GIGITAN ADORA
Adora bersyukur resto yang menjadi tempatnya bekerja kini tidak seramai tadi. Di sela-sela sepinya resto karena jam makan siang sudah berlalu Adora manfaatkan untuk pergi ke dapur sekedar duduk karena dia cukup lama berdiri melayani antrian pembeli yang tak putus tiga jam lalu.
Sesampainya di dapur Adora melihat karyawan dapur juga sedang beristirahat dan sebagian ada yang baru saja makan siang karena baru memiliki waktu luang. Adora mendekati Dini yang sedang duduk sembari memainkan ponselnya. "Din, gue duduk sini, ya?"
"Eh, Adora. Iya, Ra, duduk aja gak papa. Capek pasti kan?" tanya Dini sembari menyimpan ponselnya.
"Banget, Din! Apa lagi di sampingnya Sakya. Udah galak, dingin, apa gak tambah capek plus stress gue!" keluh Adora dengan emosi menyala.
Harry yang sedang makan bersama Dodi berceletuk. "Biasa tuh, Ra. Change posisi aja sama Dini. Dia suka tuh berduaan sama Sakya."
"Husssttt! Mas Harry, apa-apaan sih?" tanya Dini kesal karena pria itu ikut campur pembicaraannya dengan Adora. "Makan aja sana! Ngapain ikutan nimbrung segala?"
Perhatian Dini lalu tertuju pada Adora yang tampak tertawa. "Kamu berani banget ya, Ra, manggil Mas Sakya pakai namanya aja?"
Adora mengernyit heran karena ucapan Dini. "Ya emang kenapa? Gue tau sih umurnya lebih tua dari gue. Cuma males aja harus panggil pakai Mas. Lagian dia juga nyebelin orangnya!"
"Bener tuh, Ra, nyebelin banget kan sih Sakya? Mana sok lagi gayanya, mentang-mentang bokapnya punya hotel dan mau di teruskan sama dia." Lagi-lagi Harry menimbrung ikut mengutarakan kekesalannya seperti Adora. Akhirnya dia merasa punya teman yang sependapat dengan sikap Sakya selama ini.
"Apa? Hotel?" tanya Adora kaget. Dia menatap Dini dan perempuan itu mengangguk.
"Iya, Ra. Kamu belum tau, ya?"
"Bentar-bentar, gue gak paham sumpah. Maksudnya apa? Sakya punya hotel?" tanya Adora bertambah bingung dan juga penasaran.
"Iya, Ra. Mas Sakya itu bokapnya punya hotel besar. Dia itu definisi orang kaya yang nyamar jadi orang miskin kayak kita. Makanya kerja di sini ikut Pak Antoni alias Oomnya," sahut Dodi sembari memberikan Adora minuman yang tadi diambilnya juga untuk Mas Harry dan Dini.
"Jadi Sakya itu orang kaya?" tanya Adora lagi untuk memastikan.
Ketiga karyawan dapur mengangguk. Adora lemas mendengarnya. Dia merasa dibohongi oleh Sakya jika seperti ini. Adora mengambil minuman tersebut lalu pergi ke luar dapur. Dia tidak bisa berlama-lama berada di dapur takut di depan ada yang datang dan membeli. "Gue cabut ke depan dulu. Makasih minumannya." Adora berucap dingin seperti minuman di tangannya.
Dodi menatap Dini dan Harry karena bingung dengan perubahan sikap Adora. "Itu Adora kenapa? Kok tiba-tiba cabut?"
Dini mengendikkan bahunya. "Gak tau. Kayaknya lo salah ngomong deh, Dod?"
Ketika Adora membuka pintu dapur ada Sakya yang berdiri di sampingnya. Adora menatap Sakya dengan dingin. Dia merasa kesal dan ingin sekali memaki Sakya saat ini namun situasinya sedang tidak memungkinkan.
"Adora?" panggil Sakya.
"Pembohong!" cetus Adora tepat di depan wajah Sakya. Lalu dia kembali kepada kerjaannya karena ada dua orang pembeli yang datang.
"Mau pesan paket dan varian apa, Kak?" tanya Adora tanpa senyum di wajahnya. Suaranya juga tidak seriang tadi saat dia bekerja.
"Paket bestie, varian hot&cheesy—"
KAMU SEDANG MEMBACA
SULUNG
Novela Juvenil‼️WAJIB FOLLOW UNTUK MEMBACA KELANJUTAN CERITANYA ‼️ Adora dan kedua sahabatnya dulu pernah berjanji sewaktu SMA untuk tidak menjadi asing. Segalanya dulu mereka selalu bagi termasuk suka duka menjadi anak pertama di keluarga masing-masing. Tapi sem...