam berlalu.. Juni duduk di kursi meja makan, hampir bosan menunggu sang teman. Karena seharusnya paling lambat Taemi sudah pulang sejak sekitar empat puluh menit yang lalu.
Dia memandang lesu nasi dan lauk pauk yang telah dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[New] Persona Non Grata [End]
General FictionMereka bilang Ikuti kata hatimu Tapi hatiku telah menyeberangi samudera Dan aku takut Untuk tenggelam dalam ombak Ia akan berdiri kokoh di depanmu, & memegang wajahmu diantara telapak tangannya, lalu berkata, "Tidak apa-apa menjadi dirimu bersamaku...