19. TUGAS SEORANG KAKAK

17 4 0
                                    

TUGAS SEORANG KAKAK

Setelah selesai melaksanakan pekerjaannya, Adora mendapati waktu luang untuk menikmati angin malam sembari duduk di salah satu bangku yang berada di belakang resto. Dia melepaskan topinya membuat kepalanya diterpa dinginnya angin malam. Adora memandangi langit yang bertabur bintang. Sepertinya malam ini akan cerah sampai besok pagi. Kakinya bergoyang sembari melamun karena terhanyut dengan rasa nyaman dari alam sekitar. Hal itu seperti mengurangi rasa lelah Adora. Tiba-tiba saja pintu belakang terbuka, Sakya dan Dini bersamaan membuang sampah dalam jumlah banyak pada tong sampah yang tak jauh jaraknya dari Adora.

Adora memandangi punggung belakang Sakya yang terlihat lebar dan juga gagah. Lalu sebuah dorongan datang untuk dia meminta Sakya duduk bersamanya malam ini. "Sakya? Boleh duduk di sini bentar gak?" Adora menepuk tempat kosong di sampingnya.

Dini lantas pergi meninggalkan keduanya. Sakya menatap heran pada Adora, "Ada apaan lo?"

"Gak papa. Pingin ditemani aja bentar. Ada yang mau gue omongin." Adora menunjukkan senyum kecilnya. Ada beberapa hal yang menggangu pikiriannya selama dia bekerja di sini.

"Lo gak suka ya kalau gue kerja di sini?"

Sakya menyandarkan punggungnya sembari membuka topinya. Dia mengacak rambutnya karena seharian ditutupi. "Ya. Gue gak suka."

Adora menatap Sakya penuh tanya. Bibirnya mengerucut ke depan. "Kenapa? Karena gue yang rusakin hp adek lo?"

"Karena lo beban."

Adora tercengang mendengarnya. Mulutnya terbuka dengan tatapan kesal. "Beban? Maksud lo?! Gue gak numpang hidup sama lo, Sakya."

"Beban emosi gue. Lo anaknya nyebelin. Gak bisa dibilangi. Lo tau ngeyel? Itu elo." Sakya menjawab santai namun menusuk perasaan Adora. Bahkan saking santainya dia menutup matanya dengan kepala menyandar pada dinding resto. Menikmati angin malam menerpa kulit wajahnya. Seharian berada di dalam resto membuatnya sesak.

Adora mendengus kesal. Lalu dia ikut menyenderkan kepalanya seperti Sakya. "Gue kira beban apaan. Iya-iya gue gak gitu lagi besok-besok. Sorry udah buat lo kesel."

Sakya hanya bergumam. Lalu Adora kembali berbicara namun wajanya lebih dekat dengan Sakya hingga membuat laki-laki itu tersentak kaget. "Gue kayak gini juga karena lo yang nyebelin. Udah gitu galak lagi!"

"Gak usah deket-deket!" Sakya menyentil kening Adora membuat perempuan itu mengaduh kesakitan.

"Sakit, Sakya!" kesal Adora.

"Gak sopan!" balas Sakya karena Adora tidak tahu cara menghormati orang yang lebih dewasa darinya.

"Mas Sakya, Adora, pulang yuk? Yang lain udah pada nungguin," ajak Dini mendatangi keduanya yang masih betah menikmati semilir angin.

"Iya," jawab Sakya pelan lekas bangkit berdiri.

Sementara Adora masih duduk di tempatnya. Dia malas sekali ingin mengangkat bokongnya.

"Tidur di sini lo?" tanya Sakya ketus menatap Adora dengan tajam.

Adora menggeleng kuat hingga rambutnya bergoyang. "Mager gue mau berdiri," keluh Adora dengan suara pelan.

"Gue gendong terus gue masukkan tong sampah mau? Di liat-liat muat untuk badan lo." Sakya menatap tong sampah besar barwarna hijau.

Adora lantas bangkit dengan wajah kesal. "Galak banget sih!" umpat Adora.

"Gue denger!"

"Ya bagus!"

"Udah cepetan masuk, Adora?" ajak Sakya berusaha sabar menyikapi Adora.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang