15. PARA SELEBGRAM

9 4 0
                                    

PARA SELEBGRAM

Sudah seminggu berlalu sejak pembicaraan dengan orang tua Anshana, Adora melihat semangat dalam diri Anshana semakin besar. Terlebih Anshana mendapatkan fasilitas baru dari Papanya berupa ponsel keluaran terbaru yang pernah Adora rekomendasikan untuk Anshana gunakan. Selama itu pula akun Anshana mengalami pertumbuhan followers yang pesat. Setiap postingan gadis itu juga ramai dengan komentar positif dan banyak dari mereka mulai menyadari bahwa style fashion Anshana memiliki kualitas yang bagus. Beberapa brand fashion satu persatu mulai menawari kerja sama dengan Anshana. Setiap barang yang Anshana endorse selalu berakhir tak tersisa.

Namun, di balik kesuksesan yang kini Anshana rasakan ada Adora yang merasa sedih dan marah pada dirinya sendiri. Dulu Adora bertekad untuk membantu Anshana di setiap perjalanan gadis itu. Tapi saat ini situasi yang Adora alami sama sekali tidak mendukung. Beberapa kali Anshana meminta dirinya untuk menemani atau pun membantunya dalam membuat konten Adora menolak ajakan tersebut karena dia harus part time untuk menyelesaikan tanggung jawabnya.

Adora menarik nafasnya dalam, tak lama tubuhnya bergeser secara tiba-tiba hingga membuat Adora terkejut. Suara ketus menusuk hatinya membuat Adora tersadar bahwa dia sedang bekerja.

"Lo dibayar untuk kerja. Bukan ngelamun kayak gini!" ketus Sakya.

Adora menunduk tak berani menatap Sakya. Sial sekali Adora sampai melamun di tempat kerja. Di hadapannya ada seorang pelanggan pun dia tidak menyadarinya.

"Sakya, maaf, gue salah."

Sakya tak peduli dengan ucapan Adora. Dia mengambil alih pekerjaan Adora untuk melayani seorang pembeli sembari menyodorkan kertas menu makanan.

"Maaf, tapi saya mau dilayani sama yang cewek," tolak pembeli tersebut membuat Sakya mendengus dan bergeser ke meja kasir tempatnya semula.

"Maaf, Mas, saya tadi gak fokus." Adora meminta maaf tanpa melihat pembeli tersebut. "Silakan mau menu yang paket apa?"

"Paket group ya, Ra. Variannya bebas."

Adora menatap pembeli tersebut karena terkejut namanya bisa disebut. "Oh, Kak Kheeva? Maaf, Kak, gue gak tau."

Kheeva mengangguk. Semenjak dia mendapatkan nomor Adora, sesekali dia berani memulai percakapan dengan gadis itu di room chat. Kheeva penasaran dengan Adora. Gadis itu selalu tampak cerita namun entah kenapa dengan hari ini Adora terlihat murung.

"Lagi mikirin apa, Ra? Sampai gak fokus gitu," tanya Kheeva berbasa-basi sembari Adora menyiapkan pesanannya.

Adora bergeleng. Dia tidak ingin menanggapi lebih dan ingin fokus bekerja karena takut Sakya mengawasinya seperti tadi. "Ini pesanannya, Kak. Silakan dibayar di sebelah. Terima kasih."

Kheeva mengangguk saja. Dia beralih ke meja kasir namun tidak dengan pandangannya yang masih terpusat pada Adora. Sakya menyadari arti tatapan Kheeva untuk Adora. Laki-laki mana yang memandang menggunakan sorot lembut dan dalam pada seorang perempuan jika tidak ada perasaan lain.

Satu persatu resto berangsur sepi karena hari mulai malam. Hingga benar-benar tak ada pengunjung seluruh karyawan mulai bersih-bersih membuang sampah, menyapu lantai dan mengepel lantainya. Adora memunguti sampah yang berada di bagian depan. Membawanya ke belakang untuk membuangnya ke tong sampah besar. Adora merasa sangat lelah hari ini. tak jauh dari tong sampah ada sebuah bangku panjang yang menempel pada dinding belakang resto. Adora melepas topinya dan beristirahat di sana.

Selama lima menit istirahatnya terasa tenang sembari menikmati semilir angin malam yang menusuk tulang. Terlebih pakaiannya pendek hanya sebatas lengan atas tangannya. Tak lama ponselnya berdering, sebuah panggilan video call dari Anshana.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang