Dari sejak Anjani menyanggupi perkataan Kakek Darius waktu itu, beban yang Anjani pikul makin berat. Jadwalnya begitu padat untuk memenuhi sosok Nyonya keluarga Sanjaya yang sesungguhnya.
Beruntung Anjani memiliki Daniel sebagai suami yang meskipun suaminya itu jauh lebih sibuk tidak pernah sekalipun mengabaikan Anjani dan selalu membantu untuk meringankan bebannya. Bahkan setiap waktu ingin tidur, Daniel selalu memijat kakinya yang semakin bengkak karena kehamilan seraya terus mengucapkan maaf dan ucapan cintanya. Daniel selalu merasa semua kelelahan dan kesusahan Anjani disebabkan oleh dirinya dan keluarganya, sedangkan Anjani terus berusaha untuk menenangkan suaminya itu.
Terhitung sudah setengah tahun mereka tinggal di Jerman, baik Daniel maupun Anjani sudah beradaptasi dengan baik di negeri orang itu. Beberapa kali Kakek Darius mengunjungi mereka dan minggu depan adalah giliran orangtua Anjani untuk pertama kalinya akan mengunjungi mereka karena waktu persalinan Anjani makin dekat. Anjani meminta untuk ditemani ibunya disaat-saat melahirkannya nanti.
Anjani mengusap perutnya yang makin membesar dari bulan ke bulan, usapan lembutnya dibalas dengan tendangan yang berhasil membuatnya meringis. Anaknya dan Daniel ini sejak memasuki trimester kedua begitu lincah sekali, dokter pribadi yang menangani Anjani bahkan sangat antusias jika membahas membicarakan bagaimana pergerakan jagoannya itu didalam perutnya. Kondisi mental Anjani yang cukup stabil dan mood yang selalu baik memberikan dampak yang baik pula untuk anak yang dikandungnya.
Meskipun Anjani punya banyak jadwal sebagai Nyonya Sanjaya, Anjani juga punya waktunya sendiri sebagai seorang ibu. Kakek Darius bahkan sangat menantikan cicitnya lahir, semua orang mencintai dan menanti anaknya.
"Nendang lagi?" Suara yang lembut itu membuat Anjani mendongak dan mendapati suaminya baru keluar dari kamar mandi.
Anjani mengangguk pelan menjawab pertanyaan suaminya yang mana langsung berhambur didekatnya. Dengan lembut Daniel mengusap perut buncit Anjani yang bulan lalu menampakkan telapak kaki mungil seakan menunjukkan atensinya. Usapan Daniel tidak berbalas seperti yang Anjani dapati dan ini sering terjadi, anaknya itu lebih menyukai Anjani daripada dirinya. Daniel bahkan berpikir anaknya itu memusuhi dirinya.
"Kenapa sih nak? Papap tuh mau loh dapat tanggapan kamu kayak Mamom. Besok kan kita bakal ketemu, sombong banget sih." Celetuk Daniel dengan sebal, berbanding terbalik dengan usapan lembut yang diberikannya di perut sang istri.
Anjani tersenyum geli melihat Daniel yang merajuk, meskipun awal-awal kehamilan Anjani merasakan morning sickness dan emosi yang naik turun tetapi semakin membesarnya perut Anjani sejak itulah Daniel perubahan suasana hati begitu cepat dan mengalami cemas berlebihan. Mereka pernah memeriksa hal ini dan kata dokter Daniel mengalami sympathetic pregnancy.
Tidak sekali dua kali Daniel menangis karena anaknya yang ada didalam perut Anjani tidak mau menanggapi Daniel. Meskipun demikian Daniel tidak pernah berhenti mengajak anaknya itu bicara seraya mengusap perutnya lembut.
"Sayang, Kenzo masih cuek sama aku." Adu Daniel pada Anjani yang tak pernah lepas memandangi suaminya sedari tadi.
Ya, mereka berdua sudah tahu jenis kelamin bayi yang akan lahir beberapa hari lagi perkiraan dokter itu. Daniel dan Anjani juga sudah membuat nama dan membiasakan untuk memanggilnya baby Kenzo meskipun masih dalam kandungan. Kenzo Lais Sanjaya yang mana Kenzo berarti seorang anak yang sehat dan pintar, Lais berarti berani dan Sanjaya adalah nama belakang keluarga Daniel yang Kakek Darius minta langsung untuk disematkan di belakang nama cicitnya itu.
"Mungkin lagi capek Sayang Baby Ken-nya aktif banget tadi dia, lagi bobo sekarang." Balas Anjani. Sejak Daniel punya mood swing yang tidak terkendali, Anjani memanggil suaminya itu dengan sebutan 'Sayang' untuk memperbaiki mood sang suami.
"Nanti kalo Kenzo lahir, yakin banget bakal nempel sama kamu." Anjani berkata demikian seraya mengusap rambut suaminya yang masih sedikit basah.
"Gak yakin aku." Gumam Daniel dengan bibir yang cemberut.
"Percaya sama aku, kamu tuh Papap yang super keren dan siaga banget. Pasti anak-anak kita bakal dekat sama kamu." Ucap Anjani lagi kembali meyakinkan suaminya.
Panggilan Papap dan Mamom itu adalah ide Daniel yang mana sudah dipikirkan sejak nama Kenzo disepakati sebagai nama anak pertama mereka yang berjenis kelamin laki-laki itu. Daniel bilang panggilan Papap dan Mamom sangat menggemaskan dan cocok untuk mereka berdua yang menjadi orangtua muda.
Anjani sendiri tidak mempermasalahkan apapun panggilan untuk dirinya. Anjani bahkan tidak sempat memikirkan hal detail seperti suaminya itu, simpelnya mereka dipanggil ayah dan ibu atau papa dan mama.
"Sayang, besok minta Dokter Gladys kesini ya." Pinta Anjani.
Daniel mengerutkan keningnya bingung seraya mengingat jadwal sang istri, "besok bukannya kamu gak ada jadwal periksa ya?"
"Memang gak ada, tapi ada yang mau aku tanyain. Cuma handphone aku lowbat tuh lagi di charger."
"Mau tanya apa? Atau telfon aja sekarang?" Tawar Daniel yang dibalas penolakan oleh sang istri.
"Suruh datang besok kesini." Setelah berkata demikian Anjani merebahkan diri secara perlahan dibantu Daniel untuk tidur.
Setelah tendangan yang tadi didapati Anjani dari dalam perutnya, Anjani merasakan pergerakan dari dalam yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Rasanya mulas dan membuat hatinya gelisah seketika, tetapi kemudian desiran itu hilang dan muncul lagi.
Besok Anjani masih punya jadwal hingga tiga hari kedepan sebelum ia benar-benar cuti. Tetapi Anjani menduga dirinya mengalami kontraksi saat ini, meskipun demikian bisa saja ini kontraksi awal hingga Anjani tak perlu panik dan membuat Daniel lebih panik. Jadi besok ia akan tanya dengan dokter pribadinya terkait apa yang ia rasakan.
Bahkan Anjani yakin malam ini ia tidak akan bisa tidur nyenyak. Saat berbaring, Anjani mengambil posisi ke kanan hingga ia menghadap ke arah suaminya yang baru saja masuk kedalam selimut.
"Kenapa Sayang?" Tanya Daniel.
Anjani menggelengkan kepalanya pelan, rasa sakit diperut yang seperti mulas dan mirip kram lagi-lagi datang kemudian hilang. Tanpa sadar kening Anjani mengerut dan hal itu tak lepas dari pandangan Daniel.
"Kenapa Sayang? Ada yang sakit? Keringat kamu sampai keluar begini."
"Aku gak apa-apa, ini kayaknya aku kontraksi deh. Udah mulai pembukaan." Balas Anjani pelan tetapi berefek dahsyat untuk Daniel yang langsung terlonjak kaget dan lompat turun dari tempat tidur.
"Kita ke rumah sakit sekarang." Ujar Daniel tegas tak mau dibantah.
"Tapi Dan, mungkin ini masih kontraksi kecil untuk pembukaan awal. Bisa aja aku melahirkan besok malam atau lusa."
"Entah besok atau lusa yang pasti kamu akan melahirkan Anjani. Jadi lebih baik kita ke rumah sakit sekarang. Aku lebih merasa tenang kamu sudah ada disana daripada disini sama aku yang gak tau harus ngapain."
Dan malam itu mereka pergi ke rumah sakit seperti perkataan Daniel.
Vote and Comment Guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Lover
Romance[COMPLETED] "Kamu tidak akan pernah aku lepaskan Anjani, tidak akan pernah." Gumam Daniel yang masih terdengar jelas ditelinga Anjani. "Dan.. pelan-pelanhh..." Anjani meremas punggung lebar kekasihnya itu saat tempo yang Daniel berikan padanya dibaw...