4. BAHAGIA SEDERHANA UNTUK ADORA

19 3 0
                                    

BAHAGIA SEDERHANA UNTUK ADORA

Setelah berpamitan dari rumah Anshana, Adora tidak langsung menuju ke rumahnya. Melainkan dia mendatangi Rumah Makan Keluarga milik keluarga Dalena. Adora ingin membelikan lauk untuk makan malam Ael di rumah. Ketika Adora menginjakkan kaki Rumah Makan Keluarga tidak begitu ramai lantaran menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Hanya di tempati kurang dari lima meja. Adora tersenyum samar melihat beberapa keluarga makan dengan lahap bersama anak dan orang tua mereka. Seharusnya sejak rumah makan ini dibuka Adora datang bersama mama dan adiknya. Namun hampir lima tahun rumah makan ini berjalan Adora hanya datang seorang diri atau ditemani oleh Anshana.

Lamunan Adora buyar ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Perempuan berusia hampir menginjak kepala empat dengan rambut dikuncir satu agar tidak mengenai hidangan makanannya. Dia adalah Anggi—orang tua Dalena yang sudah Adora anggap seperti orang tuanya sendiri.

"Eh, Tante Anggi. Sehat, Tante?"

"Sehat. Mau apa kamu? Mau ajak Dalena main malam-malam begini?" Anggi bertanya to the point karena sudah hafal karakter Adora yang suka keluyuran sama seperti putri bungsunya.

"Ih, enggak tau, Tante. Tante mah negatif mulu kalau Adora ke sini. Emang Adora ke sini mau ngajak Dalena main aja kan enggak, Tante."

"Terus? Mau ngapain? Cari lauk? Lauknya udah pada habis kamu lihat sana sendiri, pilih maunya apa. Kalau untuk Ael udah kehabisan kamu sih telat. Habis dari mana? Pasti dari rumahnya Anshana."

Adora menelan salivanya jika Anggi sudah melontarkan beribu pertanyaan seperti sekarang. "Kok Tante bisa tau sih? Tante cenayang ya? Atau Tante dikasih tau sama jin-jin yang nungguin di sini?"

PLAK!!

"AAAKK!! Tante sakit ih," kesal Adora mengelus lengannya yang dipukul Anggi menggunakan sisir di kepalanya.

"Kamu bicara sembarangan! Tau dari mana kalau ada jinnya?" bisik Anggi. "Jangan-jangan kamu yang cenayang?"

"Jadi serius ada, Tante??" Adora bertanya penasaran.

"Ya enggak lah! Ngomong sembarangan. Udah cepet pilih habis itu sana pulang!" usir Anggi galak.

"Tante, galak amat. Ya bentar ini juga Adora lagi mau pilih." Adora membuka penutup setiap lauk yang dihidangkan secara prasmanan lalu nanti dibungkus oleh Anggi. Gadis itu meraih penjepit yang terbuat dari alumunium berwarna putih. Adora memilih beberapa lauk yang sekiranya Ael sukai setelah itu memberikannya pada Anggi untuk dibungkus.

"Eh, Ra? Sejak kapan lo datang? Kok gak ngabarin gue dulu," tanya Dalena. Gadis itu seperti habis mandi karena rambutnya masih basah dan dibiarkan tergerai.

"Tadi. Mau cari lauk gue untuk Ael."

Dalena mengangguk. Dia duduk menarik kursi untuk lebih dekat denga Adora.

"Adik kamu di mana, Del?" tanya Anggi.

"Di kamar lho, Ma. Itu mulu perasaan yang Mama tanya," jawab Dalena kesal.

"Habis dari mana lo?" tanya Dalena memperhatikan penampilan Adora yang masih rapi. Biasanya sahabatnya itu akan mengunjungi rumah makannya dengan berpakaian celana pendek dan hoodie yang topinya dia ikat untuk menutupi kepala dan sebagian wajahanya.

"Biasa dari rumahnya Anshana."

"Anshana habis nge-chat gue dia tadi. Katanya habis dimarahi sama bokapnya." Dalena memberi tahu.

"Gue nonton secara langsung lagi tadi. Makanya gue kabur ke sini," bisik Adora agar Anggi tidak mendengarnya. "Bokapnya serem kayak emak lo kalau marah," lanjut Adora masih berbisik. Tak lama Anggi datang membawakan pesanan milik Adora yang sudah selesai dibungkus menggunakan kertas nasi.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang