"Kayaknya hujannya bakal lama deh." Mata Anjani terarah pada dinding kaca yang berada disisi kamar Daniel, sepertinya ini dinding kaca yang terhubung dengan taman disamping atau mungkin sebutannya balkon?
"Kamu dingin An." Ucapan Daniel yang disertai dengan tangan pemuda itu yang sudah berpindah dari menyentuh rambutnya ke tangan Anjani.
"Kamu lebih dingin." Balas Anjani saat merasakan tangan Daniel lebih dingin darinya.
Jantung Anjani berdegup lebih kencang saat kesunyian kini tiba-tiba merayap diantara mereka setelah ia berkata demikian. Belum lagi posisi Daniel dan dirinya yang sangat dekat, hanya tersisa beberapa senti saja hidungnya dan Daniel bertabrakan.
Dari mata itu, Anjani tidak bisa menebak apa yang sedang Daniel pikirkan. Tatapan dalam pemuda itu membuat nafas Anjani tersendat tak normal.
"An..." Suara yang berat dan serak itu kini terdengar, membuat Anjani merinding seketika.
"Hmmm." Anjani tak sanggup membuka mulutnya sehingga ia hanya bisa bergumam untuk menyahuti panggilan Daniel.
"Mungkin kamu bosan aku selalu bilang ini." Telapak tangan lebar itu kini mendarat disisi wajah Anjani dan mengusapnya, semakin membuat degup jantung Anjani menggila. "Tapi kamu benar-benar cantik dan mempesona An. Semakin aku kenal kamu, aku semakin tidak berdaya."
Anjani masih bungkam, ia masih ingin mendengarkan Daniel berbicara. Mungkin dari pembicaraan ini Anjani akan mendapatkan apa yang ia inginkan kan.
"Meskipun kamu bosan dengan pujian itu, tapi aku tidak akan pernah bosan An untuk memberitahumu apa yang aku rasakan untukmu dan juga untuk memperjuangkan hati kamu. Beberapa hari ini aku terus uring-uringan memikirkan kamu, apakah beberapa waktu yang cepat berlalu ini aku sudah bisa menggugah hati kamu? ataukah aku masih berjalan ditempat yang sejak awal."
"Aku tahu kalau ini bukan momen romantis untuk menyatakan perasaanku lagi, harusnya aku persiapkan lebih baik untuk kamu tapi aku sudah tidak bisa bersabar lagi An." Sebelumnya satu tangan Daniel menggenggam tangan Anjani, kini tangan itu bertengger ditengkuknya sehingga membuat mata mereka makin bertemu. Karena Anjani beberapa kali melempar tatapannya kebawah, jadilah seperti ini.
"Aku mencintai kamu. Maukah kamu menjadi kekasihku Anjani Putri?"
Ini adalah kalimat yang Anjani tunggu, penghujung dari hubungan tanpa status dirinya dan Daniel. Bibirnya terasa kelu untuk menjawab dengan kata iya, dalam keterdiamannya itu pikiran dan hati Anjani meragu. Memang hatinya sudah luluh oleh pemuda tampan didepannya ini, dan hubungan sebagai sepasang kekasih adalah jawaban untuk perasaan berbunga yang disertai kegundahan ini, teteapi akan bertahan sampai berapa lama? Dan apakah Anjani siap dengan rasa patah hati setelah ini?
"Aku tidak pernah bermain-main denganmu An. Aku ingin bersamamu dalam jangka waktu yang lama. Apakah kamu sangat ragu denganku?"
Meskipun Daniel berkata demikian seperti mengucap janji, Anjani tahu betul kalau perkataan manusia tidak bisa dipegang. Dan bukankah hal umum jikalau putus meskipun baru berpacaran sebentar? Apa yang Anjani harapkan dalam hubungan itu? Tentu saja tidak mungkin mereka bersama dalam waktu lama dan benar-benar terikat kecuali menikah, bahkan menikah pun bisa bercerai. Untuk masalah patah hati yang ia takutkan itu juga merupakan resiko untuk Anjani karena sudah luluh dan memiliki perasaan Daniel saat ini. Keraguan yang tiba-tiba muncul dibenaknya sungguh tidak berdasar sekali.
"Ayo kita berpacaran." Akhirnya Anjani membuka suara dan mengambil keputusan setelah bergelut dengan pikirannya sendiri.
"Really An? Kamu menerimaku?" Dari mata yang sebelumnya menatap dalam itu, Anjani melihat binar bahagia. Sepertinya Daniel senang sekali dengan perubahan status mereka ini.
"Ya, kita berpacaran sekarang Daniel." Anjani mengulas senyumnya saat membalas pertanyaan Daniel yang hadir dengan nada tidak percaya itu.
Dengan terkejut Anjani tertarik kedalam pelukan erat Daniel, "terimakasih Anjani. Aku akan berusaha menjadi kekasih yang baik untuk kamu."
Mendengar ucapan yang penuh rasa senang itu, Anjani juga ikut terbawa perasaan senang. Ia membalas pelukan Daniel yang masih belum juga melepas pelukannya. "Aku juga akan berusaha menjadi kekasih yang baik untuk kamu Daniel." Anjani memejamkan matanya dan mengusap punggung Daniel yang terasa sangat kuat, rasa hangat menyergap tubuh Anjani saat mereka berpelukan. Dan saat itu Anjani langsung teringat jikalau dirinya tidak memakai bra. Mata Anjani melotot panik dan mengigit bibirnya merutuki dirinya yang bodoh. "Dan, bisa lepas-" "Sebentar lagi An, tolong jangan bergerak." Suara Daniel terdengar berbeda dari sebelumnya, mungkinkah pemuda itu sadar?
Dengan perasaan campur aduk Anjani akhirnya ia mengikuti perintah Daniel dan memilih untuk diam seperti patung, membiarkan Daniel memeluknya sekitar lima menit sebelum akhirnya pemuda itu melepaskan pelukannya. Kini mereka berdua sudah saling bertatapan, dapat Anjani lihat telinga pemuda depannya ini memerah.
Tangan Anjani dengan kurang ajarnya menyentuh telinga merah itu tanpa berpikir dulu. Anjani tersentak saat ia mendengar Daniel menggeram rendah bahkan pemuda itu memejamkan matanya sesaat karena sentuhannya. Memberanikan diri, Anjani hendak bertanya kondisi pemuda itu.
"Daniel, are you o-" "May i kiss you An?" Tatapan lembut dan sayu itu tiba-tiba saja terlempar pada Anjani, berbeda sekali dengan tatapan garang beberapa saat lalu saat mereka melepaskan pelukan mereka.
"Da-" belum juga Anjani menyelesaikan satu kata, Daniel sudah lebih dulu melahap bibirnya. Kondisi mulut Anjani yang terbuka karena ucapannya dipotong, memberikan akses Daniel untuk menguasai Anjani dalam ciuman mereka hingga Anjani kelabakan.
Bibir Daniel memangut dan menghisap bibir Anjani atas dan bawah, lidah pemuda itu sangat lihai sekali menggoda lidah Anjani dan membelitnya. Anjani meremas bahu Daniel melampiaskan keterkejutannya, pemuda itu bagai orang kelaparan sama sekali tidak membiarkan Anjani bicara. Wajah Daniel bahkan memiring kesamping supaya tidak menghalangi pernafasan Anjani.
"Balas aku An." bisik pemuda itu. Anjani baru mengambil satu nafas besar sesaat ciuman mereka lepas, kemudian saat ia ingin berbicara Daniel kembali menciumnya. Lengan pemuda itu merengkuh pinggangnya hingga tubuh mereka makin menempel, sedangkan tangan yang satunya berada ditengkuk Anjani guna memperdalam ciuman mereka.
Anjani terus digoda dengan pangutan dan belaian itu akhirnya membalas ciuman Daniel, meskipun terasa kaku tetapi Anjani tahu dasar-dasar berciuman dari novel dan komik yang ia baca.
Suara decapan memenuhi kamar tersebut disertai dengan hujan dimalam dingin yang belum ada keinginan untuk berhenti itu. Lebih dari lima belas menit keduanya berciuman dengan begitu menggebu seakan ingin merasai satu sama lain.
Kening keduanya bertemu saat saling mengatur nafas bersamaan dengan rasa bibir Anjani yang bengkak dan kebas. "Aku mencintaimu An." Itu adalah kalimat pertama yang Daniel ucapkan setelah ciuman hebat itu.
Tanpa Anjani duga, Daniel menyematkan kecupan di keningnya lalu turun ke hidung dan kedua pipinya kemudian melompat ke dagu sebelum memberikan kecupan lama di bibirnya yang di akhirnya hisapan kecil.
"Kamu jadi makin terlihat beribu-ribu kali lebih cantik setelah menjadi kekasihku An."
Vote and Comment Guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Lover
Romance[COMPLETED] "Kamu tidak akan pernah aku lepaskan Anjani, tidak akan pernah." Gumam Daniel yang masih terdengar jelas ditelinga Anjani. "Dan.. pelan-pelanhh..." Anjani meremas punggung lebar kekasihnya itu saat tempo yang Daniel berikan padanya dibaw...