"Hujannya masih belum reda juga." Gumam Anjani. Meskipun dirinya dan Daniel sekarang sudah resmi sebagai sepasang kekasih, tetapi Anjani merasa sangat canggung sekarang.
"Iya sayang, menginap saja ya?" Pinta Daniel yang semakin merapatkan tubuh dengannya.
Anjani berpikir lagi, sebenarnya ia sangat ingin pulang sekarang. Tetapi dengan kondisi hujan begini mana mungkin Anjani terus memaksa untuk diantar pulang sedangkan Daniel malah terus-terusan mengajaknya untuk menginap. Bukan tak tahu kalau dirumah yang mewah ini tentu saja ada mobil yang bisa digunakan untuk mengantarnya dengan selamat tanpa terkena air hujan lagi, tetapi tuan rumah saja sikapnya begini seolah tak mau mengantar Anjani pulang.
Suasana intens yang sedari tadi mendera mereka setelah ciuman panas yang membuat Anjani kewalahan itu terus merayap. Anjani meragu sekali jikalau ia harus menginap disini, tadi saja Daniel kelepasan dan Anjani malah ikut terhanyut dengan rayuan pemuda itu. Tidak ada yang bisa menjamin mereka tidak akan mengulangi atau mungkin melakukan hal lebih.
"Dirumah ini kamu sendirian?" Tanya Anjani memastikan yang langsung diangguki oleh Daniel. "Benar-benar sendiri? Gak ada siapapun?" Tanyanya lagi memastikan. Karena jikalau ada orang yang lain dirumah ini tentu saja Anjani merasa lancang asal masuk rumah orang meskipun Daniel sendiri yang mengajaknya, setidaknya Anjani harus berkenalan dan berbasa-basi karena telah bertamu.
"Iya sayang, aku sendirian disini. Karena masih hujan, jadi kamu disini ya? Temani aku, menginap disini." Mendengar hal itu mau tak mau Anjani menganggukkan kepalanya. Yah mau bagaimana lagi, cuaca benar-benar tidak bersahabat dan Anjani tidak punya siapapun untuk dimintai menjemputnya sekarang. Apalagi mengingat jalanan tadi menuju kerumah Daniel adalah jalanan sepi yang tidak ada kendaraan lewat, hanya ada pohon-pohon besar saja.
"Good girl." Kemudian Daniel merebahkan diri dikasur dan menarik Anjani untuk berada dipelukannya yang tentu saja Anjani awalnya menolak karena mengingat dirinya tidak memakai bra.
Tahu pikiran Anjani, Daniel berusaha menenangkan kekhawatiran Anjani, "it's okay sayang."
Dengan ragu Anjani merebahkan kepalanya dibahu Daniel yang kokoh, mencoba untuk santai. Tangan besar Daniel yang memeluk pinggangnya membuat tubuh mereka menempel, sedangkan tangan satunya pemuda itu gunakan untuk mengusap lengan Anjani mencoba memberikan ketenangan.
Dalam keheningan itu, Anjani dapat mendengar jelas suara detak jantung Daniel yang sama cepat dan gaduh seperti miliknya.
"Anjani..." Suara berat itu memenuhi pendengaran Anjani didalam pelarian pikirannya yang entah kemana.
"Ya?"
"Mungkin ini terlalu awal untuk aku bicara seperti ini. Tapi aku minta sama kamu tolong jangan tinggalkan aku." Suara Daniel terdengar serius, Anjani agak sulit melihat wajah pemuda itu karena diposisinya saat ini ia harus mendongak. "Bukan sekedar bualan An, aku sangat bahagia menjadi kekasihmu saat ini dan hanya kamu kebahagiaan yang aku punya."
Anjani terdiam mendengar rangkaian kata yang terus Daniel ucapkan. Meskipun mereka sudah menjalani masa pendekatan beberapa bulan dan Anjani sudah mengenal semua teman-teman Daniel, Anjani tak tahu menahu tentang keluarga pemuda yang memeluknya ini.
Bahkan hari ini pun Anjani baru pertama kali datang kerumah Daniel, berkat hujan. Sisanya Anjani sama sekali tidak tahu selain dari rumor yang beredar disekolah kalau Daniel adalah anak keluarga kaya yang punya banyak uang dan selalu diantar jemput pakai mobil.
Tentu saja Anjani penasaran, tetapi rasanya tidak sopan jikalau Anjani bertanya tentang hal itu karena Anjani tak tahu apakah membicarakan keluarga adalah sesuatu hal yang sensitif atau tidak untuk Daniel. Bisa saja Daniel selama ini sengaja tidak pernah membicarakan tentang keluarganya karena hal itu sensitif untuknya bukan?
Dan sekarang mereka sudah resmi sebagai sepasang kekasih, meskipun begitu Anjani tetap tidak akan memaksakan rasa keingintahuannya apalagi mereka belum lama menjalin hubungan. Ia akan menunggu sampai Daniel menceritakannya sendiri tentang keluarganya tanpa paksaan dan memang keinginan pemuda itu. Anjani harus menepati janjinya untuk berperan sebagai kekasih yang baik untuk Daniel dan memberi pengertian untuk hal itu.
"Janji An, jangan tinggalkan aku." Jari Daniel mengapit dagunya hingga Anjani mendongak dan bertatapan dengan pemuda itu.
"Asal kamu tidak selingkuh dan main tangan atau bertindak kasar sama aku, aku gak akan tinggalkan kamu Dan." Ucap Anjani yakin.
"Aku janji gak akan melakukan hal-hal yang membuat kamu pergi dari aku An." Anjani mengangguk seraya mengingat janji Daniel kali ini.
"Aku mendapatkan kamu saja butuh waktu lama dan usaha yang bukan main-main, mana mungkin aku melakukan hal bodoh." Lanjutnya lagi.
"Aku gak butuh sekedar janji, aku butuh bukti." Tandas Anjani.
"Akan aku buktikan An." Ibu jari Daniel sudah mengusap-usap bibir bawah Anjani.
Entah siapa yang memulai, kini bibir keduanya bertemu dan saling menyesap satu sama lain. Ciuman intim yang terasa sekali saling menyampaikan perasaan keduanya itu tak berlangsung lama sampai ciuman tersebut berubah menjadi lebih dalam hingga saling melilitkan lidah.
Posisi Anjani yang sebelumnya memeluk Daniel dari samping kini sudah berada diatas tubuh Daniel. Dalam ciuman itu tangan Daniel memeluk pinggang Anjani begitu erat sehingga Anjani bisa merasakan sesuatu yang keras menyentuh belahan pahanya.
Entah sudah berapa lama mereka berciuman hingga Anjani merasa lelah dan butuh mengambil nafas lebih leluasa, beberapa kali Anjani berusaha untuk melepaskan ciuman mereka yang berakhir sia-sia karena Daniel malah makin memperdalam ciumannya.
Tangan pemuda itu pun tak hanya diam, ia terus merabai tubuh Anjani dengan mengelus halus dibeberapa tempat hingga Anjani merinding.
"Ahh.." Remasan pada bokongnya didapati oleh Anjani hingga ia secara tidak sengaja mendesah- lebih tepatnya terpekik kaget. Dan hal itu membuat Daniel melepas menciumannya.
"Sudah Dan..."
Nafas keduanya memburu, kedua tangan Daniel kini sudah menahan kepala Anjani hingga gadis itu tidak bisa mengubah posisinya. Dengan lembut Daniel mengecup bibir Anjani yang terbuka basah dan bengkak dan mengulumnya sebentar sebelum membawa kepala gadis itu tidur dibahunya.
"Sudah malam sayang, ayo tidur." Suara Daniel yang terdengar makin berat dan seperti menahan sesuatu itu hanya bisa asal lewat saja dipendengaran Anjani karena gadis itu sudah lemas dan mengantuk. Usapan lembut dipunggungnya membuat Anjani makin terhanyut dalam kelelapan yang sedari tadi terus menariknya.
Suara hujan yang tidak ada henti ditemani suara sebaran jantung Daniel yang menggila menjadi pengiring tidurnya, tanpa tahu bahwa Daniel menahan sesuatu yang berbahaya.
Untuk Anjani yang selalu malas bergerak dan tidak ada motivasi untuk produktif, masuk ke alam mimpi dengan begitu nyenyaknya tidak membutuhkan waktu yang lama. Belum ada lima menit Anjani sudah sangat lelap dipelukan Daniel.
Vote and Comment Guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Lover
Romance[COMPLETED] "Kamu tidak akan pernah aku lepaskan Anjani, tidak akan pernah." Gumam Daniel yang masih terdengar jelas ditelinga Anjani. "Dan.. pelan-pelanhh..." Anjani meremas punggung lebar kekasihnya itu saat tempo yang Daniel berikan padanya dibaw...