Zora menyusuri jalanan yang cukup ramai. Sore ini dia memutuskan berjalan-jalan karena merasa bosan dan kesepian berada di dalam rumah seharian.
Di tangan gadis dengan rambut dikuncir kuda itu sudah penuh dengan berbagai makanan. Jangan lupakan juga mulut gadis itu yang sudah mengembung, dan beberapa kali menyuapkan makanan ke mulutnya kembali.
Dia tak peduli dengan tatapan orang-orang tentang dirinya yang seperti orang kelaparan, karena memang itulah nyatanya. Sejak kemarin Bi Nana pulang kampung untuk beberapa hari karena ada urusan yang mendadak, alhasil Zora hanya mengandalkan makanan cepat saji untuk dimakan beberapa hari ini.
Sedangkan kedua kakaknya Zora tak tau pasti bagaimana keduanya makan. Yang pasti Zora sendiri tidak pernah memasak sejak dulu, dan tidak ingin berakhir kelaparan.
Tapi sepertinya kehidupan Zora memang tak pernah merasa damai. Baru saja menikmati hidupnya yang damai tiba-tiba seorang pria datang berlari ke arahnya dan menabrak Zora hingga semua makanannya terjatuh.
Mata Zora berkaca-kaca, merasa miris dengan makanan yang sudah berserakan di tanah. Apa lagi dengan cilok yang baru saja dirinya makan satu itu.
"Heh tanggung jawab!" Zora berkacak pinggang, menatap marah seorang pemuda yang saat ini juga sedang menatapnya tanpa bersalah. Melihat itu Zora semakin bertambah emosi.
"Kenapa?" tanya pemuda itu.
"Kenapa?" Zora tertawa tak habis pikir dengan pertanyaan yang ke luar dari bibir pria di depannya.
"Ganti brengsek, makanan aku!" Seorang pemuda yang baru saja dimaki Zora menundukkan kepala, melihat hasil perbuatannya.
"Males!" Sang pemuda langsung pergi begitu saja. Zora tak tinggal diam langsung mengejarnya dan menariknya hingga pemuda itu kembali menatapnya.
"Minimal beresin kek, aku gamau tau ya!" Zora benar-benar kesal. Moodnya dihancurkan berkeping-keping oleh seseorang yang sama sekali tak dia kenal ini.
"Oke," balas pemuda itu.
Dengan langkah cepat berjalan ke tempat kejadian tadi, lalu membuang semua makanan Zora ke dalam tong sampai.
"Udah!" Zora mengercuti bibirnya sebal.
"Kaisar lo dari mana aja sih?" Seorang pemuda yang sepertinya teman dari seseorang yang baru saja menabraknya datang dengan napas tak beraturan.
"Jalan-jalan bentar." Pemuda yang dipanggil Kaisar itu pergi begitu saja. Merasa tak bersalah sama sekali, seolah kejadian tadi tak pernah dialami.
"Kaisar sialan, aku tau nama kamu!" teriak Zora keras, bahkan beberapa orang menoleh ke arahnya dengan berbagai macam pandangan.
Kaisar, pemuda itu menoleh sebentar lalu kembali melanjutkan langkahnya tanpa dosa. Bahkan dia menyadari jika sejak tadi Zora meneriaki namanya.
"Dasar alien!" Zora menghentakkan kakinya kesal.
Moodnya benar-benar berubah dari yang tadi. Dia merasa sedih sekaligus kesal saat mengingat semua makanannya. Ini juga salahnya yang tak bisa mempertahankan semua makanan yang paling berharga miliknya.
Dengan langkah malas dan wajah lesu Zora kembali melanjutkan langkahnya menuju ke rumah. Tak ada lagi harapan berjalan-jalan sore, karena Zora tidak ada alasan lagi untuk pergi ke luar rumah.
Saat sampai di rumah Zora langsung masuk ke dalam, dan menemukan Zafia dengan beberapa teman gadis itu.
Zore menoleh sebentar, lalu kembali melangkah memasuki kamarnya. Dia sama sekali tak mengobrol, karena merasa masih kesal dengan kejaidan tadi, serta tak ingin mengganggu Zafia
"Itu adek lo?" tanya salah satu teman dekat Zafia.
"Iya," balasnya apa adanya.
