"Sayang, kamu mikir apa?" Lamunan Anjani terhenti karena kehadiran Daniel disertai pertanyaan yang menyertainya.
"Gak kok, cuma gak nyangka aja. Ternyata secepat ini." Anjani menatapi cincin yang tersemat manis dijarinya. Cincin yang mereka beli buru-buru beberapa hari lalu disalah satu toko perhiasan yang menjadi tempat langganan Ibunya membeli perhiasan.
"Aku minta maaf ya, aku janji setelah ini kita akan adakan pernikahan seperti yang kamu mau." Anjani menghela nafasnya kesal, pasalnya Daniel terus-terusan meminta maaf untuk hal yang sudah terjadi.
Ya, mereka berdua sudah resmi menikah di mata agama beberapa hari lalu tepatnya sore hari setelah mereka melakukan kegiatan tidak senonoh dimobil saat hujan. Beruntung hari itu tidak ada orang yang memergoki mereka meskipun hujan sudah mereda. Apa yang mereka lakukan di mobil nyatanya tak membuat Daniel merasa tenang, pemuda itu dengan nekatnya mendatangi kedua orangtua Anjani untuk meminta restu kembali bahkan meminta untuk menikahkan mereka berdua sore itu juga.
Daniel menceritakan semuanya dan memohon dengan amat sangat pada kedua orangtua Anjani untuk segera menikahkan mereka berdua karena ia benar-benar mencintai Anjani dan tidak mau berpisah dengan kekasihnya itu. Daniel juga mengungkapkan jikalau ia sudah menikah setidaknya ia bisa punya alasan untuk tidak ditarik kedalam keluarganya.
Kedua orangtua Anjani tentu tidak tahu lagi harus menolak bagaimana saat Daniel memohon dengan wajah pucat disertai air mata yang menggenangi matanya. Pernikahan itu terjadi tanpa persiapan apapun karena memang begitu mendadak dan tidak terduga.
Dengan pernikahan itu, Daniel beberapa hari ini tinggal dirumah Anjani dan mungkin akan terus menetap disana sampai mereka selesai ujian. Daniel dengan baju kaos dan celana cargo selututnya itu benar-benar tampak nyaman seolah itu memang rumahnya. Mengenai sakitnya pun kondisi Daniel sudah membaik berkat Ibu Anjani yang begitu perhatian mengurusi menantunya itu.
"Sudah berapa kali aku bilang, kamu gak perlu terus minta maaf." Setelah berkata demikian, Anjani mengambil mug berisi cokelat hangat yang sebelumnya Daniel bawa dari atas meja.
Saat ini keduanya sedang belajar bersama sebagai bentuk persiapan ujian besok, lebih tepatnya Anjani yang belajar karena Daniel hanya membiarkan bukunya terbuka tanpa mau membacanya. Pemuda itu begitu sibuk menjadi abdi untuk Anjani, mengambilkan selimut untuk menutupi kaki Anjani yang mudah dingin lalu membuatkan cokelat hangat untuk istrinya itu. Sekarang pemuda itu sedang fokus memijat kaki Anjani yang sebenarnya tidak pegal sama sekali.
"Kamu belum ngantuk Sayang?"
Anjani mengerutkan keningnya saat melihat jarum pendek yang masih menuju ke angka tujuh pada jam dinding yang memang ada di ruang tamu rumahnya itu. Seharian ini dan beberapa hari lalu dimasa tenang menjelang ujian, kerjaan Anjani hanya tidur dan makan saja. Hari ini pun Anjani bangun siang dan kemudian tidur lagi saat sore tadi, Anjani benar-benar memaksimalkan waktu tidurnya yang mungkin saja bisa sampai besok pagi kalau saja Ibunya tidak mengomel dan membangunkannya tadi.
Sebelumnya sang ibu memang suka mengomel tapi kali ini lebih parah karena kehadiran Daniel. Ibunya bahkan memberikan Anjani cubitan maut di pahanya yang sudah lama sekali tidak pernah ia dapatkan, hanya karena Daniel yang begitu rajin bangun pagi dan sudah melakukan ini-itu membantu ayah ibunya sedangkan sang anak perempuan masih bergoler ditempat tidur tentu membuat ibunya malu.
"Masih jam tujuh Dan. Lagian aku kan baru bangun tidur sore tadi." Anjani kembali melanjutkan bacaannya mengenai materi pelajaran meskipun otaknya sudah tidak mampu lagi menelaah isi dari apa yang ia baca itu.
"Sayang, gak peka banget sih." Gerutu Daniel yang sudah menghentikan kegiatan memijatnya. Pemuda itu sudah mengubur wajahnya dipangkuan Anjani yang tertutup apik dengan selimut.
"Kamu ini kenapa lagi? tau-tau ngambek." Perasaan kesal Anjani masih bersemayam untuk sang ibu karena bekas cubitannya masih terasa nyut-nyutan, dan disini kekasihnya yang baru beberapa hari ini menjadi suaminya itu malah menumpukkan wajahnya disana disertai gelagat yang menyebalkan.
"Paha aku sakit Dan, itu bekas cubitan Ibu masih kerasa." Daniel yang tak tahu menahu tentang cubitan yang Anjani dapatkan refleks bangkit dari posisinya dan membuka selimut untuk melihat satu titik di paha Anjani yang tampak memerah sedikit ungu.
Daniel sontak meringis melihat itu, meskipun Daniel tidak pernah dianggap oleh keluarganya dan selalu diurus oleh pengasuh tetapi Daniel bersyukur ia tidak pernah mendapatkan kekerasan secara fisik ataupun mental oleh para pengasuhnya yang terus-menerus berganti itu. Jelas saja melihat istrinya seperti ini membuat Daniel merasa sedih dan bersalah karena tidak bisa melindungi Anjani.
"Kenapa Ibu tiba-tiba cubit kamu begini? Kamu sering dapat perlakukan begini dari Ibu?" Tanya Daniel hati-hati. "Aku ambil kompresan dulu." Secepat kilat Daniel pergi dari hadapannya tetapi begitu cepat juga pemuda itu kembali dengan membawa handuk kecil dan wadah yang berisi air hangat tanpa perlu bertanya lagi pada Anjani, benar-benar sudah seperti rumah sendiri.
"Kamu jangan pikir yang enggak-enggak, Ibu dan Bapak gak pernah berlaku kasar sama aku. Ini karena aku memang salah, jadi anak perempuan malas padahal sudah punya suami dan suaminya lebih rajin." Mendengar hal itu berkenaan dengannya, Daniel makin merasa tidak enak.
"Maaf ya Sayang, karena aku kamu begini. Nanti aku ngomong deh sama Ibu supaya gak ngomelin kamu lagi atau bahkan sampai cubit begini. Sampai ungu loh." Dengan perhatian Daniel mengompres bagian yang tampak memar itu, sedangkan Anjani tidak berbicara lagi. Ia hanya terus memperhatikan Daniel hingga akhirnya tatapan mereka bertemu.
"Ada apa Sayang?" Tatapan yang Anjani berikan pada Daniel tampak begitu rumit dan Daniel tidak dapat mengartikannya.
"Kenapa hmm?" Tanyanya lagi karena ia tak mendapatkan tanggapan satu kalimat pun.
"I love you." Tiba-tiba saja Anjani mengatakan kalimat sakral itu, kalimat yang jarang sekali bahkan bisa dihitung jari oleh Daniel karena Anjani menyatakan cintanya lebih dulu tidak hanya membalas seperti biasanya.
Cup!
Masih belum cukup keterkejutan Daniel karena Anjani tiba-tiba mengungkapkan mencintainya, istrinya itu tanpa diduga lagi memberikan kecupan singkat yang sangat manis dibibirnya.
"Sayang kamu..." Daniel tidak lagi melanjutkan perkataannya karena pemuda dengan segera memeluk tubuh Anjani dan memberikan istrinya itu ciuman yang manis, ciuman yang membuat hati keduanya terasa meleleh.
"I love you more Anjani." Bisikan selepas ciuman romantis itu semakin membuat suasana diantara keduanya menjadi lebih intens. "So lucky to have you An."
Anjani tersenyum begitu manis dengan tatapan keduanya yang tidak terputus sedari tadi, "So lucky to be your love Dan."
"Aku yang paling beruntung Anjani karena menjadi laki-laki yang kamu cintai. Terimakasih sudah memilih menetap didunia aku yang hancur." Daniel mengusap pipi Anjani dengan lembut, sesekali menyampirkan helai-helai rambut yang menutupi sisi wajah cantik dihadapannya itu. "Everything will be fine if you here with me."
"I'm Yours Dan."
"Ya Anjani, You're mine. Forever." Setelah berkata demikian, lagi Daniel mencium Anjani tetapi lebih dalam dari sebelumnya.
"Sayang, ayo kita ke kamar jangan disini." Ajak Daniel kemudian, "aku mau malam pertama kita dikamar kamu."
"Besok hari pertama ujian loh." Anjani menjauh sedikit dari Daniel hingga menyisakan jarak diantara mereka dan membereskan buku-buku yang begitu berantakan diatas meja. Kedua orangtua Anjani sedang pergi hingga hanya ada mereka berdua dirumah, karena kamar Anjani tidak terlalu luas maka sang ibu mengusulkan untuk keduanya belajar di ruang tamu.
"Sekali. Ayo kita main satu kali habis itu tidur." Ucap Daniel cepat dengan tangan yang mengambil alih tumpukan buku yang sudah Anjani rapihkan dan berjalan kearah kamar Anjani yang sekarang sudah menjadi kamar mereka berdua, mengikuti langkah sang istri yang hanya membawa selimut tipis ditangannya.
"Diantara banyaknya ucapan kamu yang selalu kamu tepati, cuma kata 'sekali' yang benar-benar gak bisa dipercaya."
"Sayang..."
Vote and Comment Guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Lover
Romance[COMPLETED] "Kamu tidak akan pernah aku lepaskan Anjani, tidak akan pernah." Gumam Daniel yang masih terdengar jelas ditelinga Anjani. "Dan.. pelan-pelanhh..." Anjani meremas punggung lebar kekasihnya itu saat tempo yang Daniel berikan padanya dibaw...