32. TIDAK PERNAH AKUR

6 2 0
                                    

Adora memperhatikan seisi resto terutama di tempatnya berdiri saat ini. Dia menatap posisi biasa tempat Sakya berdiri, di sana kosong tidak ada seorang pun. Bahkan sedari tadi yang mengerjakan pesanan dan mengurus pembayaran dilakukan oleh Adora. Dia melangkah ke arah dapur dan mencari Dini yang sedang duduk beristirahat sembari memainkan ponselnya.

"Din, Sakya mana ya? Soalnya dari tadi gue masuk belum ada ngeliat tuh anak."

"Mas Sakya belum ada datang dari pagi, Ra." Dini menjawab sekedarnya.

"Lagi di hotel, Ra. Agak sorean dia ke resto," sambung Harry. "Lagi ramai di depan? Ada Dini nih yang bisa bantu."

"Iya, Ra, lagi ramai, ya?"

Adora buru-buru menggeleng. Padahal dia hanya sekedar bertanya namun respon teman-temannya begitu serius menanggapi.

"Enggak kok, gue bisa. Gue balik ke depan dulu." Adora segera menutup pintu dapur dan kembali ke tempatnya semula.

Tidak lama dari itu beberapa orang pelanggan datang untuk memesan pada Adora. Gadis itu tengah fokus menyiapkan pesanan tanpa dia sadari Sakya sudah masuk dan berdiri di dekat mesin kasir tanpa mengganti bajunya yang masih ber stelan formal dengan jas berwarna hitam. Dia melihat Adora tampak sibuk dan tidak tega membiarkan gadis itu lebih lama lagi menghandel dua pekerjaan sekaligus.

"Langsung bayar di kas-" Adora terkejut karena melihat Sakya sudah mengambil alih pekerjaannya. Adora menatap Sakya sesaat karena menyadari Sakya belum berganti pakaian.

"Lo ganti aja dulu, gue bisa kok."

"Fokus aja sama kerjaan lo," jawab Sakya tanpa melihat Adora. "Mau sekalian ambil menu take away, Kak? Ada promo buy one get one."

Adora hanya melirik Sakya yang entah kenapa laki-laki itu terlihat sedikit berbeda-ramah kepada pelanggan itu bukan keahlian Sakya.

"Boleh deh, Mas. Varian rasanya bisa beda kan?"

"Bisa kok, Mba. Mba mau varian apa aja? Biar saya siapkan." Adora lekas menanggapi permintaan pembelinya.

"Disamain sama yang saya pesan aja." Pembeli tersebut bersama temannya langsung pergi mencari tempat duduk ketika pesanannya selesai.

Tidak lama dari itu segerombol mahasiswa mengenakan almamater yang Adora kenali datang memesan. "Woi, ini ceweknya Kheeva. Cantik juga!" celetuk salah satu dari mereka.

"Permisi, Kak, mau pesan varian apa? Ada promo juga hari ini khusus take away."

"Lo ceweknya Kheeva bukan sih?"

Adora menyelipkan rambutnya ke samping telinga. Dia takut mahasiswa ini hanya sekedar iseng dan tak jadi membeli. Adora tidak ingin ribut dengan Sakya hari ini.

"Mau beli atau enggak?" tanya Sakya dingin.

Adora melirik sedikit pada Sakya karena takut melihat tatapan dingin laki-laki itu. "Jangan galak-galak!" bisik Adora.

"Ya beli lah. Ngapain datang ke sini gak beli, ya gak?" Segerombol mahasiswa tadi ikut menjawab kompak. "Gak usah yang take away. Makan di sini aja."

"Variannya mau apa, Kak?"

"Bebas. Kalau cewek cantik yang milihin pasti enak," goda salah satu dari mereka.

"Sebentar, disiapkan dulu, Kak." Adora benar-benar malu saat ini. Tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh Sakya untuk berpindah tempat menjaga mesin kasir.

"Pindah, biar gue yang siapkan." Sakya berbisik ketus pada Adora.

"Mas, sorry, tapi kita-kita maunya sama cewek itu," ujar laki-laki yang sedari tadi menggoda Adora.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang