Daniel membuka matanya saat mendengar dering alarm dari ponsel Anjani yang berada di sandaran kepala ranjang.
Segera ia matikan alarm tersebut karena takut Anjani terbangun. Ini masih terlalu pagi untuk istrinya itu bangun setelah menangis semalam dan juga dalam kondisi hamil.
Ditatapnya wajah sang istri yang begitu nyenyak terlelap dalam pelukannya. Tak terusik sedikitpun oleh jari-jari Daniel yang begitu nakal menyentuh wajah cantiknya. Akhirnya yang ia rindukan setengah mati kini sudah kembali berada dalam pelukannya.
Sungguh Daniel merasa sangat bahagia saat mengetahui kabar kalau Anjani tengah mengandung anaknya saat ini. Dulu Daniel pikir itu merupakan salah satu cara agar mereka berdua bisa makin terikat dan segera dinikahkan, tetapi keadaannya sekarang mereka sudah menikah dan anak menjadi pelengkap rumahtangga keduanya.
Tangannya yang semula menari diatas wajah sang istri kini turun kebawah, dengan lembut ia mengusap perut Anjani yang masih belum membuncit. Rasa hangat merayap dihatinya, ia akan menjadi seorang ayah. Ayah dari anak seorang wanita yang ia cintai, buah cinta mereka.
Kabar mengenai Anjani yang hamil dan foto USG disertai testpack yang Anjani kirimkan padanya waktu itu sungguh memotivasi Daniel. Ia yang memang terjun lebih cepat ke kantor sang Kakek menjadi lebih giat bekerja agar bisa lebih cepat bertemu dengan Anjani.
Lalu setelah kemarin dirinya dan sang Kakek selesai rapat membahas tentang kinerja dan rencana kedepannya, Daniel memberitahukan bahwa istrinya sedang hamil. Tentu sang Kakek terkejut dan tanpa disangka Kakeknya menyuruh Daniel untuk segera pergi mendatangi Anjani, pria tua itu juga meminta untuk Anjani dibawa ke Jakarta sementara sebelum Daniel dan Anjani pergi ke Jerman.
"An..." Ketukan pintu terdengar, suara panggilan dari luar itu berhasil mengusik Anjani hingga benar-benar terbangun.
"Kamu jadi datang ke perpisahan atau enggak?" Tanya ibu lagi meskipun sudah tidak mengetuk pintu.
"Iya Bu." Balas Anjani kemudian dengan suara serak khas bangun tidur.
"Kenapa bangun? Lebih baik kamu istirahat lagi." Dengan lembut Daniel membelai rambut istrinya. Mata mereka saling menatap dengan penuh perasaan, perasaan rindu yang masih bersarang meskipun mereka sudah bertemu dan saat ini saling berpelukan.
"Aku siap-siap, kita harus datang ke perpisahan sekolah." Ajak Anjani. Meskipun ucapannya mengajak tetapi istrinya itu sama sekali tidak beranjak bangun dan masih betah dalam pelukannya.
Tanpa kata Daniel menghujani wajah cantik sang istri dengan kecupan basah. "Jangan nangis lagi ya Sayang." Bisiknya.
"Aku tuh kangen banget sama kamu, mau cium-peluk kamu banyak-banyak." Kecupannya kemudian berakhir di bibir sang istri. "Tapi aku mau mandi dulu, kamu pasti bakal marah kalo aku cium kamu dengan kondisi belum sikat gigi."
"Disini dulu sebentar, tapi jangan cium." Tahan Anjani saat Daniel hendak melepaskan pelukannya. "Lima menit."
Kemudian istrinya itu kembali memeluknya sama erat seperti semalam dengan meletakkan wajah di ceruk lehernya, dapat Daniel rasakan kalau Anjani menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam seolah aroma tubuh Daniel adalah oksigennya.
"Kita pelukan aja seharian, ga perlu datang ke acara perpisahan." Bujuk Daniel lembut seraya mengusap punggung istrinya.
"Gak mau." Tanpa diduga Anjani merubah posisinya hingga berada diatas Daniel. Kecupan-kecupan yang tadi Daniel berikan pada sang istri berbalas padanya.
Daniel terkekeh geli saat merasakan kecupan-kecupan yang Anjani berikan padanya.
"Sayang, bilang kalo kamu kangen sama aku." Pinta Daniel seraya menangkup wajah sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Lover
Romance[COMPLETED] "Kamu tidak akan pernah aku lepaskan Anjani, tidak akan pernah." Gumam Daniel yang masih terdengar jelas ditelinga Anjani. "Dan.. pelan-pelanhh..." Anjani meremas punggung lebar kekasihnya itu saat tempo yang Daniel berikan padanya dibaw...