"Daniel mau jemput kamu?" Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Anjani dari ponselnya. itu adalah suara kakak ipar perempuannya bernama Loana. Jarak umur mereka berbeda tiga tahun yang mana Loana ini menikah dengan kakak laki-laki Anjani yaitu kakak pertamanya yang tinggal dirumah sebelah rumah orangtua Anjani.
Anjani bergumam seolah mengiyakan pertanyaan Loana padanya. Dengan tubuh yang bersandar malas pada pintu, Anjani kembali fokus pada ponselnya untuk mengirimi alamat rumah bukde-nya pada pemuda itu.
"Kalian masih belum jadian juga An?" Kali ini sepupu Anjani yang bertanya. "Daniel tuh terkenal banget loh, satu kota ini bahkan tau sama dia karena emang ganteng banget, mana kelihatannya tajir. Dia ngejar-ngejar kamu tapi masih kamu gantung aja."
"Tau nih, padahal Ibu dan Ayah setuju banget loh sama Daniel." Kakak iparnya sekarang melanjutkan.
Anjani menghela nafasnya mendengar perkataan yang memojokkan itu, hal seperti ini bukan sekali duakali Anjani dapatkan. Bahkan semua teman-temannya terus menyuruh Anjani menerima Daniel.
Masalahnya disini bukannya Anjani yang tidak punya perasaan pada pemuda itu, tetapi Anjani bingung harus seperti apa disaat ia dan Daniel sama-sama menikmati saja hubungan mereka yang saat ini. Daniel juga tidak ada menyatakan pada Anjani lagi perasaan pemuda itu atau bahkan meminta Anjani sebagai kekasihnya. Tetapi orang-orang tidak tahu dan malah menyalahkan Anjani seperti ini.
Lagipula perempuan mana yang tidak luluh jika melihat seberapa gigihnya Daniel untuk dekat dengannya. Daniel sudah berhasil menaklukan hati orangtuanya juga teman-teman Anjani, selain itu Daniel adalah pemuda yang romantis tidak hanya perkataannya yang terus memuji Anjani tetapi sikapnya yang gentle membuat hati Anjani yang sudah membeku dikit sedikit meleleh.
Anjani sudah terpikirkan akan hal ini, ia akan menunggu sedikit lagi. Jika Daniel belum juga ada pergerakan untuk memperjelas hubungan mereka, Anjani akan memyerah. Mungkin saja sejak awal Anjani salah tangkap dari maksud Daniel mendekatinya, bisa saja Daniel memang tertarik dan penasaran saja padanya. Sengaja membuat mereka berdua yang awalnya tidak ada urusan apapun menjadi sedekat ini, kemudian menjebak Anjani dalam hubungan tanpa status seperti ini. Bisa saja Daniel memang tipe laki-laki yang suka dengan hubungan seperti ini kan?
Tetapi Anjani tentu saja tidak akan mau karena hubungan seperti itu sangat melelahkan menurutnya. Lebih baik diusaikan saja sebelum makin lama dan semakin tidak jelas.
Acara makan malam yang lebih tepatnya sore menjelang malam hari itu selesai. Seperti permintaan Anjani, Daniel datang menjemputnya. Tentu saja mereka tidak langsung pergi begitu saja, sebagai bentuk sopan santun Anjani mengenalkan Daniel pada keluarganya yang berada disana dan kemudian pamit.
Keduanya menyusuri jalan dengan motor matic besar milik Daniel, karena rumah bukde Anjani sangat jauh dari perkampungan dan bahkan bisa dibilang adalah area pegunungan tentu saja pencahayaan dijalanan itu minim.
"Kamu mau langsung kerumah?" Tanya Daniel dengan suara yang cukup kabur untuk Anjani dengar karena angin.
Belum Anjani menjawab, hujan tiba-tiba turun mengguyur mereka. Disana tidak ada tempat berteduh sama sekali sehingga Daniel tidak ada pilihan selain meneruskan perjalanan mereka. Daniel menyesali sekali dirinya yang pagi tadi mengeluarkan jas hujan dari jok motornya karena ia pergi ke steam motor.
"Kerumahku aja ya An." Tanpa mendengar jawaban Anjani yang sepertinya tidak mendengar perkataan yang Daniel ucapkan diantara hujan, Daniel mengarahkan kendaraannya kerumah yang Daniel tinggali selama disana.
Pintu gerbang dibuka dan segera saja Daniel membawa motornya masuk hingga berada didepan beranda rumah yang membuat mereka tidak lagi terkena hujan.
"Kita dimana ini Dan?" Barulah Anjani bersuara setelah mereka berhenti disana.
"Dirumahku, yuk masuk. Kamu basah banget." Tangan Daniel mengusap wajah Anjani yang bahas terkena air, pemuda itu juga menyingkirkan rambut-rambut basah yang menempel diwajah Anjani. "Nanti aku antar pulang, tunggu hujannya reda dulu. Kamu bisa sakit kalau begini. Tangan kamu sudah dingin An."
Tangan Anjani digenggamnya dan dibawa masuk oleh Daniel. Dirumah mewah dan besar itu tidak ada siapapun, Anjani yang hendak mengambil duduk di sofa yang ada diruang tamu dilarang oleh Daniel. "Kamu harus ganti baju dulu."
Dengan jantung yang berdetak kencang, Anjani dibawa oleh Daniel kedalam sebuah kamar yang Anjani yakini adalah kamar milik Daniel sendiri. Setelah menutup pintu kamarnya, Daniel beralih ke lemari besar yang menempel di dinding. "Kamu pakai ini dulu An, baju kamu basah."
Mata Anjani tertuju pada pakaiannya yang basah, tapi tentu saja Daniel yang paling basah dibanding dirinya. Anjani bisa saja menolak dan tetap memakai apa yang ia pakai sekarang, tetapi dinginnya angin yang berasal dari AC yang ada diruangan belum lagi memang suhu udara sedang dingn karena hujan Anjani jadi mengigil. Jadilah ia terima pakaian yang Daniel sodorkan padanya.
"Kamar mandinya disitu." Tunjuk pemuda itu pada sebuah pintu yang berada di dekat lemari.
Tanpa banyak bicara Anjani masuk kedalam dan melihat betapa mewahnya kamar mandi milik Daniel yang ada didalam kamarnya itu. Dari sejak Daniel tau-tau punya motor baru dan membuka usaha Cafe, Anjani yakin kalau Daniel memang dari kalangan orang berduit. Sebelumnya juga ada rumor kalau Daniel diantar dan dijemput menggunakan mobil dan punya supir pribadi. Oleh karena itu sejak awal Daniel menunjukkan ketertarikan pada Anjani, Anjani berpikir tidaklah mungkin.
Nyatanya sekarang mereka sudah sedekat ini, Anjani juga akhirnya tahu kalau Daniel benar orang sangat berpunya. Sudah jelas sekali level antara mereka berbeda jauh, hal ini membuat hati Anjani makin menciut. Anjani malah makin pesimis entah mengapa.
Menghelakan nafasnya, Anjani segera berganti pakaian. Daniel memberikan Anjani baju kaos berlengan panjang miliknya serta celana training berwarna abu-abu. Karena hujannya sangat deras, semua pakaian Anjani basah bahkan pakaian dalamnya juga.
Dengan ragu-ragu Anjani keluar dari kamar mandi, dikamar itu kosong tidak ada Daniel. Dengan langkah pelan Anjani duduk dikasur milik Daniel dan melipat kakinya untuk menutupi atasannya yang menyeplak jelas tubuhnya. Mengecek ponsel, Anjani mendapati orangtuanya menghubungi menanyakan apakah anaknya itu terkena hujan saat perjalanan dan apakah sudah sampai kerumah.
Saat Anjani membalas pesan-pesan itu, pintu kamar terbuka memunculkan Daniel yang membawa dua mug besar yang mengepulkan asap diatasnya. "Aku buatkan cokelat panas." Ujar pemuda itu.
Mug yang hangat menyelimuti tangan Anjani yang dingin, aroma cokelat dan rasa hangat yang menyebar dimulut membuat semuanya jadi lebih baik. Anjani yang tengah fokus pada seduhan cokelat panasnya tidak menyadari kalau Daniel sudah mengambil sebuah handuk dan secara mengejutkan mengeringkan rambutnya, bahkan kemudian pemuda itu menggunakan hair dryer.
Keheningan diantara mereka berlangsung lama sampai suara hair dryer berhenti terdengar. Anjani yang canggung dan bingung ingin membicarakan apa berbanding terbalik dengan Daniel yang tampak santai dan fokus sekali pada rambut Anjani.
"Kayaknya hujannya bakal lama deh."
Vote and Comment Guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Lover
Romance[COMPLETED] "Kamu tidak akan pernah aku lepaskan Anjani, tidak akan pernah." Gumam Daniel yang masih terdengar jelas ditelinga Anjani. "Dan.. pelan-pelanhh..." Anjani meremas punggung lebar kekasihnya itu saat tempo yang Daniel berikan padanya dibaw...