9. Be Gentle (3)

7K 236 5
                                    

Anjani berusaha untuk tidak peduli, tapi ia tidak bisa. Anak baru yang aneh didepannya ini terus saja memandanginya tak henti meskipun saat ini mereka sedang makan. Pasalnya bukan hanya pemuda yang bernama Daniel saja tetapi beberapa sorot mata yang ada di kantin ini memperhatikan mereka.

Setelah kejadian follow Instagram semalam, Anjani pikir pemuda ini salah orang. Secara tak terduga mereka bertemu di tangga, dan disanalah Anjani menebak mungkinkah teman Ganda yang dimaksud meminta nomornya adalah Daniel? Tapi untuk apa?

Saat perjalanan menuju kantin juga pemuda itu tak henti menatapinya, awalnya Anjani tidak mau terlalu percaya diri tapi saat ia menoleh sekilas kebelakang dugaannya benar. Kalian pasti tahu kan bagaimana rasanya jikalau ada yang sedang menatapi? Sangat tidak nyaman sekali apalagi tatapannya intens.

Lagi Anjani berusaha untuk tidak menghiraukannya. Tetapi kemudian, pemuda itu tiba-tiba bertanya padanya ingin makan apa. Padahal jelas-jelas Ganda bilang bahwa dirinya yang akan memesankan makanan, jadi untuk apa Daniel bertanya seperti itu padanya.

Makin tidak terduga lagi adalah, Daniel hanya bertanya padanya dan memesankan makanannya saja tentu dengan milik Daniel sendiri. Tidak ada teman-teman Anjani yang ditanyai serupa, pemuda itu bahkan langsung saja pergi untuk memesan setelah mendapatkan jawaban Anjani setelah bertanya beberapa kali.

"Lo udah kenal ya sama Daniel?" Tunjuk Rani pada Anjani seraya melirik punggung lebar Daniel yang sedang memesan diikuti Ganda disebelahnya.

Anjani hanya menggelengkan kepala tanpa mengeluarkan kata. Kalau ia buka mulut yang ada makin diinterogasi.

"Terus kenapa dia pesan makanan lo kalo gak kenal? Cuma lo doang lagi. Kalian lagi pendekatan ya?" Kening Anjani mengerut, benarkah pemuda ini benar-benar ingin melakukan pendekatan dengannya? Tapi kenapa? Dalam pikiran Anjani sama sekali tidak menemukan alasan logis mengapa Daniel bersikap demikian dan mau dekat dengannya.

Beberapa saat kemudian, Daniel dan Ganda datang dengan minuman. Disini memang untuk minuman dibawa sendiri saat memesan. Daniel menyodorkan cup es teh pada Anjani, segera saja Anjani berucap terimakasih yang diangguki oleh Daniel. Kecanggungan itu membuat meja mereka menjadi hening, tetapi tentu saja Ganda tidak akan membiarkannya sehingga pemuda itu memulai pembicaraan dan terus mengoceh.

Pesanan mereka tiba, Daniel lagi-lagi menyodorkan semangkuk soto ayam pada Anjani lebih dulu begitupula dengan gorengannya. Dan Anjani lagi-lagi harus mengucapkan terimakasih.

Menatap makanan yang sudah tersaji didepannya, Anjani berusaha fokus. Fokus untuk makan. Ia mengambil sambal untuk soto ayamnya, Anjani lebih suka makan tanpa kecap saos dan hanya memasukkan sambal yang banyak.

Teman-temannya tentu tak heran dengan Anjani yang gila pedas. Tapi satu tangan menahannya. "Jangan banyak-banyak nanti sakit perut." Daniel berkata demikian dengan suara yang terkesan lembut.

Tentu saja hal itu tidak luput dari pengamatan semua orang apalagi teman-teman Anjani yang berada satu meja dengannya. Mereka bahkan terpekik tertahan, salah tingkah.

Sedangkan Anjani tak mau berdebat, ia menaruh wadah sambal itu. Ia terlibat pembicaraan dengan Daniel yang memunculkan teka-teki dalam pikirannya. Kini tangan Anjani beralih pada kecap dan saos, ia hendak meracik untuk dimakan gorengannya.

Untuk kecap, karena masih banyak isinya dan bahannya mudah tumpah jadilah lebih mudah saat di tuang. Tetapi untuk saos sendiri yang isinya hampir sekarat, Anjani harus berusaha extra menekan botol supaya isinya keluar.

Dan Daniel kembali menahan tangannya, pemuda itu langsung mengambil alih botol saos ditangan Anjani dan membantunya untuk mengeluarkan saos diatas gorengannya.

"Segini cukup?" Tanya pemuda itu seraya menatap Anjani. Anjani yang kehabisan kata-kata hanya mengangguk. Segera saja ia mengaduk racikan kecap dan saosnya, saat tangannya hendak mengambil sambal kembali pertanyaan Daniel datang. "Masih mau pakai sambal lagi? Nanti kamu sakit Anjani."

Suara yang berat itu terus berkata lembut, bahkan tatapan matanya yang lurus pada Anjani seolah memberikan pengertian itu sangat tidak bisa dimaafkan. Bagaimana bisa Daniel seperti itu dengan wajahnya yang sangat tampan? Apakah pemuda itu tidak memikirkan efek yang akan diakibatkan oleh dirinya?

Kali ini sepertinya Anjani mau tidak mau harus terlibat pembicaraan dengan Daniel. Anjani tidak mau ada kesalahpahaman terjadi diantara mereka apalagi dimata teman-temannya juga warga sekolah yang lain. Sikap Daniel ini cukup berlebihan menurut Anjani.

"Aku sudah biasa begini." Sebagai permulaan Anjani memberikan batas jelas diantara mereka seolah Daniel tidak boleh melewati batasannya.

"Tidak baik untuk kesehatan kamu Anjani." Daniel lagi-lagi berkata lembut padanya.

"Nama kamu Daniel, benar kan?" Tanya Anjani pada pemuda itu supaya ia tidak salah sebut nama.

"Benar aku Daniel. Daniel Nandrean Sanjaya." Tanpa diminta pemuda itu bahkan menyebutkan nama lengkapnya.

"Oke. Dengar Daniel, aku gak tahu kenapa kamu bersikap seperti ini hari ini. Tiba-tiba follow akun Instagram sampai DM. Kalau tidak salah, apakah benar kamu juga teman Ganda yang meminta nomorku dari Fadhil?" Anjani tidak peduli lagi dengan perhatian semua orang yang kini benar-benar tertuju pada mereka, Anjani hanya ingin penjelasan mengapa pemuda itu bersikap demikian.

"Benar." Tidak ada pembelaan, Daniel langsung mengaku. "Aku yang minta nomor kontak kamu, tapi kamu gak mau kasih. Kamu juga gak ada balas pesanku di Instagram. Kenapa Anjani?"

Anjani mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Daniel. Kenapa? Bukankah seharusnya Anjani yang bertanya demikian? "Sepertinya disini aku yang harus tanya, kenapa pada kamu Daniel."

"Aku suka sama kamu, dan mau kenal lebih dekat Anjani." Ucapan Daniel itu membuat keributan di kantin. Para laki-laki mungkin menilai Daniel begitu gentle, tetapi untuk para gadis yang berada di area itu tampak iri sekali dengan Anjani.

"Sudah cukup bercandanya Daniel. Gak ada alasan kenapa kita harus dekat dan aku rasa kita gak punya interaksi khusus sehingga kamu bisa punya perasaan suka sama aku." Anjani blak-blakan saja. "Dan aku minta, kamu berhenti."

Anjani tidak peduli jika sikapnya dinilai jahat. Anjani bahkan tidak sempat menatap ekspresi wajah Daniel setelah ia berkata padanya untuk berhenti. Disini Anjani hanya menatap fakta saja, bagaimana mungkin seorang Daniel menyukai dirinya sedangkan pemuda itu sudah di gosipkan dekat dengan Dhea si cewek paling terkenal disekolah mereka bahkan di daerah mereka ini.

Anjani juga sadar diri, mana ada dirinya sebanding dengan Dhea itu. Tidak mau salah tingkah diawal dan nantinya berakhir dengan patah hati yang malas sekali Anjani lewati lagi, lebih baik Anjani menghentikannya saja. Anjani sudah bahagia dengan kesendiriannya sekarang dan apa yang ia lakukan.

Karena makanannya sudah hampir dingin, dengan cepat Anjani menghabiskan makanannya. Tak peduli dengan pendapat Daniel melihat makannya yang banyak dan cepat ini.

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang