19. Jealousy

8.5K 218 2
                                    

"Go Daniel!!!" Teriakan itu memenuhi penjuru lapangan sekolah disertai keriuhan yang lainnya.

Hari ini adalah hari ketiga diadakannya classmeeting setelah ujian kenaikan kelas sebelum bagi raport. Dalam seminggu sekolah mengadakan berbagai macam lomba yang wajib diikuti oleh semua kelas tanpa terkecuali.

Sedang berlangsung pertandingan basket putra dari tiap kelas, dan sekarang kelas Daniel sedang bertanding dengan kelas lainnya yang merupakan pemenang lomba basket classmeeting tahun lalu.

Para warga sekolah yang menyaksikan pertandingan terus menyerukan nama jagoannya, sama seperti teman-teman Anjani saat ini yang menyemangati Daniel. Alasannya sih karena Daniel adalah pacar Anjani jadi mereka harus support mengingat anak laki-laki dari kelas mereka tidak mengikuti lomba tersebut. Daripada tidak dukung siapapun lebih baik mendukung Daniel begitu kata Arumi yang berteriak paling kencang diantara teman-teman Anjani yang lain.

"An jangan diam aja." Arumi menyenggol bahunya kesal, temannya ini sangat cerewet.

"Tenggorokan aku bisa sakit Rum, Daniel juga tahu kok aku semangatin dalam hati." Bela Anjani pada dirinya sendiri.

"Ihh Anjani greget bangett deh sama kamu, gak ada semangatnya sekali heran." Arumi menggelengkan kepalanya seraya berdecak pinggang. "Tuh lihat cabe-cabean aja heboh banget dukung Daniel bahkan sampai nangkring dipinggir lapangan segala bawa minum."

Kali ini temannya itu menunjukkan segerombolan siswi yang Anjani tahu memang gadis-gadis pentolan sekolah yang selalu mendekati Daniel, bahkan saat Daniel dan Anjani resmi berpacaran mereka selalu menatap Anjani sinis. Beruntungnya selama ini tidak pernah terjadi adegan pelabrakan atau bahkan bullying yang Anjani terima, hanya tatapan sinis dan cibiran yang selalu Anjani anggap angin lewat.

"Kamu lihat juga tuh anak-anak sekolah lain yang pada datang kesini. Cuma mau lihat Daniel pacar kamu dan dukung dia An. Kamu sigap dong, nanti Daniel bisa di gondol sedangkan kita double date belum kesampaian."

Wajar bagi Daniel yang terkenal disini mendapatkan dukungan dan ingin dilihat sedemikian oleh penggemarnya, Anjani sudah tahu konsekuensinya berpacaran dengan pemuda super tampan seperti Daniel. Dan ia tidak merasa terganggu dengan gadis-gadis yang Arumi sebutkan sedari tadi selama mereka tidak menganggu dirinya dan hubungannya bersama Daniel secara langsung.

Toh selama ini Daniel juga tidak pernah menanggapi mereka, jikalau pemuda itu demikian tinggal putus saja. Daniel sudah tahu apa yang tidak termaafkan oleh Anjani dalam hubungan yang mereka jalani, jadi saling percaya saja dan saling jujur.

"Mending kamu turun kebawah terus beli minum, habis itu tunggu pacarmu disana." Perintah Arumi cerewet, temannya itu bahkan masuk kedalam kelas mereka dan mengambilkan tas Anjani untuk mengusir.

"Astaga, mager banget Rum. Lagian teman-temannya Daniel pasti bakal kasih dia minum kok." Anjani menolak dan ingin kembali masuk kedalam kelas dengan tas yang dipegangnya tetapi Arumi dibantu teman-temannya yang lain melarang hal itu sehingga Anjani mau tidak mau pergi ke tangga.

Dengan wajah malas Anjani memilih berdiri dipinggiran lapangan lebih mepet ke tembok untuk bersandar. Matanya menyipit kesal pada Arumi dan teman-temannya yang ada di teras kelas mereka di lantai atas, sebelumnya melarikan tatapannya pada Daniel yang begitu lincah menggiring bola.

"Pacar kamu gak akan hilang An, segitunya dilihat." Suara itu mengejutkan Anjani dari fokusnya pada Daniel.

Menoleh ke kiri ia mendapati Fathan teman organisasi nya sewaktu kelas satu. Selama beberapa bulan ini Anjani jarang sekali bertemu dengan pemuda ini apalagi sampai mengobrol, padahal dulu mereka terbilang cukup sering mengobrol dan akrab.

"Fathan, aku kira siapa kaget aku." Anjani sedari tadi mengusap dadanya menenangkan rasa keterkejutan yang mendera.

Dikatai begitu pemuda disampingnya ini malah terkekeh geli seolah membuat Anjani kaget adalah hal lucu.

"Lagian fokus banget sampai gak sadar aku berdiri disebelah kamu."

Anjani menggelengkan kepalanya tak habis pikir, mungkin benar ia terlalu fokus pada Daniel yang jago sekali bermain basket sehingga tidak menyadari ada seseorang disebelahnya. Tapi bukan salahnya juga tidak menyadari kehadiran Fathan mengingat seberapa berisik dan banyaknya manusia di sekolahnya ini sedang berkumpul disekitar lapangan.

"Kamu kemana aja? Kok aku gak pernah lihat kamu lagi sih? Sombong banget, sibuk sekali bapak wakil ketua ini." Anjani memang tidak melanjutkan kegiatan organisasinya disekolah karena melelahkan, sedangkan Fathan masih berorganisasi hingga saat ini. Lihat saja pemuda itu sekarang mengenakan almamater sebagai yang membuatnya mencolok dari yang lain, belum lagi jabatannya sebagai wakil ketua hingga semua orang mengenalnya.

"Emang lagi sibuk aja An makanya jarang ketemu kita. Selain urus acara classmeeting, ada ngurus anggota baru juga. Sebentar lagi mau ada pemilihan ketua dan wakil baru." Terang Fathan yang dibalas anggukan paham oleh Anjani.

"Siapa aja yang mau daftar? Banyak ya?" Tanya Anjani penasaran. Pasalnya dulu sewaktu Anjani belum keluar dari organisasi dan hendak masuk periode kedua, teman-teman seangkatannya tidak ada yang mau menjadi ketua dan wakil ketua karena takut tidak sanggup menjalankan tanggung jawab besar. Jadilah untuk ketua dan wakil saat ini dipilih secara langsung oleh senior mereka karena tidak ada yang mengajukan diri.

Dalam pembicaraan mereka itu tiba-tiba semua orang berseru dan dilihatnya orang-orang yang sedang bertanding saling bersalaman dan berpelukan, pertandingan sudah selesai sepertinya. Tetapi Anjani tidak tahu siapa yang memenangkan pertandingan ini, ia dengan bingung menatap ke arah lapangan entah sedang apa orang-orang berkerumun disana.

Dari kerumunan itu tiba-tiba Daniel muncul, tidak dengan ekspresi lembutnya seperti biasa. Anjani menduga kelas Daniel sepertinya kalah. Kekasihnya itu berjalan lurus menuju kearahnya karena tatapan mata mereka berdua terkunci satu sama lain, hingga akhirnya Daniel berada tepat dihadapannya.

"Sayang, ayo pulang." Melihat Daniel yang seperti itu belum lagi nada bicaranya yang terdengar datar dan memaksa, Anjani tidak mau membuat perasaan kekasihnya makin buruk dan mengiyakannya.

"Aku pulang duluan ya Fat, aduh Daniel pelan-pelan ih." Dalam pamitnya Daniel sudah menggenggam tangan Anjani dan membawanya pergi menjauh menuju parkiran sekolah.

Anjani menghela nafasnya seraya mengikuti langkah lebar Daniel. Menang dan kalah dalam pertandingan adalah hal wajar, rasa kesal saat kalah juga hal wajar menurut Anjani sehingga ia memaklumi tingkah Daniel yang baru kali ini lihat seperti ini.

"Sayang jalannya pelan-pelan." Anjani berujar begitu setelah mereka berjalan cukup jauh.

"Aku tahu kamu badmood karena kalah, tapi jangan begini. Setiap pertandingan kan pasti ada menang dan kalah, kalaupun kali ini kalah jangan putus asa dan jadikan motivasi untuk menang lain kali." Anjani menggenggam tangan Daniel mencoba memberi pengertian pada kekasihnya yang masih terbalut keringat akibat pertandingan basket yang baru usai beberapa menit lalu itu.

"Aku menang sayang." Anjani mengerutkan keningnya tak paham, Daniel bilang ia menang tapi ekspresi wajahnya menampakkan kalau pemuda itu sedang kesal. Sangat kesal.

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang