Selama kehamilan trimester pertamanya ini, banyak sekali hal yang Anjani alami. Mulai dari morning sickness, mual hingga tak ingin makan, sakit kepala yang suka tiba-tiba muncul juga moodnya yang seperti rollercoaster cukup membuat Anjani lelah pada dirinya sendiri. Beruntungnya keluarga serta teman-temannya cukup mengerti terkait kondisinya bahkan selalu memberikan support untuknya.
Setelah Daniel menghubunginya melalui telfon video beberapa minggu lalu, kini kedua menjadi lebih sering memberikan kabar. Daniel selalu memberitahukan Anjani apa-apa saja yang pemuda itu lakukan dan apa yang terjadi disana, telinga Anjani bahkan cukup pengang karena Daniel selalu mengomel jika ia tidak makan atau Anjani tidak mau mendengarkan perkataan ibunya. Meskipun Anjani tahu itu semua untuk kebaikannya, tetapi Anjani malah menangis dan merasa semua orang tidak berpihak padanya. Lalu Daniel akan dengan lembut meminta maaf dan membujuk sang istri, drama-drama kecil itu mengisi hari-hari mereka dalam hubungan jarak jauh.
Anjani tidak memaksakan Daniel pulang jikalau memang keadaannya tidak memungkinkan, tetapi Daniel selalu saja mengatakan akan menjemputnya secepat mungkin dan mereka akan pergi ke Jerman. Daniel awalnya membicarakan hal ini dengan perlahan karena takut jika Anjani menolak untuk ikut pergi dengannya, tetapi setelah mengutarakan semuanya ternyata Anjani menyetujuinya tanpa pikir panjang.
Pemikiran Anjani yang cukup terbuka adalah sesuatu hal yang sangat Daniel sukai selain tubuh seksi sang istri. Alhasil setelah membicarakan secara online dengan orangtua Anjani, Daniel mendapatkan izin membawa Anjani nanti. Anjani bahkan mengatakan pada Daniel bahwa memang sudah seharusnya seorang istri mengikuti suaminya, kemanapun suaminya itu pergi. Hal itu cukup membuat Daniel merasa lega dan senang karena mereka tidak akan terpisah lagi. Begitupun dengan Anjani yang sudah sangat merindukan suaminya itu, tetapi sayangnya Anjani tidak tahu pasti kapan Daniel akan datang menjemputnya.
Besok adalah hari dimana sekolahnya mengadakan acara pelepasan untuk siswa yang sudah dinyatakan lulus dari sekolahnya. Anjani sudah menjahit baju kebaya untuk acara tersebut, rencananya ia akan make up sendiri dan datang dengan kedua orangtuanya. Padahal harusnya ada Daniel bersamanya karena suaminya juga merupakan siswa yang lulus bersamanya bahkan mendapatkan predikat terbaik.
Mengingat Daniel berhasil membuat mood Anjani kembali menjadi jelek dan sedih, air matanya bahkan sudah turun tanpa diminta. Tetapi ketukan pintu kamar menginterupsi kegiatan rutinitas Anjani itu.
"An..." Itu suara ibunya.
Segera saja Anjani bangkit dari posisinya yang duduk diatas kasur sedari tadi dan mengusap air mata sebelum membuka pintu.
"Ada apa Bu?" Suaranya yang sengau karena menangis tadi seolah membuat perbuatan Anjani untuk menghapus air mata menjadi sia-sia karena orang manapun akan tahu ia tengah menangis.
"Coba lihat ini ada siapa."
Celah pintu yang awalnya ia buka sedikit kini melebar, bukan hanya pintu kamar saja tetapi matanya juga ikut melebar karena kaget.
"Sayang."
"Daniel..." Suara Anjani tercekat saat menyebut nama suaminya itu, pemuda yang berdiri disamping orangtuanya dan tersenyum manis padanya.
Anjani tidak mau memikirkan banyak hal lagi di otaknya, tidak peduli apakah itu hanya khayalan atau memang benar adanya Daniel datang. Anjani langsung menghambur memeluk suaminya itu disertai tangisan.
Pelukannya dibalas tak kalah erat membuat Anjani benar-benar yakin kalau benar Daniel ada disini bersamanya.
"Sayang sudah menangisnya. Aku gak akan kemana-mana." Ucapan Daniel bahkan tidak mampu menghentikan tangisan Anjani, ia masih memeluk erat suaminya tanpa mau lepas.
"An, sudah pelukannya. Daniel pasti capek perjalanan jauh. Lebih baik istirahat dulu." Bujuk sang ibu kemudian. Tetapi Anjani menggelengkan kepalanya pelan dan tetap memeluk Daniel. Melihat hal itu kedua orangtua Anjani tidak tahu lagi harus bagaimana membujuk anaknya.
"Pak, Bu. Daniel dan Anjani langsung ke kamar saja ya." Pamit Daniel kemudian yang langsung diiyakan oleh kedua mertuanya.
Dengan Anjani yang masih memeluknya, Daniel membawa langkah menuju kamar Anjani yang tidak cukup jauh dari tempat berdirinya. Tubuh Anjani yang menggantungkan berat badan pada Daniel seolah bukan sebuah masalah, Daniel sering menggendong Anjani bahkan dengan jarak cukup jauh. Tetapi kali ini Daniel merasakan berat badan istrinya itu terasa lebih ringan.
Setelah menutup dan mengunci pintu kamar, Daniel mengusap punggung Anjani yang masih memeluknya. Segukan sisa-sisa tangisan masih terdengar, Daniel dapat merasakan kalau Anjani sangat emosional saat ini.
"Sayang..." Panggilan lembutnya tidak dibalas.
"Anjani." Panggilnya lagi.
"K-kenapa gak bilang kalo mau pulang kesini?" Akhirnya Daniel mendengar suara sang istri meskipun tadi panggilannya tidak digubris.
"Aku kan mau kasih surprise untuk kamu. Tapi malah nangis begini." Jawab Daniel kemudian.
Melonggarkan pelukannya, Daniel menatap wajah sang istri yang masih bercucuran air mata. Matanya merah dan terlihat bengkak karena sering menangis, hidungnya juga memerah, lalu bibirnya malah terlihat makin seksi dimata Daniel karena ikut bengkak juga.
Tangan besar Daniel bergerak menangkup sisi wajah cantik istrinya yang terlihat sangat menyedihkan itu karena menangis. "Kamu kok makin kurus sih Sayang. Terus kamu juga nangisan banget ya sekarang. Sedih banget aku lihat kamu begini."
Ucapan Daniel yang lembut itu membuat Anjani makin menangis. Rasa rindunya benar-benar meluap tak tertampung untuk sang suami. Sedangkan Daniel makin gelagapan karena Anjani menangis makin kencang.
"Sayang, maaf. Jangan nangis lagi please. Anjani..." Daniel bingung sekali menghadapi Anjani yang seperti ini.
"Sayang, sudah menangisnya ya."
Daniel menyeka air mata Anjani dan mencium pipi istrinya itu disertai pelukan dan ucapan-ucapan menenangkan.
"Jangan tinggalkan aku lagi." Ucap Anjani lirih. Suaranya begitu kecil hingga nyaris tak terdengar, tetapi Daniel mendengar dengan jelas ucapan istrinya dan segera mengiyakan.
"Aku janji Sayang. Aku gak akan pernah tinggalkan kamu lagi." Kecupan di kening Anjani menjadi penutup sesi menangis Anjani malam itu.
"Sekarang kamu istirahat ya, gak boleh bergadang. Kasian baby-nya." Bujuk Daniel.
"Mau peluk, masih kangen." Ujar Anjani manja.
"Iya Sayang, tidurnya sambil peluk. Ayo bobo." Ajak Daniel lagi.
"Janji gak akan pergi lagi waktu aku tidur?" Daniel mengulas senyum manis, kemudian mengecup hidung istrinya gemas.
"Aku janji. Aku gak akan kemana-mana. Kamu rumahku An, gak ada tempat lain selain kamu sebagai tempat aku pulang."
Mendengar hal itu Anjani percaya dan mengikuti instruksi Daniel untuk segera tidur dalam pelukan yang sangat Anjani rindukan. Meskipun masih ada rasa tidak percaya Daniel saat ini bersamanya, tetapi Anjani sangat senang dan tidak akan pernah lagi membiarkan Daniel pergi darinya.
"Good night wife." Bisikan kecil dan usapan lembut dipunggungnya berhasil menghantarkan Anjani menuju ke alam mimpi. Disaat tidurnya ia berharap besok pagi saat membuka mata, Daniel masih ada disisinya.
Vote and Comment Guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Lover
Romance[COMPLETED] "Kamu tidak akan pernah aku lepaskan Anjani, tidak akan pernah." Gumam Daniel yang masih terdengar jelas ditelinga Anjani. "Dan.. pelan-pelanhh..." Anjani meremas punggung lebar kekasihnya itu saat tempo yang Daniel berikan padanya dibaw...