"Cantik juga, kenapa elo enggak ajak dia sekalian kumpul," puji salah satu teman Zafia berambut panjang bergrlombang.
"Bahas yang lain aja," ucap Zora berusaha mengalihkan perhatian.
"Bukannya lo punya kakak juga?" Jessy, salah satu teman Zafia yang cukup sering main ke rumahnya.
Namun, Jessy sama sekali tak pernah melihat anggota keluarga sahabatnya itu. Hal itu membuatnya benar-benar penasaran, Zafia hanya pernah bercerita jika kedua orang tuanya sudah lama meninggal.
Untuk Zora dan Raffael, Zafia jarang memberitahunya. Hanya beberapa orang yang mengetahui jika Raffael adalah kakak kandungnya.
"Kakak gue emang jarang di rumah," balas Zafia benar adanya. Mungkin Raffael hari ini akan pulang saat tengah malam.
"Jadi pengen punya adik perempuan juga," celetuk Zarina.
Zarina merupakan anak tunggal, dia beberapa kali mengeluh ingin mempunyai adik, apa lagi saat mendengar cerita beberapa temannya.
"Punya adik enggak enak," balas Zafia.
"Kenapa?" tanya Zarina dan Jessy kompak. Karena sebelumnya Zafia tak pernah membahas tentang adiknya itu.
"Nyusahin," balasnya.
"Bener banget, sih!" Jessy menyetujuinya. Terlahir sebagai anak pertama dengan dua adik membuat Jessy paham jika menjadi seorang kakak tidaklah mudah.
"Walau ada serunya juga sih. Kadang seneng saat ngeliat mereka manjah-manja, terus bantuin kita. Sebagai seorang kakak gue kadang mikir kalau mau ribut sama dua adik gue." Jessy menjeda ucapannya.
"Karena kalau gue jauhin mereka, kalau bukan gue siapa lagi yang bisa mereka andelin. Sebagai seorang kakak gue ngerasa pengecut kalau sampai buat adik gue merasa kesepian," jelas Jessy.
Mendengar ucapan Jessy membuat Zafia tertegun. Entah kenapa perkataan itu menusuk hatinya, kenapa dia merasa jika bukanlah kakak yang baik. Walau benar adanya.
"Kalau Zafia udah pasti jadi kakak terbaik sih, sama kita aja suka sweet gitu," ucap Zarina tertawa. Karena benar adanya, Zafia cukup baik dan hangat untuk kedua temannya itu.
"Gue ke toilet dulu?" Zafia bangkit.
Dia pergi dari sana benar-benar menuju toilet. Zafia menyenderkan tubuhnya ke tembok, berusaha mengendalikan perasaannya.
"Gue enggak boleh terpengaruh. Inget dia itu pembunuh?" Zafia memukul dadanya, berusaha meyakinkan diri.
"Dia itu pembunuh," ucap Zafia penuh keyakinan.
Kedua tangan Zafia tang mengepal memerah, bahkan ada beberapa kukunya yang tak sengaja melukai kulitnya.
"Zafia?" Zafia tersentak kaget mendengar panggilan Jessy dari luar.
Zafia menghela napas kasar, berusaha menutupi perasaannya. Lagi pula semua adik Jessy pasti tidaklah berdosa seperti Zora yang merupakan seorang pembunuh.
"Tunggu!" Zafia memejamkan mata sementara.
Dia sudah memutuskan, jika dirinya tidak akan pernah memaafkan Zora.
Bahkan setelah gadis itu mati sekali pun.Jangan lupa follow instagram @dillamckz.
Follow akun ini juga ya.
Yuk spam komen biar aku cepet update!
Buat yang komen kenapa Zora jadi cewek lemah banget. Maaf guys, soalnya emang Zora karakternya seperti itu. Dia dulu anak manja yang enggak tau apa-apa, jadi dia kaget saat menghadapi situasi berbeda di tubuhnya yang sekarang.
Mohon pengertiannya semua.
Maaf jika karyaku masih banyak kurangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis yang Terbuang (END)
Jugendliteratur⚠️ Mengandung adegan kekerasan (Cerita Lengkap!) Adeline hanya anak manja yang hidup penuh dengan keberuntungan. Sayangnya nasib baik tidak berpihak kepadanya saat perasaan ulang tahunnya yang ke 17 tahun. Adeline harus mati terbunuh oleh musuh bisn...