Zora sejak kecil merupakan anak rumahan, berbeda dengan Raffael dan Zora yang sering sekali bermain ke luar. Bahkan keduanya jarang berada di rumah karena menginap di rumah teman mereka atau pun kerabat mereka. Sedangkan Zora memang cukup pendiam, anak itu jarang bersosialisasi bahkan dengan keluarga mereka sekali pun.
Karena itu Zora banyak tau tentang apa yang terjadi di rumah, salah satunya tentang ayah mereka yang berselingkuh hingga beberapa kali kedua orang tuanya bertengkar hebat. Anehnya saat ada Zafia dan Raffael kedua orang tuanya tampak biasa saja, seperti keluarga harmonis di luaran sana.
Zora tak tau kenapa orang tuanya semakin hari semakin bersikap dingin, keduanya lebih sering menghabiskan waktu masing-masing dibanding dengannya. Jelas Zora kesepian, dia merasa bosan berada di rumah sendirian.
Dia hanya punya Gazza, sosok lelaki yang sudah dia anggap sebagai sahabatnya. Setelah tidak ada Mahesa dia hanya bersama Gazza. Dia juga tak tau kenapa Mahesa pergi jauh, padahal Zora sangat menyayangi Mahesa, walau Zora terkesan nakal dan jahat.
Hari-hari dia habiskan sendirian, sampai dia mendengar kedua orang tuanya akan bercerai, tetapi kedua kakaknya sama sekali tak mengetahui hal itu. Zora tentu sedih, apa lagi ketika ibunya banyak menghabiskan waktu di luar sana, dan Zora hanya bersama ayahnya, sedangkan Bi Nana lebih sibuk dengan urusan dapur dan rumah.
Zora saat itu kelas satu SMA, dia baru saja masuk SMA beberapa minggu lalu. Dia mengantarkan makanan seperti biasa di kamar ayahnya, tetapi dia merasa ada yang aneh. Ternyata ayahnya mabuk, Zora bingung saat beberapa kali ayahnya meracau lalu terlihat kesakitan.
Entah setan apa yang ada dalam tubuh ayahnya, ayahnya melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan kepada putri bungsunya sendiri. Zora tidak dapat melakukan apa pun saat itu, dia hanya bisa menangis dan berusaha teriak tetapi sayangnya tak ada siapa pun yang mendengar.
Zora menemukan sesuatu saat itu, pisau ayahnya yang terlihat dari balik laci. Dia tidak memiliki pilihan lain, dia berusaha kabur dan mengambil pisau lipat itu. Zora kesakitan, dia merasa dunianya begitu hancur, apa lagi yang melakukannya adalah ayahnya sendiri. Seseorang yang seharusnya menjadi pelindung bagi putrinya sendiri.
Zora yang merasa ketakutan tidak memiliki pilihan lain, dia menusuk ayahnya sendiri. Zora yang ketakutan hanya bisa berjongkok di pojok ruangan sambil menangis, hingga semua orang rumahnya datang dan menuduhnya sebagai pembunuh.
Jelas Zora memang seorang pembunuh, tetapi dia tak menyesali hal itu. Masa depannya hancur, hatinya hancur, bahkan semuanya hancur. Dia tidak ada pilihan lain selain membunuh seseorang yang telah melecehkannya.
Ayahnya sempat bangun untuk beberapa saat, dan berkata jika Zora dengan sengaja membunuhnya. Zora benci hal itu, dia merasa kesakitan sendiri di dunia ini.
Satu yang Zora pertanyakan, apa ayahnya benar menyayanginya seperti ayahnya menyayangi Zafia dan Raffael. Apakah ayahnya masih menganggapnya putri kecil yang manis, tetapi kenapa ayahnya melakukan itu.
Sejak itu kehidupan rumit bertambah dikehidupannya. Zora sendirian, Zora hanya punya kejahatan dalam dirinya yang dapat menghibur dirinya. Zora sadar, mungkin saja dia sakit jiwa karena telah banyak menyakiti orang-orang di sekitarnya.
Tetapi hanya satu alasan Zora melakukan itu semua, dia menyakiti orang agar orang-orang tak menyakitinya. Dia berusaha menjadi orang yang ditakuti agar semua orang tak memandangnya rendah dan kembali melukainya. Zora hanya berusaha melindungi dirinya.
Bukankah manusia memang makhluk egois, bukanlah manusia memang seperti itu. Zora juga begitu, egois, jahat, dan penuh kepalsuan.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/341991328-288-k279574.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis yang Terbuang (END)
Teen Fiction⚠️ Mengandung adegan kekerasan (Cerita Lengkap!) Adeline hanya anak manja yang hidup penuh dengan keberuntungan. Sayangnya nasib baik tidak berpihak kepadanya saat perasaan ulang tahunnya yang ke 17 tahun. Adeline harus mati terbunuh oleh musuh bisn...