MASUK PENJARA?
Setibanya di halaman kantor polisi Adora segera berlari secepat mungkin hingga membuat jaket crop top yang tak terkancing bergerak mengikut langkah kakinya. Adora bahkan sudah tidak memikirkan nasib poninya yang terlihat berantakan dan menampakkan jidatnya yang selama ini tersembunyi. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Adora langsung masuk dengan nafas ngos-ngosan.
"Permisi, Pak!"
Polisi yang sedang bertugas lantas berdiri dan memperhatikan kondisi Adora yang tampak kelelahan. Tak hanya polisi yang bertugas beberapa orang termasuk Ael juga melihat Adora sedang menormalkan detak jantungnya dengan kedua tangan Adora tumpukan pada lututnya.
"Kak?" Ael memanggil khawatir.
Plak!!
Adora memukul lengan Ael dengan tas yang dipakainya. "Kok bisa sih, El?! Berapa lama lo di penjara?"
Ael lantas mendelik. Rasa takutnya kini berubah menjadi rasa jengkel karena pertanyaan kurang ajar kakaknya. "Gue gak di penjara, Kak!"
"Permisi, apa anda keluarganya?" tanya polisi tersebut.
Adora lantas mengalihkan perhatiannya pada laki-laki berseragam di hadapannya. "Iya, Pak. Saya kakaknya. Adik saya berapa lama di penjaranya, Pak?"
"Beruntungnya pihak korban memilih jalan damai. Itu artinya kalian bisa mendiskusikannya secara kekeluargaan bagaimana baiknya ya, Pak, Bu."
Adora menatap seorang laki-laki yang mengenakan kemeja berwarna putih dan jam tangan hitam di pergelangan kirinya. Laki-laki tersebut lebih tinggi lima centimeter darinya. Tatapannya cukup dingin dan tajam rambutnya juga tampak sedikit panjang namun tertata rapi di keningnya. Di samping laki-laki itu terdapat seorang wanita yang tampak kesal menatap ke arah Adora dan juga Ael. Dalam hati Adora dapat menebak pasti wanita itu yang bermasalah dengan adiknya.
"Kita selesaikan di luar!" titah laki-laki itu dingin tanpa menatap Adora di sampingnya. Berlalu begitu saja seolah tak ada orang di sekitarnya.
"Kak, Brianna gak mau tau pokoknya dia harus ganti rugi!" ucap perempuan yang ternyata adik laki-laki tersebut.
Adora yang mendengar lantas menatap Ael dengan tajam. Kini dia sudah tau apa permasalahannya. "Lo bukannya ngasih gue es krim yang enak malah ngasih masalah lo!"
"Maaf, Kak," lirih Ael tak berani menatap mata Adora.
"Lo ganti rugi hp adek gue!" terang laki-laki tersebut tanpa basa-basi.
Adora terkejut mendengarnya. Matanya benar-benar tertuju pada laki-laki di hadapannya. "Gak ada cara lain? Hp adek lo kan bisa dibenerin."
"Benerin lo bilang? Rusaknya parah lo liat!" Brianna menyodorkan layar ponsel yang retak dan itu hampir memenuhi seluruh layar. "Gue gak mau tau. Lo ganti dengan hp yang sama dan baru!"
Adora semakin memelototi Ael dengan tajam. Ingin sekali dia memukuli adiknya itu dengan segala benda yang ada di sekitarnya namun sialnya itu tidak bisa dia lakukan sekarang. Adora menarik nafas panjang berharap ucapannya kali ini dapat mereka setujui. "Kasih gue waktu."
"Sebulan." Laki-laki tersebut menjawab tegas.
Mata Adora terbelalak. Dia pasti salah dengar dan telinganya tidak bekerja dengan benar saat ini. "Se-sebulan?" Adora terkekeh sembari meneguk salivanya susah payah. "Tiga bulan!"
"Sebulan!"
Adora lagi lagi dikejutkan mendengar ucapkan laki-laki yang begitu kekeh dan tampak serius seperti ini. "Dua bulan. Gue janji dua bulan hp adek lo udah baru!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SULUNG
Teen Fiction‼️WAJIB FOLLOW UNTUK MEMBACA KELANJUTAN CERITANYA ‼️ Adora dan kedua sahabatnya dulu pernah berjanji sewaktu SMA untuk tidak menjadi asing. Segalanya dulu mereka selalu bagi termasuk suka duka menjadi anak pertama di keluarga masing-masing. Tapi sem...