"Zora sini!" Zora yang merasa namanya dipanggil menoleh ke arah kolam berenang. Ternyata di sana sudah ada Anya, tidak sendiri gadis itu bersama Gazza.
Zora menghampiri keduanya, berdiri di depan pintu sambil bersedekap dada. Menunggu apa keinginan Anya hingga memanggil namanya.
"Ayo kita ngobrol di sini sama-sama, kayaknya seru." Zora melirik sekilas Gazza yang tampak tak peduli.
Zora mengangguk, menghampiri Anya duduk tepat di sebelah gadis itu. Anya tampak antusias dengan bertambahnya orang yang berada di sana, berbeda Gazza yang tampak tak peduli.
"Zora sini!" Anya mengajak Zora kepinggir kolam berenang.
"Kamu bisa ambilin itu?" Anya menunjuk sebuah sandal yang mengapung di sana. Saat Zora menunduk, dia mendapati Anya memakai sebelah sandal.
"Aku enggak bisa berenang." Zora ingin pergi, tetapi Anya menahan tangannya.
"Selamat dibenci semua orang." Zora melebarkan matanya terkejut saat Anya menarik tangannya, membuat seolah-olah Zora mendorongnya.
Zora tak tinggal diam, dia mendorong Anya menjauh. Namun, sialnya dia terpeleset hingga jatuh ke dalam air.
Anya menutup mulutnya, terkejut bukannya dirinya yang jatuh tetapi Zora. Sebenarnya Anya bisa berenang, dia hanya ingin membuat Zora semakin disalah, sialnya malah Zora yang jatuh.
Gazza yang sejak tadi memperhatikan kedua gadis itu langsung bangkit saat melihat Zora terjatuh. Tanpa babibu Gazza langsung masuk ke kolam untuk menolong Zora yang terlihat sekali tidak dapat berenang.
Zora yang memang sejak dulu tak dapat berenang berusaha meraih apa pun yang bisa dia pegang, sayangnya dia tak mendapatkan apa pun. Hingga dia melihat Gazza mendekat ke arahnya dan memeluknya erat, membawanya ke atas kolam.
"Tunggu!" Gazza sedikit berteriak terlihat panik, mengambil handuk lalu membungkus tubuh Zora yang sudah basah kuyup.
"Anya, lo sengaja?!" Anya menggeleng panik.
"Dia jatuhin dirinya sendiri!" Anya membantah tuduhan dari Gazza.
"Enggak ada orang tolol yang mau nyelakain dirinya sendiri."
"Kamu tau kan dia orang jahat, bisa aja dia pura-pura!" Gazza mengalihkan perhatiannya kepada Zora yang sedang memeluk dirinya yang tampak kedinginan.
"Udah jangan salahin Anya, anter aku ke kamar?" Zora berkata lirih. Bibir gadis itu tampak pucat.
"Ayo." Gazza menggendong Zora, membawa gadis itu ke dalam rumah.
Zora menoleh ke arah Anya, lalu memasang senyum penuh kepuasan. Dia tidak selemah itu, walau dia tidak bisa berenang setidaknya dia tak mungkin mati semudah itu. Anya menatap Zora kesal, saat menyadari Zora sengaja melakukan itu.
Ternyata menjadi pemenang sebagai gadis lemah cukup menyenangkan, alih-alih menjadi antagonis seperti yang ditakdirkan untuk Zora.
***
Gazza menghampiri Zora yang sudah turun dari kamarnya dengan baju lengan panjang serta celana joger. Penampilan gadis itu sudah terlihat lebih baik dari pada sebelumnya.
"Lo baik-baik aja?" tanya Gazza.
"Cuma sedikit pusing, sih." Zora memijat pelipisnya, padahal dia sama sekali tak merasakan apa pun. Selain kekesalan kepada Anya yang hampir saja membuatnya difitnah.
"Kamu jangan salahin Anya, ya? Mungkin dia cuma kesel karena selama ini aku udah jahat banget sama dia. Aku emang pantes dapet lebih dari ini." Zora menunduk hingga rambutnya yang tergerai menutupi wajahnya.
Zora tersentak kaget saat merasa tangannya digenggam oleh tangan besar yang sudah pasti milik Gazza.
"Lo bener-bener berubah?" Zora mengedikkan bahunya.
"Percuma, aku emang udah jadi antagonis sejak awalkan?" Gazza menghela napas kasar. Dia tampak tidak suka dengan Zora yang terlihat lemah seperti ini. Mungkin saja dia sudah terbiasa menghadapi Zora yang kasar dan angkuh.
"Semua orang bisa berubah, termasuk lo," ucap Gazza.
"Gazza aku bener-bener enggak berniat nyelakain Zora. Kamu liatkan awalnya dia yang dorong aku!" Anya menghampiri Gazza, menarik Gazza menjauh dari Zora.
Zora tersenyum tipis, memundurkan tubuhnya menikmati kisah cinta kedua orang di depannya ini.
"Bener-bener kayak di drama Korea," gumam Zora sangat kecil yang hanya dapat didengar oleh dirinya sendiri.
Sepertinya keputusan Zora untuk tinggal di rumahnya tidak begitu buruk, dia dapat menunjukkan siapa Anya sebenarnya. Walau dia juga terkejut, ternyata Anya tidak sepolos yang selama ini dia lihat.
"Udah Anya, gue enggak mau bahas ini lagi. Gue pulang!" Gazza berjalan ke arah tasnya yang tertinggal di sofa, lalu pergi dari rumah Zora tanpa menoleh lagi.
Anya menghampiri Zora, tatapannya tidak seperti sebelumnya. Zora bahkan merasa ini bukanlah Anya yang dia kenal, atau bahkan memang inilah Anya sebenarnya.
"Kamu udah taukan? Sekarang puas, sialan!" Anya mendorong Zora kasar hingga mundur beberapa langkah.
Zora bersedekap dada menatap Anya dengan tatapan mengejek.
"Sejak kecil aku suka nonton film princess, dan aku tau gimana mainin peran sebagai princess alih-alih sebagai antagonis yang terbuang. Seperti kamu, kamu juga selama ini memainkan peran sebagai princess bukan, princess berhati busuk!" Anya menarik kerah baju Zora, tanpak menahan emosi. Bahkan wajahnya memerah dan kedua tangannya mengepal kuat.
"Jadi kamu udah tau, ternyata lo enggak sebodoh yang gue kira. Tapi jangan main-main sama gue, inget semua orang cuma percaya sama gue!" Anya berteriak keras di depan wajah Zora menyemburkan kemarahannya.
"Lalu Gazza tadi?" Anya mendorong Zora kasar.
"Cuma kebetulan, ingat seterusnya aku enggak bakal bikin kamu bahagia!" teriaknya.
"Atur aja alur yang kamu pikirin, sampai kamu sadar bahwa takdir manusia itu hanya Tuhan yang dapat mengendalikannya." Zora pergi dari sana meninggalkan Anya yang berusaha menelan kemarahannya bulat-bulat. Karena belum waktunya dia bertindak.
Nih yang minta Zora ngelawan.
Kayaknya makin seru nih pertarungan antara Anya dan Zora. Kira-kira apa kali ini Zora menang?
Setelah ini bakal banyak pergerakan dari Zora.
Mangkanya vote dong!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis yang Terbuang (END)
Teen Fiction⚠️ Mengandung adegan kekerasan (Cerita Lengkap!) Adeline hanya anak manja yang hidup penuh dengan keberuntungan. Sayangnya nasib baik tidak berpihak kepadanya saat perasaan ulang tahunnya yang ke 17 tahun. Adeline harus mati terbunuh oleh musuh bisn...