22. HANGOVER BERSAMA SAKYA

16 5 2
                                    

HANGOVER BERSAMA SAKYA

Anggi yang melihat keadaan anak bungsunya pulang dengan sangat berantakan dan menangis membuat Anggi kalut dan langsung menyerang Adora dan Dalena dengan semua pertanyaan yang terlintas di benaknya. Adora dan Dalena menunduk tak berani mengatakan yang sebenarnya. Sementara Crystal sudah masuk ke kamarnya dan langsung membasahi dirinya di bawah pancuran shower sembari menangis tersedu-sedan.

"Dalena, jawab Mama! Adikmu kenapa, Del?" Anggi menggoyangkan tangan anaknya dengan geram. "Adora, itu Crystal kenapa? Kalian habis dari mana? Kenapa bisa berantakan kayak gitu?"

"Dalena jawab! Anak ini bisu atau tuli sih?!" kesal Anggi. "Adora jawab Tante! Ada apa ini sebenarnya?"

Adora menatap Anggi takut-takut. Tangannya sontak menyenggol lengan Dalena. "Lo bilang deh, Del!"

"Lo aja deh, Ra, gue gak sanggup!"

Adora menatap Anggi yang masih menunggunya menjawab pertanyaannya. Adora menarik nafasnya dalam. Kenapa jadi dirinya yang terkena imbasnya? Dalena yang anaknya saja tidak berani apalagi Adora yang bukan siapa-siapa.

"Adora jawab Tante!" desak Anggi. "Crystal kenapa? Dia jatuh? Atau gimana?!"

"Jatuh, Tante, ketimpa tangga lagi," jawab Adora pelan.

"Crystal tadi..tadi kita pergokin lagi bareng sama cowok-cowoknya di club, Tante."

"APA??!! KOK BISA? DEL! ADIKMU KOK BISA KECOLONGAN SAMPAI SANA HAH??!" marah Anggi menarik pundak Dalena agar anaknya itu mau berbicara.

"Maaf, Ma, Dalena gagal jagain Crystal. Dalena kecolongan, Ma. Tadi Dalena pergokin Crystal udah nangis-nangis di tempat tidur sama cowoknya. Mereka sewa kamar untuk—

Plak!!

Anggi menampar pipi Dalena kuat. "DASAR BODOH KAMU DEL! JAGAIN ADIK MU AJA GAK BISA HAH?!!"

Dalena menunduk dengan meneteskan air matanya. Bibirnya dia gigit menahan rasa nyeri di wajahnya. Anggi lantas mencari pegangan di sekitarnya karena kepalanya mendadak pusing dan ingin tumbang. Air matanya mengalir dengan perasaan sakit untuk kedua kalinya. Anggi kembali gagal menjadi seorang ibu yang baik untuk anak-anaknya. Kembali gagal menjaga putrinya. Pandangannya kosong—dunianya kembali hancur sebelum pulih dari trauma kejadian Dalena dulu.

"Mama, maafin Dalena, Ma," mohon Dalena mengejar kaki Anggi dan memohon di bawahnya. "Dalena yang salah, Ma. Dalena minta maaf ya, Ma?"

"Mama itu capek, Del! Mama ngerasa gak becus menjaga kalian setelah kepergian Papamu." Anggi berucap lirih. Dirinya benar-benar lelah selama ini berjuang sendiri tanpa ada yang mengerti lelah dan sakitnya.

"Jaga yang satu itu saja kalian tidak bisa? Mama kecewa sama kalian. Mama kecewa, Del!" ungkap Anggi sakit. Dalena semakin tersedu di bawah kaki Mamanya.

"Kamu itu anak tertua, Dalena. Makanya kalau orang tua ngomong itu didengar, Del! Lihat apa yang terjadi sekarang? Lihat adikmu! Lihat! Dia udah rusak sama kayak Kakaknya. Gak ada bedanya kalian!" marah Anggi.

"KALAU ADIKMU HAMIL BAGAIMANA, DALENA? SIAPA YANG AKAN BERTANGGUNG JAWAB HAH?! SIAPA?!" Anggi mendorong Dalena menggunakan kaki yang dipeluk oleh anaknya.

Dalena berkali-kali medekati Anggi namun Mamanya itu sangat marah kepadanya. Adora menahan Dalena dan memeluk sahabatnya. "Del, udah. Biarin Tante Anggi luapin semuanya dulu. sabar, Del."

"Maafin Dalena, Maa.. Maafin Dalena!" Dalena menangis dipelukan Adora menatap Anggi yang membuang pandangannya. Untuk kedua kalinya Dalena melihat tatapan kecewa itu dari kedua mata Mamanya.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang