Anjani tahu ada banyak resiko yang harus ia tanggung saat akan mengiyakan Daniel untuk menikah setelah suaminya itu menceritakan tentang keluarganya, apalagi dengan apa yang terjadi sebelumnya yaitu Daniel dibawa paksa. Keluarganya tentu punya kekuatan yang sangat besar dan Anjani bukan lawannya.
Sejak kedatangan Daniel ke rumahnya dan mengatakan akan membawanya pergi, Anjani tahu hidupnya akan berubah drastis. Kehidupan yang benar-benar tidak pernah terbayangkan oleh Anjani bahkan cukup mustahil untuk ia jangkau. Kemana-mana selalu diantar dengan mobil yang mana dengan protokol keamanan yang sangat ketat hingga 24jam tidak pernah absen bodyguard mendampingi mereka.
Satu bulan sudah sejak Anjani diboyong dan tinggal di apartemen yang Daniel bilang adalah kado pernikahan kecil dari Kakeknya, dan selama itu juga Anjani belum pernah bertemu dengan satupun anggota keluarga Daniel.
Secara perlahan Daniel menjelaskan pada Anjani bahwa mereka berdua harus saling berusaha, oleh karenanya Anjani tidak terlalu kaget saat tahu bahwa ia memang harus berusaha dengan ekstra saat Daniel memperkenalkan seorang asisten padanya.
Assisten yang diberikan padanya bernama Tori dan berumur lebih tua dari Anjani tentu saja, awalnya Anjani ingin memanggilnya dengan sebutan 'Kakak' supaya lebih sopan tetapi Tori menolak dan meminta Anjani untuk memanggil namanya langsung tanpa embel-embel.
Tugas Tori adalah mengatur jadwal harian Anjani, jadwal yang sudah ditetapkan dan di aprove oleh atasan yang paling atas yang berarti disini adalah Kakeknya Daniel.
Meskipun Anjani tengah hamil saat ini, tetapi bukan berarti Anjani mendapatkan keringanan untuk melaksanakan kelasnya. Selama satu bulan ini Anjani mendapati dua orang tutor yaitu tutor yang mengajarkan bahasa dan satunya lagi tutor yang mengajarkan etiket.
Dalam pembelajaran bahasa, Anjani difokuskan lebih dulu untuk lebih fasih berbahasa inggris dan sedikit belajar bahasa Jerman mengingat Anjani dan Daniel akan pindah kesana. Sedangkan untuk etiket, Anjani diajarkan banyak hal. Mulai dari bagaimana cara berpakaian, cara berbicara dan cara makan.
"Silahkan Nona Muda." Anjani segera mengucapkan terimakasih dan langsung mengambil gelas serta vitamin yang berada diatas nampan.
Saat ini Anjani baru saja selesai dengan kelas bahasanya, setelah kelas selesai Anjani punya waktu istirahat dalam artian tidur siang.
Mulai dari bangun tidur hingga waktu Daniel pulang kerja, Anjani punya jadwalnya sendiri. Dan semua jadwalnya itu akan usai setelah Daniel pulang kerja di jam enam sore. Selama hidupnya, Anjani rasa ini adalah waktu dimana ia punya hidup yang produktif.
Setiap seminggu sekali, Anjani punya jadwal untuk perawatan diri ke salon dan ikut kelas yoga. Dan di hari weekend, Anjani dan Daniel akan punya waktu bebas mereka begitupun seperti setelah Daniel pulang kerja. Para Asisten dan pekerja di apartemen yang menemani Anjani akan pulang meninggalkan Anjani berdua dengan Daniel tanpa terkecuali.
Setelah ia meminum vitaminnya, Anjani segera merebahkan diri dan berusaha mencari kantuk membiarkan Tori pamit dari kamarnya. Pikirannya melayang dan tangannya dengan refleks menyentuh perutnya yang mulai membuncit karena ia baru saja masuk ke usia trimester kedua.
Kata dokter janinnya kuat dan sehat, tidak ada banyak catatan yang dokter berikan padanya sejauh ini selain terus mengingatkan Anjani untuk tidak melupakan makan, minum susu, minum vitamin dan makan cemilan sehat.
Tiba-tiba Anjani teringat dengan Daniel yang menangis terharu saat mereka pertama kali mendengarkan suara detak jantung janin. Anjani tahu Daniel akan menjadi ayah yang sangat baik karena selama mereka menikah pun Daniel sudah menjadi suami yang terbaik untuk Anjani, kehadiran Daniel benar-benar menghilangkan rasa takutnya. Anjani yakin bahwa mereka bisa menjalani ini semua dengan baik dan menjadi keluarga yang bahagia.
Senyuman pun terulas bersamaan dengan pemikiran tersebut yang akhirnya membawa Anjani ke dalam dunia mimpi.
Usapan lembut diperutnya mengejutkan Anjani hingga matanya langsung terbuka, saat melihat pelakunya ia malah bersitatap dengan Daniel yang tersenyum begitu manis. "Bangun Bumil, sudah satu jam."
"Kok kamu sudah pulang?" Anjani mengernyitkan kening dan segera melihat jam dinding yang menunjukkan jam 3 sore.
"Iya, tiba-tiba Kakek telfon. Kita diajak untuk makan malam dirumah utama malam ini."
"Tiba-tiba banget." Komentar Anjani.
"Iya, mungkin Kakek mau bicarakan tentang keberangkatan kita ke Jerman." Duga Daniel yang masih dengan nyaman mengusap perut buncit istrinya.
"Anak Papa gak nakal sama Mama kan?" Tanya Daniel kemudian pada perut Anjani yang tentunya tidak bisa menjawab.
"Anak kita mana pernah nakal sih Pa, anteng banget hari ini dia." Balas Anjani kemudian, tangannya mengusap rambut lebat Daniel yang masih terus mengajak bicara janin dalam perutnya.
"Sayang, aku penasaran banget sama jenis kelamin anak kita. Gak kebayang kalo perempuan, pasti cantik banget mirip kamu terus nanti ada banyak laki-laki yang suka sama dia." Anjani tertawa mendengar ocehan tak masuk akal Daniel. Meskipun demikian tetapi Anjani tetap meladeni suaminya.
"Kalo laki-laki bagaimana?" Tanyanya.
"Pasti dia jadi cowok ganteng yang keren dan bertanggungjawab seperti Papanya."
Lagi-lagi Anjani tertawa. Apapun jenis kelaminnya, ia tidak mempermasalahkan yang penting anaknya sehat dan tidak ada kekurangan satu apapun. Anjani yakin, Daniel pun pasti berpikiran sama dengannya.
"Aku mandi duluan ya Sayang, jam makan malam Kakek lebih cepat dari kita. Jadi jam lima kita harus sudah sampai disana."
"Oke." Sepeninggalan Daniel ke kamar mandi, ketukan pintu kamar terdengar.
"Permisi Nona, saya membawa minum untuk Anda." Suara Tori terdengar dari balik pintu.
"Masuk." Mendengar jawaban dari Anjani, Tori masuk kedalam kamar dengan nampan yang berisi segelas air mineral.
"Pakaian Anda untuk makan malam sudah sampai begitupun dengan periasnya Nona Muda." Anjani mengangguk mengerti setelah ia menandaskan air didalam gelas yang dibawa oleh Tori.
"Aku akan mandi dulu setelah Daniel, tunggu saja didepan." Dengan patuh Tori mengiyakan dan pamit keluar dari kamar.
Sambil menunggu gilirannya mandi, pikiran Anjani kembali berkelana. Selama satu bulan ini Kakek Daniel seolah memberi Anjani bekal untuk menghadapi hari ini, makan malam ini hanya akan menjadi permulaan baginya untuk masuk kedalam keluarga.
Anjani tidak tahu seperti apa orang-orang yang merupakan keluarga Daniel selain dari cerita Daniel padanya, yang pasti bagaimana pun baik ataupun buruknya sikap mereka Anjani tidak akan mau kalah. Semua ini baru dimulai dan Anjani yakin ia bisa menyelesaikannya sampai akhir bersama Daniel dan juga anaknya.
Vote and Comment Guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Lover
Romance[COMPLETED] "Kamu tidak akan pernah aku lepaskan Anjani, tidak akan pernah." Gumam Daniel yang masih terdengar jelas ditelinga Anjani. "Dan.. pelan-pelanhh..." Anjani meremas punggung lebar kekasihnya itu saat tempo yang Daniel berikan padanya dibaw...