25. Clarity (3)

7.3K 191 8
                                    

"Jadi mau liburan kemana Sayang hmm?" Daniel tak henti mengecup pipi dan rahang Anjani dengan posisi tubuh memeluk Anjani begitu manja seperti biasanya.

Orang-orang tidak akan pernah mengira jikalau Daniel adalah seorang pacar yang sangat manja apalagi kesan Daniel yang pertama ditangkap saat bertemu adalah orang cuek yang pendiam. Teman-teman sekolahnya pun terkejut bukan main saat melihat bagaimana Daniel menjadi seorang budak cinta sejak dekat dan berpacaran dengan Anjani.

Mood Daniel itu tergantung bagaimana berjalannya hubungannya dengan Anjani, sangat tertebak sekali. Anjani benar-benar sudah menjadi pusat dunia Daniel dan semua orang yang mengenalnya tahu benar tentang hal itu, sedangkan Daniel tidak peduli pandangan orang tentangnya.

Saat ini Daniel sedang bertanya pada Anjani terkait kemana mereka akan menghabiskan waktu liburan sekolah, ini sudah habis satu minggu dan mereka berdua tidak pergi kemanapun karena Anjani yang terus beralasan masih butuh istirahat selepas sakit waktu itu.

"Aku gak ada ide dan gak ada semangat untuk pergi kemana pun. Lagian kenapa sih kalo libur begini aja?" Tanya Anjani. Karena jujur saja selama ini Anjani tidak pernah pergi kemana pun untuk mengisi waktu libur sekolahnya, ia akan semaksimal mungkin menghabiskan waktunya untuk rebahan dan malas-malasan yang merupakan surga untuknya.

"Anak-anak ngajak aku dari kemarin untuk ke air terjun. Kita juga bisa ikut ke pantai terus nginap di pulau Sayang, atau gak kita kemah di gunung belakang sekolah?"

Anjani menghela nafasnya lelah, mendengar rencana acaranya saja sudah cukup melelahkan untuk Anjani. Dengan pasti Anjani menangkup wajah Daniel dan membuat wajah mereka berhadapan begitu dekat bahkan hidung keduanya saling menempel.

"Sayang, kamu boleh lakukan apapun yang kamu mau. Main dengan teman kamu kemana pun, ke air terjun atau tempat lain asal kabari."

"Itu berarti gak semua hal yang kamu lakukan harus ada aku disamping kamu dan ikut kemanapun kamu pergi begitupun sebaliknya. Aku enjoy dengan liburan aku yang begini, dan kamu gak harus ikut enjoy."

"Daniel, I think you totally forgot about our agreement. Aku cuma minta kamu setia, dan itu bukan ngekang kamu terus disisi aku."

Merasa ucapannya cukup jelas dan mudah dimengerti, Anjani melepaskan tangannya dari wajah Daniel. Tapi tangan itu malah ditahan oleh kekasihnya yang kemudian membawa tangannya itu ke bibir pemuda itu untuk dikecupi.

"I know it Sayang, tapi aku cuma mau disetiap moment yang aku lewati ada kamu disisi aku." Ucapan Daniel terdengar makin romantis dengan suara halus itu.

"Tapi kamu akan membuang banyak moment dalam hidup kalau begitu. Kita berdua punya moment sendiri, begitupun dengan kamu dan teman-teman kamu. Aku juga gak mau di cap jadi pacar yang larang-larang kamu main sama teman-teman kamu." Anjani kembali memberi pengertian pada Daniel, ia berharap sekali kekasihnya itu paham.

Kemalasan yang mendarah daging pada Anjani tidak bisa disingkirkan hanya karena cinta, belum lagi pengalaman yang lalu-lalu membuat Anjani kapok. Bukan sekali dua kali ia jatuh sakit keesokan harinya setelah pergi-pergi dengan tujuan refreshing itu, memilih jalur aman lebih baik tidak pergi lagi setidaknya ia pernah meskipun sekali dan itu cukup untuknya. Sedangkan Daniel adalah orang baru ditempatnya dan belum meng-explore sepenuhnya keindahan alam disini, ia harap Daniel memiliki banyak kegiatan mengisi liburan dengan teman-temannya sendiri.

"Paham?" Tanyanya lebih memastikan kekasihnya itu paham dengan ucapannya.

"Siapa yang berani bilang kamu pacar yang suka larang-larang aku?" Berbeda dari fokus pembicaraan, Daniel malah teralih pada ucapan Anjani yang lain.

"Gak ada yang bilang, aku cuma asal ucap. Takutnya ada yang berpikir begitu." Jelas Anjani tak ingin ada kesalahpahaman lain, jika salah ucap hal ini bisa jadi adu domba.

Tetapi kerutan di kening Daniel tak hilang memperlihatkan wajah kesalnya, membuat Anjani mengusap pelan kerutan kening itu.

"Gak usah pikir aneh-aneh. Jadi setelah hari ini kamu harus liburan dengan teman-teman kamu dan bersenang-senang oke?" Anjani tidak mau dianggap memonopoli Daniel sendiri, dan ini bisa menjadi solusi dan ketidaknyamanan Anjani terkait dirinya yang selalu menjadi perempuan satu-satunya di tongkrongan Daniel dan teman-temannya karena hanya Daniel yang membawa pacarnya kemana-mana.

"Tapi aku gak bisa jauh dari kamu. Kalau aku kangen gimana?"

"Pulangnya kan bisa ketemu, besoknya atau malamnya gitu. Kalau gak sempat ya video call." Balas Anjani santai seolah itu bukan masalah besar.

Tidak ada lagi balasan dari Daniel karena pemuda malah masuk kedalam pelukan Anjani dan menelusupkan wajahnya kepotong leher Anjani, seperti anak yang merajuk.

"Sekarang juga aku sudah kangen sama kamu. Kalau dirumah kamu kan kamu galak banget, gak boleh peluk." Saat Daniel berkata demikian, Anjani merasakan pelukan pemuda itu makin mengerat hingga ia agak sulit bernafas.

"Daniel aku gak bisa nafas ih." Anjani menepuk lengan Daniel kesal hingga kekasihnya itu akhirnya melonggarkan pelukannya.

"Kamu sudah selesai haid Sayang?"

"Kenapa emang?" Tanya Anjani to the point, pasti ada udang dibalik bakwan mengapa tiba-tiba Daniel bertanya hal itu.

"Kangen kamu." Meskipun sedari tadi Daniel terus bergumam saat berbicara dengannya, tetapi kali ini bukan lagi gumaman karena Daniel berbisik lirih. Berhasil sekali membuat jantung Anjani berdetak makin menggila.

"Ya kan ini sudah peluk." Balasnya cepat.

"Peluk gak bisa hilangkan kangen Sayang." Kini Daniel berkata seperti menarik tali layangan, terlihat sekali pemuda ini sedang mengulur sebelum akhirnya menariknya dengan kuat.

"Terus? Cium?" Tanya Anjani lagi. Dengan berani ia mengecup bibir Daniel setelah menahan kepala pemuda itu dengan kedua tangannya. Hanya kecupan awalnya sebelum Daniel memberikan serangan balik dengan menciumnya begitu liar hingga nafas mereka berdua terengah-engah.

"Masih kangen." Bisikan sensual itu dilayangkan Daniel setelah kembali memberikan kecupan dibibir Anjani yang masih terbuka sedikit karena menhambil nafas.

"Gimana biar kangennya hilang?" Bisik Anjani balik.

"Aku mau jadi satu dengan kamu."

Sebenarnya tanpa berkata kalimat tersebut Anjani sudah tahu Daniel hendak mengajaknya bercinta, tetapi Anjani harus membuat garis yang jelas.

"Dengan satu syarat."

"Syarat?"

Anjani menganggukkan kepalanya pasti. "Pakai pengaman atau tidak sama sekali."

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang