10. DITERIMA PART TIME

19 2 0
                                    

DITERIMA PART TIME?

Minggu pagi yang cerah, cahaya matahari menembus masuk dari kaca jendela yang berada di ruang makan. Sepasang kaki berbalut kaus kaki bermotif bunga matahari bergerak-gerak kecil. Seorang gadis baru saja bangun dari tidurnya dan masih mengenakan piyama bermotif sama dengan kaus kakinya. Semangkuk sereal bercampur susu sudah siap di hadapannya bersama laptop yang menampilkan sebuah drama romantis dari Korea Selatan.

Hari ini Adora berniat ingin menamatkan sisa episode dari drakor favoritnya. Ekspresinya berubah-ubah seiring adegan yang ditampilkan. Dirinya mulai menjerit histeris ketika adegan romantis antar tokoh utama berciuman membuat Adora ingin pingsan.

"BAPER BANGETTT!!" respon gadis itu memukul-mukul pipinya agar tetap terjaga dengan kewarasannya.

Tiba-tiba sebuah telepon masuk membuat ponsel Adora berdering. Mamanya menelfon dari negeri Sakura. Adora mengaktifkan loundspeaker dan mengecilkan volume dari drama tontonannya.

"Halo, Ma!"

"Adora, bagaimana kabar kalian di sana?"

"Baik kok, Ma. Mama gimana?" tanya Adora dengan mata fokus pada adegan drama yang sedang berlangsung.

"Baik. Ael gimana? Itu anak gak bikin masalah kan di sana?"

Brak!!

Pintu kamar remaja laki-laki tiba-tiba terbuka dengan kasar dan mulutnya spontan menjerit menyerukan panggilan untuk orang tuanya.

"MA! MAMA! KIRIMIN UA—"

Plak!!

Belum sempat Ael menyelesaikan ucapannya Adora dengan cepat membungkam mulut Ael yang tiba-tiba saja berlari keluar kamar dan menjerit seperti orang kesetanan. Adora cepat-cepat mengakhiri sambungan teleponnya sebelum Mamanya bertanya yang aneh-aneh.

Plak!! Bugh!!

Adora memukuli Ael menggunakan tenaga yang masih penuh pagi ini. mengomelinya tiada henti hingga adiknya itu memohon ampun.

"Kak, aakhh! Ampun, Kak! Sakit, Kak!" Ael mengusap-usap lengan dan punggungnya.

"Kalau tau Mama gimana, El? Lo apa-apaan sih?!" kesal Adora.

"Ya bagus, Kak, kalau tau. Biar cepat selesai masalahnya." Ael menjawab cepat ucapan Adora.

Plak! Bughh!!

"Kak, sakit!!" marah Ael terus dipukuli oleh Adora.

"Apa lo?!" jawab Adora tak takut pada tatapan marah Ael. "Kalau Mama tau terus Mama pulang ke Indonesia sambil marah-marah, lo bisa digantung Mama, El! Gak cuma elo, tapi gue juga. Mau lo?"

"Lo lupa ya waktu SD lo pernah hilangin botol minum yang Mama belikan untuk lo? Akibatnya apa? Lo dikurung seharian gak dikasih makan di dalam gudang! Apalagi sekarang lo udah gede bisa-bisa lo diusir, El. Jadi gelandangan lo di luar sana!" jelas Adora membuat Ael kicep dan merinding di tempatnya.

Ael menarik kursi dan duduk di hadapan Adora. Dia menggaruk kepalanya frustasi. "Jadi gimana dong, Kak? Gue stres nih! Mana bentar lagi gue mau lomba lagi. Ada aja masalahnya!" keluh Ael.

"Ya itu gara-gara lo, El! Makanya kalau main itu lo hati-hati jadi ribet gini kan urusannya?! Ini drakor gue sampai di mana lagi tadi?" omel Adora kembali menyambung tontonannya dan melanjutkan sarapannya sebelum suasana hatinya lebih buruk.

"Kak, tolongin kenapa? Janji deh gue gak nakal lagi," mohon Ael menatap Adora yang tidak peduli sama sekali.

"Bullshit! Giliran gini aja mohon-mohon lo," jawab Adora tanpa menatap adiknya.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang