Pagi ini Dalena sudah rapi dengan stelan kemeja berwarna dusty pink serta celana panjang berwarna cream. Dia tampak lebih dewasa dengan lengan baju yang digulung sebatas siku serta sebuah kalung berwarna silver menghiasi leher jenjangnya. Tadi malam Gi menghubunginya untuk menemani laki-laki itu rapat disalah satu hotel besar yang baru saja bermitra dengan perusahaan mereka yang bergerak dibidang jasa penyewaan mobil lokal. Ini adalah penawaran pertama kalinya dari hotel tersebut kepada perusahaan mereka. Hal ini bisa jadi sangat bermanfaat untuk membantu mempromosikan perusahaan mereka disaat bersamaan.
Dalena keluar dari kamar mandi setelah selesai bersiap. Namun detik yang sama dia berpapasan dengan Alana yang kebetulan ingin ke kamar mandi. Dalena sangat tidak ingin meladeni Alana yang selalu saja menatapnya tajam, namun entah mengapa selalu saja perempuan itu yang memulai percakapan.
"Berhenti. Gue mau bicara sama lo," pinta Alana ketus.
"Gue gak ada waktu untuk ngeladenin omelan lo yang gak jelas itu." Dalena ikut membalas ketus. Dia berani karena dalam waktu kurang lebih tiga jam ke depan tidak bertemu dengan Alana.
"Lo pikir gue gak tau niat lo dekati Mas Gi?"
Ucapan Alana berhasil membuat langkah Dalena terhenti. Keningnya mengernyit tak mengerti maksud perempuan itu.
"Gue gak ada niatan dekati Mas Gi. Lo kalau ngomong gak usah aneh-aneh, Alana!" kecam Dalena karena dia takut hal tersebut menjadi gosip di lingkungan kantor.
"Gue cuma mau peringati lo aja, kalau Mas Gi gak pantes sama perempuan kotor kayak lo." Alana berucap sarkas. "Lo pikir gue gak tau masa lalu lo, Dalena?"
Dalena benar-benar geram dengan Alana hingga tangannya tak sadar sudah teremas dengan kuat guna meredam amarahnya. Jika ini tidak di kantor mungkin rontokan dari helaian rambut Alana sudah berada di genggaman Dalena saat ini.
"Gue gak ngerti ya kenapa lo selalu ganggu gue dari SMA, tapi yang lo harus ingat adalah—" Dalena menarik kuat kerah baju Alana hingga jarak mereka semakin dekat. Tatapan mata Dalena benar-benar tajam hingga membuat Alana terlihat sedikit takut. "Itu masa lalu gue dan lo gak perlu ikut campur!"
"Dalena?" Seorang karyawan perempuan memanggil atas dasar perintah Gi.
Dalena segera melepaskan kerah baju Alana dan sedikit merapikannya dengan halus. Gadis itu tersenyum manis pada Alana seraya berkata, "Gue harap lo ngerti ya Alana?"
"Mas Gi nungguin lo di lobby," ucapnya lalu pergi.
Dalena segera menyusul Gi yang tengah duduk di sebuah sofa bersama berkas yang dibutuhkan hari ini. Laki-laki itu terlihat tenang sembari menggulir layar ponselnya. Lalu sebuah panggilan lembut dari Dalena mengalihkan perhatian Gi bahkan ponselnya segera dia simpan.
"Mas Gi?"
"Kamu sudah siap, Del?"
Dalena mengangguk cepat. Keduanya lantas berjalan menuju mobil perusahaan yang sudah siap untuk mengantar mereka.
"Ini pengalaman pertama kamu kan, Del?" tanya Gi sekedar berbasa-basi.
"Iya, Mas. Mohon arahannya, ya?" ujar Dalena memohon. Dia takut akan berbuat kesalahan dan berujung mempermalukan lelaki disampingnya.
Gi mengangguk sekali. Sikapnya tampak bijak dan pembawaannya sangat dewasa. "Tapi gak gratis," ujarnya iseng membuat Dalena terkejut.
"Hah? Maksudnya, Mas?" Dalena menatap Gi sembari memahami maksud laki-laki itu. Tak berapa lama dia tersenyum paham. "Ah, iya, saya paham. Kalau udah gajian ya, Mas?"
"Saya bercanda, Dalena. Pasti akan saya bantu nanti." Gi tertawa pelan melihat respon gadis itu.
"Tapi gak ada salahnya kan, Mas, kalau ngajakin makan bareng kapan-kapan?" Dalena adalah gadis yang pantang di pancing. Sekalian saja dia buktikan tuduhan Alana padanya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SULUNG
Teen Fiction‼️WAJIB FOLLOW UNTUK MEMBACA KELANJUTAN CERITANYA ‼️ Adora dan kedua sahabatnya dulu pernah berjanji sewaktu SMA untuk tidak menjadi asing. Segalanya dulu mereka selalu bagi termasuk suka duka menjadi anak pertama di keluarga masing-masing. Tapi sem...