Senyum tipis yang begitu formal tidak lepas dibibirnya sejak Anjani dibawa masuk kedalam rumah besar yang luar biasa mewah yang baru kali pertama ia lihat secara langsung.
Ada banyak pelayan yang berseliweran disana-sini dengan pakaian hitam putih juga bodyguard yang tak terhitung banyaknya berdiri kokoh ditiap sudut seolah untuk memastikan keamanan meskipun Anjani yakin seratus persen kalau rumah ini punya cctv dan selalu diawasi dua puluh empat jam nonstop. Bahkan saat tadi hendak memasuki area rumah yang pagarnya menjulang dan terbuka secara otomatis, ada tiga orang satpam hanya untuk penjaga gerbang.
Anjani pikir maling mana yang berani merampok dirumah ini? Tinggi pagar tembok yang mengelilingi rumah ini saja tingginya tak bisa Anjani perkirakan.
Setelah seseorang dengan setelan jas yang begitu rapih dan berambut klimis memandu mereka untuk langsung menuju ke ruang makan, Anjani mendapati tiga anggota keluarga Daniel sudah ada disana.
"Apa lagi ini Papa?" Setelah Anjani dan Daniel berhasil duduk sesuai arahan, suara seseorang memecah keheningan. Itu adalah suara dari ibu tiri Daniel yang menatap mereka dengan aura permusuhan yang begitu kuat.
"Seperti yang sudah kamu ketahui sebelumnya, Daniel akan resmi mengelola perusahaan dan ini adalah Anjani istrinya Daniel."
"Istri?" Kekehan sinis terdengar dari Liana yang tidak habis pikir dengan ucapan mertuanya dan menatap pasangan muda itu dengan sinis. "Papa kenapa bisa dengan mudah percaya dengan anak ini untuk mengurus perusahaan bahkan sampai membiarkan istrinya yang tidak tahu asal-usulnya ini dibawa kemari?"
Anjani mengerutkan keningnya mendengar ucapan tidak sopan itu, meskipun Anjani bukan berasal dari keluarga yang berada tetapi Anjani punya kedua orangtua dan asal-usulnya jelas. Anjani melirik Daniel yang sama kesalnya seperti dirinya bahkan terlihat hendak menjawab sebelum sang Kakek lebih dulu bicara.
"Saya sudah cek latar belakang keluarga Anjani dan mereka adalah keluarga baik-baik. Bukan keluarga narapidana ataupun koruptor." Ucapan itu menelak Liana yang kini hanya mengerutkan bibirnya, Anjani perkirakan mungkin keluarga perempuan itu ada yang Kakek singgung.
"Daniel bekerja dengan sangat baik dibawah pengawasan saya, bahkan dia adalah murid terbaik yang pernah saya didik disaat anak laki-laki dan cucu laki-laki saya tidak bisa di andalkan. Saya masih punya cucu lain yang sangat berpotensi untuk mengelola perusahaan. Jadi berhenti protes kecuali kamu bisa membuat dua orang itu berguna untuk saya." Begitu tajam dan tegas. Setelah menyerang balik Liana dengan perkataanya, Kakek tua yang Anjani tahu namanya adalah Darius Abraham Sanjaya itu kini menatapnya.
"Anjani selamat datang di keluarga Sanjaya, maaf kalau sambutanmu kurang hangat dirumah ini." Berbanding terbalik dengan gaya bicaranya yang keras tadi, saat berbicara dengan Anjani nadanya begitu lembut. "Semoga kamu menyukai jamuan kecil ini sebagai sambutan dari Kakek."
"Terimakasih Kakek." Anjani berkata demikian seraya tersenyum tulus dan mengangguk sopan sebagai bentuk hormatnya.
"Lebih baik kita mulai makan malamnya." Memimpin acara makan malam, Darius segera mengambil sendok garpu diikuti yang lain. Ada satu orang pelayan yang begitu telaten mengambilkan lauk untuk sang kepala keluarga.
Sedangkan piring Anjani diisi oleh Daniel yang selalu perhatian padanya. Anjani kembali mengulas senyum, ada Daniel disisinya benar-benar membuat perasaan jadi lebih baik. "Kamu harus coba makanannya Sayang, karena koki dirumah Kakek jago-jago banget masaknya."
Anjani mengangguk kecil dan mulai menyuap makan, Daniel terus memperhatikannya meskipun mereka sama-sama sedang makan. Moment manis yang biasa terjadi diantara mereka itu menjadikan mereka pusat perhatian dengan lirikan yang berbeda-beda.
Liana sang Ibu tiri Daniel jelas menatap mereka sinis dan tidak suka, berbeda dengan Kakek yang terlihat senang dengan interaksi keduanya. Sedangkan Ayah Daniel yang sedari tadi diam saja memandang mereka dengan tatapan yang sulit diartikan, disinipun Anjani tidak bisa menilai tentang Ayah Daniel karena tidak memberikan tanggapan apapun.
Mereka makan dengan tenang hingga selesai. Diantara anggota keluarga yang selalu Daniel ceritakan, hanya Kakak tiri Daniel yang tidak ada bersama mereka. Kata Daniel pemuda itu sakit-sakitan dan sekarang makin parah, kemungkinan berada di rumah sakit sekarang. Tapi bagaimana bisa pikir Anjani, jika anak sedang berada dirumah sakit ibunya meninggalkan sang anak dan makan dengan penuh dendam dihadapannya?
Setelah makan, sang Kakek minta Daniel dan Anjani untuk mengikutinya ke ruang kerja pria tua itu.
Anjani duduk dengan nyaman di atas sofa lembut yang ia tebak harganya sangatlah mahal bersama dengan Daniel. Dihadapan mereka ada sang Kakek yang terduduk tenang dengan tongkat disebelah kanan yang selalu dipegangnya sebagai pembantu untuk jalan.
"Kakek mengundang kalian berdua datang kesini karena memang ada hal yang ingin dibicarakan." Tak berbasa-basi pembicaraan langsung lompat ke bagian inti.
"Kalian akan berangkat ke Jerman lusa. Semuanya sudah dipersiapkan jadi kalian hanya perlu membawa diri saja dan hal yang menurut kalian penting untuk dibawa karena kalian akan tinggal disana cukup lama."
"Baik Kakek." Daniel dengan lugas menanggapi Kakeknya, berbeda dengan Anjani yang hanya mengangguk kecil.
"Anjani." Anjani mendongak saat namanya dipanggil. Dilihatnya pria tua yang menjadi Kakek dari suaminya itu juga tengah menatapnya.
"Sekali lagi, selamat datang di keluarga Sanjaya dan selamat atas kehamilanmu."
"Terimakasih Kakek." Balas Anjani dengan senyum simpul.
"Untuk Liana, kamu tidak perlu khawatir. Dia tidak akan berani berbuat macam-macam." Anjani lagi-lagi mengangguk, yah setidaknya ia dan anaknya dijamin keselamatannya dan itu sudah cukup untuk Anjani.
"Selagi Daniel akan sibuk dengan kuliah dan mengurus kantor cabang di sana, kamu juga akan mendapatkan tutor baru. Kamu sudah masuk kedalam hidup Daniel yang artinya kamu juga masuk kedalam keluarganya dan harus mengikuti gaya hidupnya."
"Para istri pengusaha tergabung dalam dunia sosialita, mereka melakukan banyak kegiatan seperti menggelar pameran, melakukan sumbangan, dan banyak hal. Kegiatan-kegiatan positif itu sangat membantu menaikkan pamor suaminya."
"Kakek, Anjani tidak perlu melakukan hal seperti itu. Aku tidak mau menyusahkan istriku. Aku bisa dengan diriku sendiri tanpa harus Anjani bergabung kesana." Daniel dengan cepat menolak pernyataan sang Kakek. Meskipun Daniel terpikir ia bisa saja kembali ke dalam keluarga Kakeknya tetapi Daniel tidak pernah berpikir sekalipun untuk memaksa Anjani masuk kedunia sosialita karena itu bertentangan dengan yang Daniel inginkan. Daniel ingin Anjani cukup duduk manis dan melakukan apapun yang istrinya itu suka tanpa paksaan seperti ini karena hanya untuk membantu dirinya.
"Bukan hanya untuk kamu Daniel, tetapi ini juga untuk dirinya sendiri. Anjani, apakah kamu tidak mau? Kamu takut?"
"Kamu adalah Nyonya di keluarga Sanjaya, tidak akan ada yang berani menindas kamu. Istriku sudah lama meninggal dan tidak ada yang menggantikannya. Liana tidak disambut baik disana, dia tidak akan bisa mengintimidasi kamu. Kamu pasti bisa melakukannya. Bagaimana Anjani?"
"Saya usahakan Kakek." Jawab Anjani mantap.
Vote and Comment Guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Lover
Romance[COMPLETED] "Kamu tidak akan pernah aku lepaskan Anjani, tidak akan pernah." Gumam Daniel yang masih terdengar jelas ditelinga Anjani. "Dan.. pelan-pelanhh..." Anjani meremas punggung lebar kekasihnya itu saat tempo yang Daniel berikan padanya dibaw...