26. MIMPI YANG TERGAPAI

9 2 2
                                    

"Ra?" panggil Sakya sembari menahan tangan gadis itu yang sedari tadi menghindari kontak mata dengannya.

"Sakya, lepas!" Adora memberontak. Dia tidak ingin berdekatan dengan Sakya mulai hari ini.

"Kenapa sih, Ra? Lo aneh tau gak?" tanya Sakya heran dengan sikap Adora akhir-akhir ini.

Adora melirik Sakya sesaat. "Gak ada yang aneh. Perasaan lo aja," jawab Adora cuek sembari menghindari Sakya untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Gue belum selesai bicara, Adora!" Sakya menyusul Adora yang kini malah mengangkati satu persatu kursi ke atas meja. Sakya geram karena Adora tak menjawabnya lagi. Tangan laki-laki itu menahan kursi yang ingin Adora angkat.

Adora menatap Sakya heran. Kenapa dengan sikap laki-laki itu malam ini?

"Lo kenapa sih, Sak? Ada masalah sama gue?" tanya Adora sarkas.

"Gue yang harusnya nanya, Ra, lo kenapa dua hari ini kayak menghindar dari gue?"

Adora mengernyitkan alisnya. "Gak ada yang menghindar. Jelas satu tempat kerja. Aneh lo!"

Adora kembali meninggalkan Sakya dan ingin membuang sampah ke belakang. Namun, lagi-lagi Sakya tak membiarkannya pergi. Hal itu membuat Adora jengah dan langsung mendorong Sakya.

"Lo kenapa sih, Sakya?!" marah Adora. "Bisa gak sih gak usah deketin gue!?"

"Lo yang kenapa, Ra? Ngapain lo dua hari ini diamin gue? Seolah-olah menghindar dari gue? Lo gak biasa kayak gini."

Adora mengalihkan tatapannya sesaat. Senyum samar di bibirnya dapat Sakya lihat. "Gak enak kan di diamin? Gak enak kan di ketusin balik sama orang? Kayak gitu yang gue rasain sama lo Sakya! Gak cuma gue, mungkin semua karyawan di sini juga ngerasain hal yang sama."

Sakya terdiam mendengarnya. Pandangannya kini menunduk di hadapan Adora. Karyawan dapur yang tadi ikut mengintip-terutama Harry sangat mendukung apa yang Adora katakan.

"Minggir lo, gue mau kerja!" ketus Adora dingin.

Sakya menuruti perkataan Adora. Tiba-tiba saja dengan lembut Sakya menahan pergelangan tangan Adora. "Gu-gue minta..maaf, Ra," ungkap Sakya tulus dan terdengar kaku. "Gue salah. Gue bakal ubah sikap gue, " bujuk Sakya dan dia juga akan merubah sikapnya pelan-pelan.

Adora menggeleng dengan tegas. "Gak perlu lo ubah sikap lo apalagi untuk gue. Emang gue siapa? Gak usah berlebihan, Sakya. Dan satu lagi, gue juga bakal segera ganti hp adik lo. Gue usahain awal bulan ini sesuai perjanjian kita."

Sakya menatap Adora dengan lembut dan terlihat sedikit khawatir. "Ra, it's okey. Gak usah buru-buru. Gue yang bakal kasih pengertian ke adik gue." Sakya tahu bila gaji dari resto ini tidak akan cukup untuk mengganti rugi ponsel adiknya yang seharga puluhan juta itu.

"Lo tenang aja. Gue bakal usahain kok awal bulan ini. Gue juga udah gak mau berurusan sama lo. Gue gak bisa bekerja sama orang yang suka nuduh-nuduh gue tanpa mau mendengar penjelasan gue. Gue gak nyaman, Sak. Sorry kalau gue kekanakan."

Sakya kembali mengejar Adora hingga ke belakang tempat Adora mengambil sapu dan peralatan bersih-bersih lainnya. "Ra, maksud lo apa bicara kayak gitu? Gue kan udah minta maaf, Ra?"

Adora berdecak kesal. Dia benar-benar tidak nyaman terus dibuntuti oleh Sakya seperti ini. Adora membuka apron dan melepas topinya. "Gue udah maafin lo. Puas? Udah ya, Sak. Gue capek. Gue duluan!"

Adora pergi meninggalkan Sakya dengan perasaan marah dan kesal hingga tak sengaja menangkap basah karyawan dapur yang sedang mengintip.

***

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang