27. ACCIDENT

9 3 0
                                    

Usai berpesta Dalena dan Anshana pulang ke rumah masing-masing. Suasana menjadi sepi hanya Adora dan Ael tanpa bersuara satu sama lain. Adora menghembuskan nafasnya dengan berat. Tidak ada kebahagiaan usai berpesta. Hanya rasa hampa yang menyelimuti setelah tadi begitu ramai.

Tatapan Adora terlihat begitu gelisah. Menatap kesana kemari dengan sembarang. Pikirannya berantakan. Pesta tadi tak dapat menghilangkan kegundahan bagaimana caranya dia bisa mendapatkan uang untuk mengganti ponsel adiknya Sakya. Adora mengambil ponsel dari dalam sakunya, mencari kontak mamanya. Tiba-tiba saja jarinya ragu untuk menelfon orang tuanya. Adora menggigit bibirnya sembari berpikir lama.

Ael yang baru saja dari dapur melihat ponsel Adora yang begitu terang. Langkahnya mendekat dan melihat Adora sedang melamun. "Lo mau telfon Mama, Kak?"

Adora menggeleng. Dia sendiri pun juga bingung harus mengambil langkah apa.

"Gue gak tau, El."

"Jangan bilang kalau lo mau ngadu ke Mama?" tebak Ael begitu akurat. "Kak, kok lo gitu sih? Katanya jangan kasih tau Mama?! Ah, elo mah, kalau tau gitu mending dari kemarin gue yang bilang," cerocos Ael dengan rasa kesal.

Adora berdecak kesal dan segera menyimpan ponselnya. "Siapa juga yang mau ngadu ke Mama? Sotoy lo!" Adora beranjak menuju pintu garasi dan mengeluarkan sepedanya. Dia ingin mencari udara segar di waktu hampir tengah malam ini.

"Bohong! Lo pasti mau ngadu kan, Kak?" Ael membuntuti Adora dengan berjalan di belakang badan Adora yang kecil. Memburu kakaknya agar mau berkata jujur.

"Ya kan, Kak?" tuntut Ael sembari memperhatikan Adora mengeluarkan sepedanya.

"Kak, kalau lo takut biar gue yang bantu bilangin!!!" teriak Ael saat Adora sudah mengayuh sepedanya menuju jalanan yang sepi.

***

Adora mengayuh sepedanya dengan pikiran melanglang buana. Matanya tak begitu fokus menyusuri jalanan. Bahkan dia tidak tahu bila mobil yang terparkir di pinggir jalan ingin bergerak mundur dan itu berhasil menyenggol Adora hingga membuat gadis itu terjatuh.

Brukk!!

"Jatuh-jatuh! Ada yang jatuh, Bang! Tolongin!" Beberapa pedagang yang masih berjualan sampai pagi langsung berbondong-bondong membantu Adora berdiri.

"Aarghhh.. Pelan-pelan, Pak. Tangan saya sakit," keluh Adora karena sikunya langsung terbentur aspal untuk menahan tubuhnya yang terhuyung.

"Mas, Mas, keluar, ada yang kena tabrak mobil, Mas, nih!" ucap penjual bandrek dan sekoteng yang tadi dibeli oleh laki-laki yang kini berada di dalam mobil.

Pemilik mobil itu menatap dari kaca spion sebelah kanan. Memastikan siapa yang dia tabrak tanpa keinginannya itu. Dia buru-buru keluar ketika mengetahui siapa orangnya dan segera mengambil alih Adora untuk dibawa masuk ke dalam mobilnya. "Pak, biar saya yang tanggung jawab!"

"Masnya sudah hati-hati. Mbaknya ini yang naik sepeda gak liat-liat ada mobil yang mau mundur," bela salah satu pengunjung yang menjadi saksi mata.

"Gak papa, Mas. Dia teman saya. Makasih ya Mas, Pak."

Adora menarik lengan bajunya dan melihat sikunya yang memerah. Adora menyentuhnya pelan dan sedikit menekannya. Rintihan kesakitan keluar dari mulutnya.

"Maaf, Ra, gue gak tau kalau lo ada di belakang. Tadinya gue pikir di belakang mobil kosong."

Adora tersenyum kaku sembari menahan rasa sakit. "Gak papa, Kak Kheeva. Emang guenya aja yang gak liat-liat."

"Tangan lo berdarah, bentar gue obati dulu." Kheeva mengeluarkan kotak P3K  dan membersihkan luka Adora.

"Maafin gue, ya, Ra?" Kheeva benar-benar tidak nyaman dan merasa bersalah sudah mencelakai Adora.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang