Zora ke luar dari rumah pagi-pagi sekali. Sialnya saat baru saja ke luar gerbang dia sudah menemukan Gazza yang sedang duduk di atas motor besarnya. Zora meruntuki Gazza yang tidak tau waktu, tapi sepertinya pemuda itu menyusul Anya.
"Di mana Anya?" Zora mengedikkan bahu.
"Serumah juga," ucap Gazza.
Zora mengedikkan bahu tak peduli, memangnya di dunia ini dia hanya mengurus Anya saja.
"Kamu yang pinter sekolahnya."
Sial ternyata Zora kurang pagi, kenapa bisa Anya juga akan jalan jam segini. Zora melirik Gazza sekilas, lalu berjalan cepat pergi dari rumahnya.
Yang Gazza lihat adalah Zora yang memasuki gang tepat tak jauh dari rumah gadis itu. Gazza sedikit mengeryit bingung dengan tingkah aneh Zora. Namun, semuanya terhenti saat Anya sudah berdiri di depannya dengan penampilan rapi.
"Kamu jagain ponakan tante, ya?" Gazza semakin bingung saat melihat orang asing ke luar dari rumah Zora, dan malah menyebut Anya sebagai keponakannya.
"Tante," sapa Gazza ramah.
"Hati-hati di jalan!"
"Kami jalan dulu, Tan!"
Gazza melajukan motornya dengan kecepatan sedang menuju sekolah. Kepalanya penuh dengan pertanyaan tentang Zora dan juga keluarga gadis itu. Semuanya benar-benar di luar nalar pemikiran Gazza.
Pertama Anya dan Zora yang sepupuan, tetapi Zora malah membenci gadis sebaik Anya. Lalu Zafia dan Zora yang malah saling menjauh, padahal keduanya saudara kandung. Yang Gazza tau adalah mereka semua menuduh Zora sebagai seorang pembunuh kedua orang tuanya. Semua itu juga Gazza tau dari Anya.
Anya memang menceritakan banyak hal, tetapi Gazza merasa agak aneh dengan semua itu. Bagaimana bisa Zora menjadi penyebab kematian kedua orang tuanya. Apa lagi diumurnya yang masih muda waktu itu.
"Gazza!" Anya memanggil Gazza sedikit berteriak karena sejak tadi Gazza tak menjawabnya.
"Ha, iya?" Gazza menggeleng pelan berusaha mengusir semua pikiran dalam kepalanya.
"Kamu kenapa?" tanya Anya khawatir. Tak biasanya Gazza melamun di atas motor seperti saat ini.
"Bukan apa-apa." Tentu saja bohong. Tak mungkin Gazza mengakui jika sedang memikirkan Zora, pasti itu akan melukai perasaan Anya.
"Kamu jangan sering melamun." Anya turun saat mereka berdua sudah sampai ke sekolah. Lalu menatap Gazza dengan khawatir.
"Kamu sakit?" Saat Anya ingin menyentuh dahi Gazza, Gazza secara spontan malah memundurkan wajahnya.
"Gue baik-baik aja," balas Gazza.
Anya tampak sedih, tetapi gadia itu mengangguk sebagai jawaban. Lalu kesedihannya tak bertahan lama, gadis itu kembali tersenyum manis dan mengajak Gazza segera memasuki gerbang sekolah.
"Kenapa?" tanya Gazza heran.
"Kamu pasti belum sarapankan karena nyusul aku pagi-pagi, ayo sarapan!" Gazza hanya bisa pasrah mengikuti langkah Anya. Dia merasa tak tega jika harus menolak gadis yang begitu dia sayangi itu, mungkin.
"Capek gila, haus!" Gazza dan Anya sama-sama menoleh saat mendengar suara keras dari seseorang yang sangat mereka kenali.
Terlihatlah Zora datang dengan dahi dipenuhi kringat, bahkan poni gadis itu terlihat sudah lepek. Anehnya Zora merasa sangat tak peduli dengan penampilannya yang begitu berantakan.
"Makasih, Bu." Zora duduk di bangku tak jauh dari Gazza dan juga Anya. Tetapi sepertinya gadis itu tak menyadari ada dua sosok yang sejak tadi memperhatikannya.
"Ah, leganya?" Zora menyeka keringat dengan lengan bajunya, tak peduli jika bajunya itu akan kotor.
"Heh alien!" Zora mendengkus sebal saat Kaisar tanpa diminta sudah duduk di depannya. Bahkan pemuda itu tidak ada sopan-sopannya dengan mengangkat kakinya ke atas kursi di sebelahnya.
"Ngapain aja, kok kayak gembel?" Kaisar bertanya, walau pertanyaan sangatlah tidak sopan.
"Abis ngemis!" balas Zora asal.
"Wah cocok sekali dengan wajah alien lo itu!" Kaisar tertawa puas saat melihat raut penuh kekesalan dari wajah Zora.
"Pergi sono!" Zora tampak tak suka dengan keberadaan Kaisar. Walau sebelumnya Zora senang membuat Kaisar kesal, kali ini tidak. Zora sedang merasa kegerahan.
"Bukan kantin punya bapak lo!"
"Bapak gue udah mati!" balas Zora kesal.
"Gelap." Zora memutar bola mata malas. Sungguh Kaisar mengganggu pemandangan indah pagi ini.
"Gazza mau ke mana?!" Zora menoleh, lalu membesarkan mata saat menyadari ada Gazza dan Anya di sana.
Gazza yang sejak tadi diam langsung bangkit dan memilih pergi dari kantin. Meninggalkan Anya yang beberapa kali memanggil namanya.
Mood Gazza untuk sarapan seketika hilang, dia ingin cepat-cepat ke kelas dan belajar saja. Namun, anehnya hal itu terjadi saat melihat Zora dan juga Kaisar.
"Sialan!" maki Gazza kesal.
Sepertinya ada yang tak beres dengan otaknya. Gazza akan memastikannya nanti, sepertinya dia harus sering mendinginkan kepala alih-alih belajar terus menerus.
Hai-hai
Aku update cukup banyakkan buat kalian, hehe.
Aku besok ulang tahun, loh. Ada yang baik hati ga nih ngucapin aku. Siapa tau ada ayang yang mau ngucapin di SG trus tag aku hehe.
Berita baik, besok aku bakal udate double spesial ultah aku.
Gimana nih, kemarin udah double, hari ini update, besok double lagi.
Jangan lupa spam komen loh buat apresiasiin kerajinan aku kali ini, soalnya aku aslinya pemales.
Jangan lupa ucapin akuuu!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis yang Terbuang (END)
Fiksi Remaja⚠️ Mengandung adegan kekerasan (Cerita Lengkap!) Adeline hanya anak manja yang hidup penuh dengan keberuntungan. Sayangnya nasib baik tidak berpihak kepadanya saat perasaan ulang tahunnya yang ke 17 tahun. Adeline harus mati terbunuh oleh musuh bisn...