2. Namanya

9.7K 310 2
                                    

Pagi ini seperti biasanya, Anjani tidak bersemangat masuk ke sekolah. Langkah kakinya yang berat membawanya menuju keruang kelas yang pintunya terbuka lebar disertai suara berisik.

Semalam Anjani bergadang lagi karena ngebut baca novel sampai selesai, Anjani tipe orang yang tidak suka menunda sesuatu kalau sudah penasaran. Dan akibatnya matanya terasa perih dan ia masih mengantuk.

Tanpa peduli sekitar, Anjani menaruh tasnya dan langsung duduk lalu menumpuk kepalanya diatas lipatan tangan dengan mata yang terpejam.

"Pasti semalam begadang lagi." Celetuk Arumi yang hanya dibalas gumaman tak jelas dari Anjani. "An, kamu tahu kan anak baru yang ganteng kemarin itu?"

Lagi-lagi Anjani hanya membalas dengan gumaman tak jelas, sungguh Anjani sangat mengantuk sekali pagi ini, padahal biasanya ia memang mengantuk tapi tidak separah ini. Sekarang dengan keadaan seperti itu, Anjani harus menanggapi Arumi yang sepertinya akan memulai gosip. "Dia anak IPS ternyata. Sayang banget ya gak sekelas sama kita."

Kembali Anjani menanggapi dengan gumamannya, berhasil membuat Arumi kesal. "Kamu semalam tidur jam berapa An? Lewat jam 3 ya?"

"Aku gak inget." Barulah kali ini Anjani menjawab Arumi.

"Duh, kita hari ini ada pelajaran olahraga loh. Kamu loyo begini emang bisa ikut ke lapangan?" Arumi sedikit khawatir dengan temannya itu. "Atau kamu mau izin sakit aja?"

"Aku izin aja nanti." Arumi menganggukan kepalanya setuju. "Jam pelajaran kedua nanti aku mau ke UKS, numpang tidur. Aku udah gak sanggup banget nahan mataku."

"Iya, nanti aku antar." Balas Arumi yang bersamaan dengan itu bel berbunyi pertanda jam pertama kegiatan belajar-mengajar akan dimulai.

Seperti pembicaraan mereka sebelumnya, Arumi mengantarkan Anjani ke UKS. Di UKS Arumi memberi keterangan kalau temannya sakit dan meminta obat sebagai alibi, kemudian menitipkan Anjani yang berisitirahat pada petugas UKS yang berjaga. Sebelum pergi, Arumi mengatakan pada Anjani akan menjemputnya saat istirahat supaya temannya itu tidak keterusan tidur.

Diwaktu jam pelajaran itu, Anjani tidur dengan nyenyak di UKS tidak peduli pada petugas ataupun orang yang mungkin akan datang ke UKS. Anjani sudah aman tidur di brankar paling ujung dan tertutup rapat dengan tirai.

Ia tidak tahu kalau tirai yang menjaganya itu tersingkap sebentar oleh seseorang. Anjani benar-benar sudah masuk ke alam mimpinya, mengganti waktu tidur yang semalam ia sita karena membaca novel.

"An.. bangun.." guncangan pelan yang menyapa tubuhnya itu membangunkan Anjani dari tidur lelapnya. Arumi berdiri disampingnya terus memanggil nama Anjani. "Sudah waktu istirahat. Kamu bawa bekal?"

Anjani mengerjapkan matanya sebentar dan bangkit perlahan. Padahal Anjani masih ingin tidur, tapi ia tidak bisa melakukan hal itu di UKS karena hari ini saja ia sudah melewatkan 4 jam mata pelajaran. "Aku gak bawa bekal. Tadi ada tugas?"

Arumi menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Anjani yang terakhir. "Aku juga hari ini gak bawa bekal. Kita ke kantin yuk."

Tanpa mengucap persetujuan, Anjani langsung turun dari brankar dan keluar dari UKS diikuti Arumi menuju ke kantin. Anjani juga merasa lapar sekarang karena pagi tadi ia tidak sempat sarapan.

"Mau beli apa?" Tanya Anjani yang masih separuh nyawa berjalan lemas dalam perjalanan menuju ke kantin.

"Kamu maunya apa?" Beginilah Arumi. Jikalau ditanya mau makan apa pasti bertanya kembali. Padahal Anjani butuh jawaban tetapi berakhir dengan Anjani yang malah harus memberikan jawaban.

