35. QUALITY TIME WITH KHEEVA

9 3 0
                                    

Sudah pukul sebelas dan matahari bersinar terik ingin menembus kaca jendela Adora untuk menghangatkan kamar gadis itu. Namun, sang pemilik kamar hanya menatap dan tidak berniat membuka jendelanya. Dari sorot matanya jelas dia tampak bingung, hal itu juga dapat dilihat dari pergerakan tangan gadis itu yang sibuk mengacak-acak isi snack dalam stoples kaca di pelukannya.

Adora duduk di kursi riasnya dengan kaki berselonjor ke atas tempat tidur. Pikirannya tertuju pada permintaan Anshana untuk menemani gadis itu selama Anshana bekerja secara offline menjadi model dari beberapa brand lokal. Bagi Adora itu tidaklah masalah. Adora akan senang hati untuk menemani kemana pun sahabatnya itu minta. Tapi, entah mengapa dia menjadi berat untuk melakukannya karena terpikir pada resto tempatnya part time selama ini.

Bagaimana nanti pekerjaan paruh waktunya? Walaupun Adora sudah mengantongi izin dari mamanya untuk keluar dari resto itu tapi hati Adora terasa berat untuk melakukannya. Ada sesuatu yang menahannya seperti ada yang hilang jika dia benar-benar resign dari resto itu. Sudah sebulan lebih Adora berada di sana dan waktunya juga lebih banyak dia habiskan di resto itu. Adora menghela nafas berat. Harus ada yang dia korbankan pikirnya.

Tiba-tiba saja pintu kamar Adora terketuk pelan bersamaan suara lirih yang terdengar lemah tak seperti biasanya.

"Kak.." panggil Ael sembari menempelkan kepalanya di pintu kamar Adora. "Buka."

Pintu kamar terbuka dan detik itu juga kepala Ael langsung jatuh di pundak kecil kakaknya. Adora sontak merasa risih dan menjauhkan kepala adiknya itu.

"Apa sih, El?! Jauh jauh gak lo?"

Ael mengambil tangan Adora untuk dia letakkan di dahinya. Sudah sejak semalam badannya panas dan ini terasa semakin panas menurutnya. Untuk memastikan dia butuh Adora memeriksa suhu tubuhnya.

"Astaga, El, sekarat lo!" Adora berujar panik dan khawatir.

"Demam, Kak!" sentak Ael kesal.

Adora berjalan menuju sofa dan menaikkan kedua kakinya sembari membuka aplikasi kesehatan di ponselnya. "Keluhan lo apa, El?"

Ael ikut duduk dan mendusel di samping Adora. Dia ingin bermanja saat sedang sakit seperti sekarang. "Sakit, demam, badannya panas, batuk, tenggorokannya sakit, kepala pusing, flu, gak nafsu makan."

Adora sontak melirik adiknya. "Banyak amat ngeluh lo? Belajar bersyukur, El, masih untung lo hidup."

Sungguh nasihat Adora sama sekali tidak berguna untuk Ael. "Cepetan ngapa sih, Kak? Gue udah gak tahan ini."

Adora lekas membuat pesanan pembelian obat secara daring. Tak lama ponselnya berdering tanda ada yang menelfon. Senyum Adora seketika terbit ketika Kheeva menghubunginya.

"Halo sayang?" sapa Kheeva lebih dulu dengan suara bising di kelasnya.

"Kamu gak kuliah ya? Aku samperin di kelas gak ada. Kamu kenapa, Ra? Sakit?"

"Aku di rumah, Kak. Lagi jagain orang sak- Bang, ini Ael. Ael yang sakit, Bang." Tiba-tiba saja ponsel Adora ditarik paksa oleh Ael yang menguping pembicaraan Kheeva.

"Sakit? Masa jagoan sakit." Kheeva meledek anak SMA yang belakangan ini terlihat dekat dengannya.

"Hm, Kecapekan latihan." Ael menjawab lesu.

"Nanti Abang ke rumah. Mau dibawain apa, El?"

"Bubur ayam, Bang. Tenggorokan Ael sakit gak bisa nelan."

"Oke, El, ntar Abang-Kak Kheeva, hai. Lho Ansha-El, nanti lagi."

Sambungan terputus secara sepihak oleh Kheeva menyisakan kebingungan di kepala anak yang sedang sakit itu. Dia tidak salah dengar ada seorang perempuan dengan suara yang sangat familiar di telinganya. Mata Ael lantas menatap Adora yang kini juga menatapnya.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang