LARANGAN ANSHANA
"Na, tumbenen lo boleh pulang malam gini biasanya sore aja udah ditelfonin suruh pulang?" tanya Adora sambil berjalan mengikuti Anshana ingin memasuki rumah gadis itu. Keduanya baru saja memasuki gerbang setelah turun dari taksi online yang mereka pesan.
"Ya bagus dong, Ra, itu artinya gue bisa bikin konten di luar. Lebih semangat lagi. Siapa tahu habis ini postingan gue meledak dan banyak yang endorse."
"Endorse mulu isi otak lo heran gue," protes Adora. Langkah keduanya mendadak terhenti ketika berada di depan pintu masuk. Adora melihat papa Anshana—Mataya berdiri menghalangi jalan mereka.
"Eh, Papa? Kok udah pulang aja? Katanya besok baliknya," Anshana bertanya kaku.
Baru saja Mataya akan menjawab tiba-tiba Shinari—adik Anshana turun dari tangga dan menyapa lebih dulu papanya.
"Papa? Kapan pulangnya? Kok Shinari gak tau?"
"Kamu di kamar terus. Ngapain emangnya?" tanya Mataya mengusap kepala anak bungsunya.
"Belajar dong, Pa. Ada tugas yang harus diselesaikan."
Mataya mengangguk lalu matanya beralih pada putri sulungnya yang masih berdiri di depan pintu. "Kamu dari mana, Anshana? Kenapa baru pulang jam segini?"
"Yang jelas sih keluyuran, Pa," potong Shinari menatap kakaknya dengan tajam.
Anshana membalas tatapan adiknya yang hanya bertaut setahun itu dengan tak kalah tajam. "Anshana gak keluyuran kok, Pa. Tapi kerja." Anshana menjawab bangga.
"Buat apa kerja kalau tugas dan nilai-nilai kuliah berantakan? Gak guna tau lo, Kak."
"Hei, Shinari, gak boleh gitu sayang." Mataya memperingati dengan halus. Shinari meninggalakan papa dan kakaknya memilih membantu mamanya yang sedang menyiapkan makan malam di meja makan.
"Adora, Om tanya sama kamu. Kerja apa yang kerjaannya selalu foto-foto menuhin memori hp? Main ke sana kemari. Belanja gak ada berhentinya sama saja boros kan?"
Adora tersenyum lebar menampakkan deretan giginya. Wajahnya kaku dan tangannya menyenggol perut Anshana sembari bergumam, "Kok jadi gue yang kena anjir?"
"Ayo jawab, Adora?" pinta Mataya.
"Oh.. Haha, Om, kayak gak tau aja sih. Itu lho, Om, content creator. Iya, content creator, Om. Itu profesi lho, Om. Anak muda sekarang banyak yang jadi content creator sambil menempuh pendidikan alhasil bisa sukses, Om." Adora menjelaskan dengan semangat walau tak urung dia juga gemetar takut Mataya marah padanya.
"Kamu juga Adora jangan mau disuruh-suruh Anshana untuk nemenin dia, jadi tukang fotonya jangan mau. Mending di rumah belajar atau ikut organisasi di kampus. Itu jauh lebih positif dan bermakna."
"Oh, iya, Om, siap!" Adora mengangguk sembari mengangkat kedua jempolnya.
Anshana menendang pelan kaki Adora sembari bergumam, "Malah ngangguk sih lo, Ra? Bukannya ngedukung gue!"
"Ya sudah kalian masuk kita makan malam bersama, ayo!"
"Kita tadi udah—Ahkk!"
"Iya, Pa, ayo kita makan!" Anshana berjalan lebih dulu setelah menginjak kaki Adora. "Ayo sini, Ra, lo ngapain berdiri di situ? Sini sini sini makan samping gue!" Anshana menepuk cukup kuat tempat duduk untuk memberi kode pada Adora.
Sementara Shinari terus memandangi mereka secara bergantian. "Pasti mereka udah makan tadi, Pa, di luar. Kak Adora ke sini itu mau bantuin Kak Anshana bikin konten. Ujung-ujungnya juga pasti skip belajar."

KAMU SEDANG MEMBACA
SULUNG
Fiksi Remaja‼️WAJIB FOLLOW UNTUK MEMBACA KELANJUTAN CERITANYA ‼️ Adora dan kedua sahabatnya dulu pernah berjanji sewaktu SMA untuk tidak menjadi asing. Segalanya dulu mereka selalu bagi termasuk suka duka menjadi anak pertama di keluarga masing-masing. Tapi sem...