Seluruh karyawan resto dikumpulkan pada satu ruangan yang setiap bulan hanya sekali mereka memasukinya kecuali ada urusan terdesak yang mengharuskan bertemu dengan Antoni. Ruangan yang biasanya lengang kini seperti tercipta nada dari bisik-bisik Dini dan Dodi. Adora terjebak di antara keduanya karena perseteruan mereka yang membahas soal hutang piutang.
Adora jelas terlihat tidak nyaman berada diantara Dodi dan Dini. Dia harus melindungi sikunya yang masih memar dan sangat sakit bila tersentuh oleh apa pun.
"Din, jangan lupa utang lu bayar egek!" peringat Dodi sembari menatap Dini tajam, "Awas aja lu telat! Bunga plus dendanya gue naikin!"
Adora dengan cepat mengelak sebelum dia yang terkena pukulan Dini. "Sabar anjir lu! Gajian juga belom. Gue belum megang uangnya udah lo palakin aja sih, Dod," kesal Dini ingin sekali menjambak rambut Dodi namun terhalang oleh Adora.
Adora yang terkejut segera menetralkan nafasnya karena selamat dari himpitan Dini yang sedikit lagi mengenai sikunya. Sakya berdecak kesal melihat pertengkaran keduanya. Tangannya meraih tangan Adora untuk dibawanya berpindah duduk di sebelahnya. Sementara Herry dengan sigap langsung mengisi tempat Adora semula.
"Jangan berisik. Gue deg-degan nih," timpal Herry serius.
"Deg-degan kenapa, Mas?" tanya Dodi penasaran.
"Takut dimakan Sakya," jawab Herry melempar pandangan ke arah Sakya. Hal itu membuat Dini dan Dodi seketika terdiam dan sibuk merapatkan bibir masing-masing ketika mendapati tatapan setajam pisau dari Sakya.
"Maaf, Mas Sakya," tutur Dini tidak enak.
Tak berapa lama Antoni datang dengan memegang lima buah amplop putih yang masing-masing sudah tertulis nama karyawannya. Bulan ini adalah tanggal satu, dimana semuanya menerima gaji hasil kerja keras mereka selama sebulan. Mata Dodi dan Dini seperti ada cahaya yang berpendar ketika melihat amplop dengan nama mereka. Sementara Adora sudah membayangkan bahwa isi dari amplop itu hanya singgah sebentara di tangannya sebelum berpindah ke tangan besar milik Sakya.
"Sudah tahu kan artinya apa kalau kalian saya kumpulkan di sini?" tanya Antoni berbasa-basi.
"Gajian kan, Pak?" tebak Dodi sangat bersemangat.
"Ada bonus gak, Pak?" timpal Herry membuat Dini dan Doni tak sabar mendengar jawaban Antoni.
"Gak kalian lihat amplopnya lebih tebal dari bulan kemarin?" goda Antoni mengangkat satu amplop.
"Wahhhh!! Ada bonus nih kita, Mas Herry," celetuk Dodi tak sabar.
"Sakya dan Adora, definisi dari the best combo diletakkan bagian depan. Saya perhatikan semenjak ada Adora penjualan kita meningkat. Anak-anak kampus yang dekat sana itu mulai datang makan di sini. Kalau dulu kan agak sepi ya? Kalian ngerasain gak?" jelas Antoni mengutarakan isi hatinya.
Dini dengan cepat mengangguk. "Bener, Pak, di bagian dapur kami juga lebih ekstra produksinya."
"Ya kan, benar, tebakan saya. Mulai sekarang Sakya dan Adora harus di depan. Kalian bertiga fokus produksi. Paham?"
"Siap! Paham, Pak," sahut Dodi, Dini dan Herry.
Antoni lantas membagikan satu persatu amplop berisi gaji mereka berserta bonusnya. Wajah para karyawan sangat berseri ketika menerimanya. Hal itu membuat Antoni cepat cepat ingin mengusir mereka dari ruangannya sebelum dia terharu dan berakhir menitikkan air mata. Bagi Antoni karyawannya itu sudah seperti anaknya sendiri. Selalu menurut dan membanggakan setiap bulannya.
"Sudah, sana kalian keluar. Bersih-bersih sebentar lagi resto mau tutup."
"Siap, Pak. Makasih, Pak."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SULUNG
Teen Fiction‼️WAJIB FOLLOW UNTUK MEMBACA KELANJUTAN CERITANYA ‼️ Adora dan kedua sahabatnya dulu pernah berjanji sewaktu SMA untuk tidak menjadi asing. Segalanya dulu mereka selalu bagi termasuk suka duka menjadi anak pertama di keluarga masing-masing. Tapi sem...