Daniel mengecek laporan keuangan dari beberapa usahanya dengan teliti, mulai dari stock barang hingga uang masuk dan keluar.
Terhitung hampir satu tahun Daniel menetap di kota ini, dan tidak ada kabar sama sekali dari keluarganya yang ada di ibukota. Hanya ada orang kepercayaan kakeknya saja yang sesekali datang mengunjunginya untuk sekedar tahu kondisi Daniel. Selain itu Daniel punya mata-mata lain yang mengawasinya yaitu Supir sekaligus penjaga rumah dan asisten rumah tangga yang hanya datang dipagi hari.
Daniel sangat mengusahakan sekali keluarganya dan orang-orang suruhan itu tidak ada yang tahu mengenai Daniel yang membuka beberapa usaha miliknya sendiri. Dan tentu saja hal itu tidak luput dari bantuan dan informasi teman-teman sekolahnya yang Daniel pekerjakan sebagai pegawainya.
Banyak diantara teman-teman sekolah Daniel yang katanya tidak akan menyambung pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga setelah lulus sekolah nanti memutuskan untuk bekerja. Oleh karena itu Daniel menciptakan usaha dan membuka lowongan kerja.
Awalnya Daniel membuka usaha cafe dan cukup berhasil, kemudian berlanjut dengan Daniel yang memiliki beberapa booth container untuk menjual berbagai jenis makanan ringan dan minuman.
Setelah kedua usaha kuliner tersebut, Daniel merambah ke bisnis lain. Ia menyewa beberapa ruko untuk usaha baru seperti usaha jasa ketik, fotocopy dan print lalu studio foto dan usaha konter yang juga merangkap sebagai bisnis top up dan jual akun game.
Dan minggu ini pengerjaan Steam motor dan mobilnya akan segera selesai setelah memiliki bengkel sendiri. Jadilah Daniel sangat sibuk dengan mengecek semua usahanya, jadwalnya semakin padat karena ia pun sudah kelas dua belas sekarang.
Daniel sekarang pun dalam masa meminta izin pada orang kepercayaan kakeknya terkait kelanjutan pendidikannya. Karena sekarang pun sekolah mereka sudah kedatangan para alumni dari berbagai universitas untuk mempromosikan kampus mereka. Waktu Daniel semakin dikejar.
Tok tok tok
"Masuk." Daniel mengalihkan tatapannya dari lembaran-lembaran kertas yang bertaburan di mejanya kearah pintu ruang kerjanya yang memunculkan Anjani.
"Sayang." Seketika Daniel langsung bangkit dari duduknya, pikiran dan mood yang tidak baik segera sirna begitu melihat wajah manis kekasihnya itu.
"Kok bisa disini? Kamu gak kasih tahu aku kalo mau kesini, harusnya aku jemput kamu tadi." Daniel memeluk Anjani setibanya ia didepan kekasihnya itu. Dalam hati Daniel merasa bersalah sekali karena tidak punya waktu banyak untuk kekasihnya itu, jikalau Daniel menyempatkan datang malam hari kerumah Anjani pasti kekasihnya itu marah dan menyuruhnya untuk pulang berisitirahat.
Jadilah mereka bertemu jikalau hanya hari libur sekolah saja, dalam artian bertemu untuk waktu yang lama dan kangen-kangenan. Untuk berangkat dan pulang sekolah, Daniel tidak pernah absen untuk menjemput dan mengantar Anjani. Sedangkan waktu istirahat pun tidak banyak dan mereka jarang bertemu, alasannya Anjani yang mengatakan tidak nyaman jika Daniel terus datang ke kelasnya.
"Aku tadi habis belajar kelompok, terus pada ngajakin kesini." Aku Anjani.
"Nanti pulangnya sama aku aja ya Sayang." Pinta Daniel yang diangguki oleh Anjani.
"Kamu lagi banyak kerjaan ya? Aku tunggu didepan aja kalo gitu. Kamu selesaikan dulu kerjaan kamu." Anjani berusaha meleraikan pelukan mereka dan hendak keluar, menunggu Daniel sambil berbincang dengan teman-temannya didepan. Tetapi Daniel tidak melepaskan pelukannya sama sekali, malah makin erat.
Cklek
"Loh kok di kunci?" Kunci yang ada di pintu bahkan dimasukkan kedalam kantong celana Daniel, membuat Anjani tidak habis pikir.
"Biar kamu disini aja Sayang, temani aku ya."
"Iya, yaudah kamu lanjut. Aku mau rebahan di sofa." Usir Anjani seraya menepuk lengan Daniel supaya melepaskan pelukannya.
"Enggak, aku tuh belum puas peluk kamunya." Menggelengkan kepala kuat, Daniel sama sekali tidak merubah posisinya.
"Kamu selesaikan dulu pekerjaan kamu, nanti peluk lagi. Lagian kamu mana pernah puas sih, nunggu sampe kamu puas tuh kapan-kapan."
"Yaudah aku kerja tapi sambil peluk kamu."
"Mana bisa begitu."
"Bisa." Dengan semangat Daniel menarik Anjani menuju ke meja kerjanya, kemudian mengambil duduk.
"Kamu nya sini." Daniel menepuk pahanya pelan, menyuruh Anjani untuk duduk di pangkuannya.
"Ih mana bisa begitu, kamu nanti gak fokus terus pegel juga karena aku berat." Tolak Anjani.
"Enggak apa-apa." Daniel membawa Anjani untuk duduk dipangkuannya dengan posisi menyamping.
"Kalo begitu aku susah peluk, kamunya hadap sini." Anjani menghela nafasnya dan mengikuti saja perkataan Daniel, hingga akhirnya mereka berada di posisi saling berhadapan dengan Anjani yang duduk di pangkuan Daniel.
"Kamu juga peluk aku." Daniel ini kalau lagi kangen dan manja, banyak maunya. Anjani memeluk tubuh Daniel yang lebih tinggi darinya hingga membuat wajahnya bisa ia letakkan di bahu kokoh Daniel.
Dalam waktu yang cukup lama keduanya tidak berganti posisi sampai akhirnya Anjani menggeser sedikit bokongnya membuat Daniel menegang.
"Shh Sayang jangan gerak begitu."
Anjani tadi ingin menggeser duduknya karena miliknya berada tepat didepan milik Daniel yang sudah menggembung dibalik celana, tetapi Daniel malah makin menjadi.
"Kamu daritadi udah tegang, aku ngerasa gak enak duduk begini." Ujar Anjani membela dirinya, karena tak ingin kejadian ini berlanjut Anjani memilih untuk bangkit dari duduknya. Tetapi hal itu diurungkan oleh Daniel yang memeluk pinggangnya erat.
"Mau kemana Sayang? Punya aku kangen sama punya kamu."
"Kita kan baru minggu kemarin ngelaku-" "Minggu ini kan belum Sayang."
Dari bawah Daniel menggerakkan pinggulnya, menekankan miliknya yang mengeras dibalik celana kepada Anjani. Karena Anjani mengenakan celana kulot yang berbahan jatuh dan tidak tebal, membuat milik Daniel seperti digesekkan langsung padanya.
Anjani menggigit bibir bawahnya sebelum ia mencium Daniel yang masih menggesekkan miliknya. Sejak mereka melakukan hubungan begitu jauh, Anjani mudah sekali terangsang. Seluruh tubuhnya begitu sensitif dan selalu meminta lebih saat Daniel menyentuhnya.
"Ahh, langsung masukkan gak perlu pemanasan lama-lama." Karena keberadaan mereka berada di ruang kerja Daniel, tentu lah membuat mereka berdua tidak bisa leluasa seperti dirumah Daniel.
Jikalau terdengar suara aneh dari dalam dan mereka lama keluar, orang-orang tentu saja akan curiga.
Tangan Anjani dengan cepat melepaskan kancing celana Daniel dan menurunkan resletingnya, kemudian membawa keluar milik Daniel yang sudah tegang dari celana dalam pemuda itu. Anjani meludahi milik Daniel agar milik pemuda itu basah seraya mengocoknya pelan.
"Sayang pelan-pelanhh..."
Wajah, telinga hingga leher Daniel sudah memerah menandakan Daniel sudah terhanyut dalam belaian yang Anjani berikan.
Dengan cepat Anjani bangkit dari pangkuan Daniel kemudian melepaskan celananya dan celana dalamnya, saat hendak kembali duduk dipangkuan Daniel pemuda itu malah menahannya dan mengangkat bokong Anjani hingga terduduk diatas meja.
"Pelan-pelan aja Sayang, gak perlu buru-buru."
"Ahhpp..." Anjani menutup mulutnya yang mengeluarkan desahan saat lidah Daniel bergerak liar di kewanitaannya.
Vote and Comment Guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Lover
Romance[COMPLETED] "Kamu tidak akan pernah aku lepaskan Anjani, tidak akan pernah." Gumam Daniel yang masih terdengar jelas ditelinga Anjani. "Dan.. pelan-pelanhh..." Anjani meremas punggung lebar kekasihnya itu saat tempo yang Daniel berikan padanya dibaw...