Seorang laki-laki berdiri di ujung jalan melambaikan tangannya kepada seorang gadis yang baru saja menyelesaikan kerja paruh waktunya hari ini. Kheeva tersenyum begitu lebar hingga memperlihatkan lesung pipinya yang begitu indah bahkan berhasil membuat Adora berlari untuk menghampiri laki-laki itu.
Adora menatap kagum pada Kheeva malam ini. Laki-laki itu selalu saja terlihat tampan karena gaya berpakaiannya yang terkesan boyfriend material. Mengenakan kemeja oversize dilapisi oleh kaus berwarna putih.
"Kak Kheeva? Ngapain ada di sini?"
Kheeva mengendikkan bahunya. Tangannya lantas menarik telapak tangan Adora untuk di gandengnya dan berjalan bersama. "Pulang yuk, Ra?"
"Emang sih, emang gue mau pulang. Tapi lo ngapain ada di sini?" tanya Adora masih belum puas karena Kheeva tidak memberikannya jawaban.
"Menurut lo ngapain?" tanya Kheeva sembari menatap kedua manik mata indah milik Adora.
Kheeva berdecak gemas saat Adora tersenyum di hadapannya. "Gue suka lihat senyum lo, Ra."
"Tau. Senyum gue kan manis," jawab Adora sembari terus tersenyum.
"Tapi gak akan pernah bisa ngalahin manisnya senyum gue," balas Kheeva tak mau kalah.
Kini Adora yang berdecak sebal. Sayang sekali dia tidak dilahirkan untuk memiliki lesung pipi seperti Kheeva. "Iya deh iya, yang punya lesung pipi emang beda sendiri kalau senyum."
Kheeva tertawa dibuatnya. "Lo gak ngejek gue kan?" curiga Kheeva.
"Oh iya, gimana siku lo? Udah mendingan?" Kheeva tiba-tiba saja teringat.
Adora mengangguk dan menunjukkan bekas kebiruan yang mulai memudar di sikunya. "Udah gak sakit lagi, Kak, tinggal bekasnya aja yang belum hilang."
Kheeva mengangguk pelan. Dalam hati dia benar-benar senang bisa berjalan dengan Adora seperti ini. Genggaman tangan keduanya semakin erat satu sama lain dalam hening langkah mereka. Berbeda dengan Kheeva, Adora lebih memilih tenggelam dalam pikirannya yang masih tertinggal di ruangan Antoni tadi sore.
Tok.. Tok.. Tok..
"Permisi, Pak Antoni, saya Adora."
"Silakan masuk, Adora." Antoni mengemas berkasnya dan segera berpindah duduk pada sofa yang berada di pinggir ruangan. Antoni membuka lemari pendingin dan mengeluarkan dua botol minuman untuk dirinya dan Adora.
"Duduk, Adora. Ada apa?"
Adora terdiam sesaat. Dia bingung dan takut ingin mengatakannya. Bagaimana kalau Antoni malah menahannya dan tidak mengizinkannya. Semua pemikiran negatif bersarang di benaknya.
"Gini, Pak, saya sebenarnya sudah ada niatan untuk kel-
" OM!" Tiba-tiba saja Sakya datang dengan tergesa-gesa memasuki ruangan Antoni. Hal itu mengejutkan keduanya yang sedang fokus ingin mulai perbincangan.
"SAKYA! GAK SOPAN KAMU," marah Antoni menatap tajam keponakannya. "Tidak lihat kamu saya sedang berbicara dengan Adora?"
Sakya menatap Adora sesaat, dia tahu apa yang akan Adora katakan pada Antoni. Namun entahlah Sakya hanya belum siap saja menghadapi kenyataan tersebut.
"Maaf, Om."
"Ada apa?"
"Di depan ada tante nyariin, Om. Katanya udah ditelfon Om gak angkat."
Antoni lantas berdiri dengan panik. Dia meninggalkan Adora dan juga Sakya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Pak?" panggil Adora namun Antoni tidak menjawabnya. Tatapannya tertuju pada Sakya yang hanya berdiri diam di tempatnya. "Ini pasti ulah lo kan?" tuding Adora.
KAMU SEDANG MEMBACA
SULUNG
Teen Fiction‼️WAJIB FOLLOW UNTUK MEMBACA KELANJUTAN CERITANYA ‼️ Adora dan kedua sahabatnya dulu pernah berjanji sewaktu SMA untuk tidak menjadi asing. Segalanya dulu mereka selalu bagi termasuk suka duka menjadi anak pertama di keluarga masing-masing. Tapi sem...