"Aku mau makan soto sama gorengan. Laper banget."

"Aku mau beli tekwan deh." Keduanya berjalan menuju ke warung yang berada di kantin sekolahnya yang memang menjual soto, tekwan dan gorengan. Tempat itu paling ramai karena memang makanan yang dijualnya enak-enak.

Setelah memesan dan menunggu, akhirnya Anjani dan Arumi bisa menyantap makanan mereka di keramaian kantin sekolah. Segerombolan siswa lewat, mengambil banyak perhatian dari banyaknya siswa yang berada di kantin termasuk Anjani dan Arumi.

"Tau-tau sudah gabung sama mereka aja tuh anak baru." Ucap Arumi tak suka. "Lihat An, cewek-cewek sok akrab banget sama si anak baru."

"Ya biar aja Rum, mungkin mereka memang sudah akrab." Anjani hanya sempat melirik kesana sesaat sebelum benar-benar fokus pada makanannya. Anjani sangat lapar!

"Dhea dan teman-teman ceweknya itu loh, semua cowok-cowok cakep disekolah dipepet. Kalau begitu kapan coba yang remahan rengginang kayak kita bisa dilirik." Anjani tersenyum geli mendengar gerutuan Arumi.

"Yasudah kamu gabung aja sama geng nya Dhea biar bisa dekat sama cowok-cowok itu." Ujar Anjani memberi solusi.

"Ih ya gak bisa begitu dong. Selain mukaku gak mumpuni buat masuk grup mereka, aku juga yakin banget kalau aku sama mereka gak cocok. Lihat saja dari gaya mereka dan cara bersikap sama orang lain juga gak cocok banget. Walaupun ada kesempatan juga aku gak mau." Tolak Arumi.

Anjani tertawa mendengar perkataan temannya yang sangat benar itu. "Aku juga gak mau kalau meski punya kesempatan. Hidup yang aku jalani disekolah sekarang, itu yang terbaik."

"Iyakan An, aku juga setuju banget sama kamu." Arumi menimpali perkataan Anjani dengan tawa juga. Mereka berdua bahkan tak sadar kalau suara tawa yang mereka keluarkan cukup besar, terlihat sekali betapa serunya obrolan mereka kali ini yang sekarang berlanjut dengan bahasan kegiatan apa yang paling mereka suka saat disekolah.

"ASTAGA DANIEL! MAAF!" Suara teriakan yang tiba-tiba muncul mengalihkan perhatian semua orang.

Sebelumnya para segerombolan itu mendapatkan perhatian karena memasuki kawasan kantin, dan sekarang kembali mengalihkan perhatian semua orang karena insiden. Terlihat di meja mereka, Dhea tanpa sengaja menumpahkan minumannya ke celana abu-abu milik anak baru yang ternyata bernama Daniel itu.

"Aduh Dan, maaf ya aku gak sengaja." Dengan wajah paniknya Dhea mengambil beberapa tisu dan bantu mengelap celana Daniel yang basah dengan minuman berwarna.

"It's okay." Suara pemuda itu akhirnya terdengar, pemuda itu bahkan bangkit dari kursinya dan menjauh dari jangkauan Dhea yang ingin terus mengelap celana basahnya. "Kalian pesan duluan. Gue ke kamar mandi dulu."

Tak butuh waktu lama bagi pemuda itu menghilang dari area kantin untuk menuju ke kamar mandi seperti yang pemuda itu bilang. Meninggalkan teman-temannya terutama Dhea yang masih menampakkan wajah paniknya. Anjani melihat drama itu dan kemudian kembali lagi melanjutkan makannya tak peduli, berbeda dengan Arumi yang matanya sudah menyipit dan Anjani tahu isi otak temannya itu yang pasti sedang berteori.

"An, kayaknya-" "Makanannya dimakan Arumi cantik, nanti keburu dingin. Atau nanti ku tinggal." Anjani berhasil memotong ucapan Arumi sebelum temannya itu benar-benar menjelaskan teori dalam pikirannya. Anjani tak mau membuat ribut di kantin apalagi dengan kejadian barusan, masalahnya adalah mulut Arumi itu sekeras toa dan bisa saja teori yang akan dikatakan nya itu menimbulkan masalah.

Tak mempedulikan Arumi yang cemberut, Anjani secepat mungkin menghabiskan makanannya.

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang