12. TRIK JUALAN ADORA

14 3 0
                                    

TRIK JUALAN ADORA

Semalaman penuh Adora memfokuskan dirinya untuk mempelajari dan mengingat segala hal terkait pekerjaannya. Dia tidak ingin direndahkan oleh Sakya seperti kemarin. Hari ini merupakan hari kedua Adora bekerja, dia bertekad harus bisa melakukan segalanya sendiri dengan minim kesalahan. Harus lebih cekatan dan terampil menangani pembeli yang kadang ada saja tingkahnya. Adora juga bertekad akan membuat penjualan naik selama dia bekerja di resto ini. Tujuannya hanya satu agar tidak direndahkan lagi oleh Sakya.

Adora menatap Sakya di sampingnya dengan pandangan kesal. "Gue bakal kerja lebih giat lagi hari ini supaya mulut lo gak seenaknya ngerendahin gue!" ketus Adora namun penuh tekad yang kuat. "Gue gak butuh bantuan lo!"

Sakya merasa ada seseorang yang berbicara di sampingnya lalu dia menoleh dengan tatapan dingin pada Adora. "Bagus. Itu artinya lo gak perlu ngerepotin pegawai lain. Setiap pegawai di sini punya porsi kerjanya masing-masing, bakal repot kalau harus ngurusin lo juga."

Adora terkejut dengan jawaban Sakya. Dia bahkan hampir tertawa namun sangat sulit untuk dikeluarkan. "Wahh!! Ada ya orang gak sadar diri kayak lo? Lo sadar gak sih Sakya kalau lo yang dikasih tanggung jawab sama Pak Antoni. Tapi kenapa lo malah nyuruh orang lain yang ngerjakan? Yang ada itu elo yang ngerepotin orang lain. Jangan mentang-mentang lo keponakannya Pak Antoni di sini jadi lo bisa bicara seenaknya kayak gitu."

Sakya geram mendengar penuturan Adora yang menurutnya sangat berani dan tidak tahu sopan santun. "Lo!—"

"Ada apa Sakya, Adora?" Tiba-tiba saja Antoni datang menengahi keduanya dengan senyum dan wajah berseri-seri. Dia senang mendapati Adora sebagai karyawannya. Terlebih Adora dan Sakya terletak dibagian depan dan bisa mempengaruhi tingkat penjualan.

Sementara Adora menatap Sakya dengan pandangan permusuhan. Dari sorot matanya mengatakan bahwa masalah mereka belum selesai.

"Saya lihat di CCTV kalian sering bertengkar, ya? Ada apa sebenarnya?"

"Gak ada kok, Om." Sakya menjawab cepat.

"Bohong, Pak!" sambung Adora membuat Sakya menatapnya tajam. "Waktu Pak Antoni meminta Sakya untuk ngajarin saya di sini, Sakya gak mau ngajarin saya, Pak. Malah nyuruh pegawai lain untuk ngajarin saya. Udah gitu Sakya ketus banget lagi ke saya."

Antoni menatap Sakya dengan tajam. Memberi peringatan pada keponakannya.

"Udah besar harusnya sih paham. Dan kenapa juga, Om, nyuruhnya Sakya? Kan ada karyawan lain." Sakya menjawab cuek.

Antoni cukup sabar mendengarnya. "Gak begitu Sakya. Kenapa Om menyuruhnya kamu, ya karena kamu yang paling dekat dengan Adora di sini. Kalau karyawan dapur yang Om perintahkan ya repot dong mereka. Pekerjaan mereka itu lebih rumit dari pada kamu. Makanya Om mintanya kamu."

"Males. Om aja sana!" ucap Sakya balik memerintah Antoni.

"Dasar gak sopan!" Ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Adora ketika mendengar jawaban yang tak seharusnya Sakya berikan pada pamannya.

"Lo ngatain gue?" tanya Sakya tersulut emosi.

"Sudah sudah! Kalian ini berantam saja. Layani pembeli dengan baik. Awas saja hari ini tidak habis semuanya!" ancam Antoni tegas membuat Adora dan Sakya diam seketika. Lalu dia pergi memasuki dapur untuk mengecek kerja karyawannya.

Tak berapa lama dua orang laki-laki salah satunya mengenakan almamater kampus datang memesan. Adora mengenali almamater tersebut. Sudah dapat dia pastikan bila kedua orang ini adalah mahasiswa di kampusnya. Adora tersenyum manis menatap dua orang di hadapannya. Matanya terfokus pada laki-laki yang mengenakan kemeja polos sebagai outer dan kaos berwarna putih sebagai dalamannya. Telihat lebih tampan dari temannya yang mengenakan almamater.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang