10. Struggle

6.7K 231 11
                                    

"Aku suka sama kamu, dan mau kenal lebih dekat Anjani." Daniel berkata dengan jujur tidak peduli pada keributan yang terjadi dikantin akibat ulahnya, Daniel hanya terfokus pada gadis manis didepannya ini.

Daniel tahu Anjani itu cantik, manis dan tidak bosan untuk dipandang. Tapi dengan posisi mereka saat ini yang duduk berhadapan, hanya dihalangi oleh meja makin memperjelas penglihatan Daniel bahwa Anjani memang semempesona itu.

Di otak Daniel sedari tadi terus mempertanyakan, bagaimana bisa Tuhan menciptakan makhluk didepannya ini.

Bentuk matanya yang bulat cantik dengan bulu mata melentik, warna bola matanya yang cokelat terang membuatnya terlihat hangat. Hidungnya yang mancung serta bibirnya yang terlihat sangat cantik, semuanya semakin sempurna dengan warna kulitnya yang memiliki kesan eksotis semakin mempermanis.

Jika Daniel mengusap wajah cantiknya itu kira-kira ekspresi apa yang akan ditunjukkan Anjani padanya? Malu-malu kah atau wajah tanpa ekspresi seperti yang saat ini gadis itu tunjukkan padanya.

"Sudah cukup bercandanya Daniel. Gak ada alasan kenapa kita harus dekat dan aku rasa kita gak punya interaksi khusus sehingga kamu bisa punya perasaan suka sama aku." Suara Anjani yang serak dan terkesan seksi itu kembali terdengar ditelinganya.

Gadis ini tidak percaya pada apa yang Daniel rasakan padanya. Jujur saja ego Daniel terasa tersentil, gadis itu tidak tahu seberapa gelisahnya menanti balasan pesan yang dikirimnya. Seberapa kecewa Daniel tak dapat nomor kontaknya dan seberapa kesalnya Daniel karena melihat ia tak punya celah sama sekali. Dan saat Daniel beraksi secara langsung, Anjani malah merasa risih.

"Dan aku minta, kamu berhenti." Daniel menatapi bibir Anjani yang terus bicara bahkan terlihat mengkerut karena pemiliknya kesal. Bagaimana ya rasanya jika Daniel mencium gadis itu sekarang supaya gadis itu tidak lagi bicara menyuruhnya untuk berhenti bahkan sebelum berjuang?

Daniel berusaha mengenyahkan pikirannya, ia tidak mungkin bertindak segila itu. Anjani bisa membenci dirinya dan semakin tidak ada peluang untuk Daniel.

Dilihatnya Anjani sudah kembali fokus pada makanannya dan tidak lagi menatap Daniel ataupun memperpanjang percakapan mereka. Gadis itu makan dengan suapan besar, tampak sekali Anjani ingin buru-buru menghabiskan makanannya.

"Pelan-pelan makannya Anjani." Tangan Daniel yang sedari tadi sudah gatal, kini mengambil kesempatan untuk mengusap pipi gadis itu yang penuh dengan makanan.

Sayangnya perhatian Daniel itu malah membuat Anjani melotot dan berakhir tersedak. Segera saja Daniel mengambilkan gadis itu minum dan mengusap punggungnya. "Kan sudah aku bilang pelan-pelan makannya"

Tangan Daniel yang sibuk mengusap punggung Anjani segera tertepis, mata Anjani masih setia melotot kesal padanya. Anjani menarik nafas seolah ingin mengeluar semua kemarahannya, "Kamu-" "Aku bahkan belum melakukan apa-apa Anjani. Bagaimana bisa kamu menyuruh aku berhenti?"

Baru saja ingin bicara, Daniel langsung memotong ucapan Anjani. Karena posisi Daniel yang sedang berdiri disamping Anjani yang masih duduk dikursi, membuat Anjani mendongak saat menatapnya.

Daniel memejamkan matanya sejenak, sialan sekali. Mengapa Anjani makin terlihat cantik saat diliat dari atas seperti ini.

Melihat tidak ada jawaban dari Anjani atas pertanyaan Daniel. Daniel kembali mengambil alih pembicaraan. Tangannya yang sebelah kiri yang sebelumnya digunakan untuk mengusap punggung Anjani teralih ke pinggang gadis itu, dan tangan kanannya menyentuh sisi wajah Anjani supaya lebih mendongak menatapnya. Meskipun Demikian, Daniel malah mencondongkan tubuhnya sehingga jarak antara wajahnya dan Anjani cukup dekat.

Telapak tangan Daniel yang lebar menyentuh sisi wajah cantik Anjani, sedangkan ibu jarinya berlari menyentuh bibir gadis itu dan mengusapnya pelan.

"Anjani Putri biarkan aku berjuang lebih dulu untuk mendapatkan kamu. Baru kamu boleh menilaiku dan menyuruhku untuk berhenti jika memang nanti perjuanganku tidak berkenan untukmu." Tak cukup dengan peryataannya barusan, Daniel yang awalnya berdiri membungkuk kini berlutut sehingga membuat Anjani lebih tinggi dari posisinya.

Kedua tangan pemuda itu kini menggenggam tangan Anjani, tampak sekali jikalau pemuda itu ingin meyakinkan Anjani. "Mungkin kamu berpikir kalau kita tidak punya interaksi khusus selama ini. Meskipun hanya sekilas, kamu pasti sadarkan kita punya interkasi? Dan hal itu yang membuat aku jadi terus memikirkan kamu. Kamu boleh tidak percaya dengan perkataanku atau  bahkan menganggap ini rayuan, karena selain kejujuran yang aku punya nyatanya sekarang aku memang sedang berusaha merayu kamu."

"Jadi tolong, biarkan aku berusaha untuk mendapatkan apa yang aku mau." Setelah berkata demikian, Daniel bangkit dari acara berlututnya kemudian tersenyum dan mengusap rambut lebat Anjani dengan sayang. "Sekarang kamu habiskan makanannya, pelan-pelan."

Dengan santai Daniel kembali duduk dikursinya dan menatap Anjani yang masih membatu tanpa merubah posisi sama sekali, terlihat kerutan dikening gadis itu dan Daniel yakin sekali bahwa saat ini Anjani sedang berusaha keras memahami apa yang baru saja terjadi dan apa yang Daniel katakan padanya. 

"Kamu bisa pikirkan nanti An, lanjutkan dulu makannya." Bagaikan robot yang disetel otomatis, Anjani melanjutkan makannya setelah Daniel mengatakan itu.

Keduanya kembali melanjutkan makan tetapi kini disertai lirikan semua orang yang ada di kantin tersebut. Daniel memakan soto ayam miliknya dengan sesekali terus menatap Anjani seperti sebelumnya. 

Anjani makan dengan tenang sampai makanannya ludes tak tersisa. Sedari tadi Daniel juga menahan gemas dengan Anjani yang tidak ada bersikap malu-malu saat makan, bahkan untuk porsi banyak yaitu semangkuk full soto ayam dibarengi tiga buah gorengan yang besar-besar itu habis. Sepertinya Anjani suka makan, dan Daniel akan menggunakan hal itu untuk menjadi salah satu cara menjerat hati Anjani.

Dilihatnya Anjani bangkit dan hendak membayar makanannya, Daniel buru-buru mengikuti gadis itu dan membayarkan makanan mereka terlebih dahulu. 

"Gak perlu-" "Biar aku aja An." Daniel berucap cepat sebelum Anjani menyelesaikan ucapannya.  Dapat Daniel lihat Anjani mendengus kesal. Bukannya tersinggung, Daniel entah untuk keberapa kalinya merasa gemas dengan gadis itu. Oleh karenanya Daniel mengusap rambut gadis itu lagi seolah menyalurkan rasa gemasnya.

"Ayo, biar aku antar kamu ke kelas."

"Gak, ngapain kamu-" "Aku gak terima penolakan An. Lagian aku juga gak tanya sama kamu." Daniel meraih bahu Anjani dan memutar tubuh gadis itu hingga mengarah ke arah luar kantin. Mereka berdua berjalan seperti main kereta-keretaan dengan Daniel dibelakang Anjani meskipun gadis itu berusaha melepas pegangan Daniel pada bahunya selama perjalanan mereka.

"Daniel, lepas."

"Daniel." Anjani tampak putus asa menyuruh Daniel untuk melepas bahunya.

"Ya. Aku disini Anjani." Tanpa merasa berdosa, Daniel kali ini merespon Anjani seolah gadis itu memanggilnya padahal Anjani kesal sekali.

"Jangan seperti ini. Semua orang bisa lihat. Nanti ada kesalahpahaman, memangnya kamu-" "Siapa yang akan salahpaham An? Dan kesalahpahaman seperti apa yang kamu maksud?" Daniel melepas pegangannya pada bahu Anjani setelah mereka menghentikan langkah dan membuat gadis itu berbalik padanya.

"Mungkin orang yang suka sama kamu atau gebetan kamu, mereka nanti akan salahpaham kalau kita punya hubungan. Mungkin untuk kamu gak ada efeknya, tapi aku?" 

"For your information Anjani, aku sedang tidak dekat dengan siapapun selain kamu yang sedang aku usahakan. Dan aku juga tidak peduli dengan kesalahpahaman dari mereka, malah bagus kalau mereka berpikir kita dalam sebuah hubungan karena akan mempermudah aku. Satu hal lagi yang perlu kamu ingat An, selama kamu ada dipengawasan mataku gak akan aku biarkan ada yang mengusik kamu. Benarkan Ganda?" Tiba-tiba saja Ganda diajak masuk dalam pembicaraan mereka.

"Betul boss, gak akan ada yang akan berani macam-macam sama Anjani." Ganda berjanji dengan yakin sekali. Selama perjalanan dari kantin dimana Anjani dan Daniel bermain kereta-keretaan, Ganda dan teman-teman Anjani yang sejak awal bersama mereka terus berada dibelakang kedua sejoli tersebut.

"Dengarkan An? atau disini kamu yang gak mau ada seseorang salahpaham?"

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang