22. Continuance (2)

9.6K 204 1
                                    

Warning 21+

"Daniel sudah..." Anjani sudah tak memiliki tenaga saat ini. Ia merebahkan diri dengan lemas tanpa peduli tubuhnya yang tidak terlindungi apapun.

"Sekali lagi ya Sayang." Daniel yang berada dibelakang tubuhnya itu menjilat dan menghisap punggungnya yang Anjani yakini akan meninggalkan bekas. Tangan pemuda itu mengelus pinggulnya dan meraba kakinya, sedangkan kejantanan yang masih keras itu menggosok bokongnya.

Daniel benar-benar gila dan seorang maniak! Anjani tidak sanggup lagi meladeni Daniel. Anjani benar-benar sudah tidak bisa lagi menggerakkan satu jarinya sekalipun, ia bahkan tak bertenaga untuk mengubah posisinya yang masih menelungkup diatas kasur saat ini.

Matanya berlari kearah jam meja yang terletak di nakas, sekarang sudah pukul lima sore lewat dua belas menit sedangkan mereka pulang dari sekolah sekitar jam sepuluh lewat dua puluhan. Sudah berapa jam mereka melakukan hal itu? Dan Daniel tidak kelihatan lelah sama sekali.

"Ahh..." Anjani tersentak saat merasakan milik Daniel kembali memasuki dirinya dari belakang.

"Daniel aku capekk..."

"Sekali lagi Sayang, habis itu istirahat ya." Nafas berat Daniel terdengar sangat jelas ditelinganya. Posisi tubuh Daniel yang ikut menimpa tubuhnya dari atas membuat kulit mereka banyak menempel.

Tangan Daniel mencengkram lehernya yang penuh dengan tanda merah, membawanya mengarah ke samping yang mana Daniel langsung membungkam bibirnya entah sudah yang keberapa kali hari ini.

Gerakan Daniel kali ini terasa intens dan lembut, cukup berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya yang begitu agresif dan brutal.

Saat pelepasan pertama Daniel datang yang kemudian disusul oleh Anjani, Daniel dengan begitu perhatian membersihkan milik Anjani dengan mengusapnya dengan air hangat untuk menghilangkan sisa darah dan perih.

Tapi tak lama dari itu Daniel kembali menerjang tubuhnya hingga mereka berkali-kali melakukannya dan juga mendapatkan pelepasan berkali-kali juga. Beberapa gaya Daniel coba dalam percintaan mereka hingga tubuh Anjani pegal disana-sini. Bibirnya juga sudah kebas, rahangnya pegal dan area pribadinya yang sepertinya akan sakit. Anjani tidak yakin ia bisa berjalan nanti.

"Lebih cepathh..."

"As you wish my love." Gerakan lembut itu kini berubah lebih kuat meskipun masih terasa intens akibat posisi mereka yang seperti tidur bertumpukan ini.

"Feeling good hmm?" Anjani mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan Daniel.

"Aku mau keluar sayang."

"Aku juga ahh.."

Semburan hangat yang tak tahu sudah keberapa kali Anjani dapati singgah didalam dirinya kembali datang. Dalam banjir itu, Daniel menggerakkan miliknya pelan hingga tetesan terakhir yang tersendat-sendat benar-benar masuk kedalam Anjani.

Mereka tidak pakai pengaman sama sekali dan ini benar-benar sebuah PR besar untuk Anjani. Anjani sudah meminta Daniel untuk keluar diluar tetapi pemuda itu tidak mendengarkan ucapannya dan malah membalas akan bertanggungjawab terus menerus bahkan meminta Anjani tidak perlu khawatir.

Bagaimana tidak khawatir jika mereka saja baru akan naik kelas tiga sekolah menengah atas, perjalanan hidup masih begitu panjang.

"I love you An." Kecupan manis disematkan oleh Daniel dipelipisnya.

"Love you too Dan."

"I love you more and forever Sayang." Kini kecupan itu turun ke pipinya.

"Kamu nginap ya? Biar aku yang bilang Ibu dan Ayah."

Anjani menggelengkan kepalanya pelan, menolak permintaan Daniel. Bisa-bisa mereka non-stop bercinta sampai besok pagi jika Anjani menginap, Anjani tidak akan membiarkannya. Karena sepulang dari sini ia harus melakukan sesuatu sebelum terlambat.

"Aku mau pulang."

"Kamu kan pasti capek Sayang." Daniel kembali membujuknya, tangan pemuda itu mengusap-usap bahunya disertai kecupan-kecupan.

"Makanya aku mau pulang karena capek. Kamu turun dulu Dan, lepas juga yang dibawah." Pintanya memelas yang langsung dituruti oleh Daniel. Saat Daniel mengeluarkan miliknya dari dalam diri Anjani, cairan percintaan mereka mengalir merembes keluar.

Tapi lagi-lagi seperti sebelumnya, jari-jari Daniel membawa cairan yang sudah keluar itu masuk lagi kedalam Anjani sampai membuat Anjani kembali mendesah.

"Mau mandi?" Anjani menggeleng pelan, ia tak punya tenaga untuk bangkit dan mandi.

"Aku mandikan ya. Tunggu disini sebentar."

Bergerak begitu cepat Daniel masuk kedalam kamar mandi yang ada di kamarnya, tak tahu apa yang pemuda itu lakukan disana. Anjani memejamkan matanya, ia akan tidur sebentar.

Sayangnya keinginan Anjani untuk tidur tidak bisa terealisasikan karena Daniel kemudian datang dan menggendongnya masuk kedalam kamar mandi. Tubuh Anjani diletakkan kedalam bathtub yang sudah terisi dengan air hangat, secara alami tubuh Anjani menjadi lebih relaks.

"Biar aku sabuni."

Dengan begitu perhatian dan hati-hati Daniel menyabuni tubuhnya bahkan memberikan pijatan-pijatan kecil, kemudian mengangkat tubuhnya dan mengeringkannya dengan handuk sebelum memakaikan pakaian.

"Selamat berisitirahat Sayang." Kecupan di kening kembali disematkan sebelum alam mimpi menerkam mereka dengan saling berpelukan. Tidur Anjani makin nyenyak dengan kondisi tubuh yang bersih dan relaks.

"Sayang menginap saja ya? Kamu nyenyak banget tidurnya." Anjani merasakan sesuatu menusuk-nusuk pipinya, belum lagi suara Daniel yang sangat menganggu tidurnya.

"Sekarang sudah jam delapan malam." Mata Anjani sontak terbuka saat mendengar pernyataan itu, ia harus pulang.

"Aku mau pulang." Dengan kepala yang pusing akibat bangun tiba-tiba, Anjani bangkit dari tidurnya dibantu Daniel.

"Kita beli makan dulu ya." Anjani menganggukkan kepalanya setuju, meskipun ia sangat mengantuk tetapi perutnya terasa kosong.

"Pakai ini dulu." Dengan telaten Daniel memakaikan Anjani Hoodie berwarna hitam miliknya yang sangat kebesaran dipakai oleh Anjani, belum lagi penutup kepala yang membuat Anjani makin tenggelam.

"Baju kamu sudah aku masukkan kedalam tas." Lagi-lagi Anjani mengangguk.

"Minum dulu." Anjani menerima minuman yang disodorkan oleh Daniel padanya untuk melegakan tenggorokan.

"Langsung berangkat?"

"Iya ayo."

Keduanya pergi meninggalkan rumah Daniel dan menuju ke tenda penjual sate kesukaan Anjani di dekat rumahnya untuk mengisi perut.

"Kok cepat pulangnya?" Itu adalah suara dari Ibu Anjani yang menyambut kedatangan keduanya dengan menggendong sang cucu.

"Aku mau tidur." Anjani bersuara.

"Dari suara kamu kayaknya kamu ketiduran deh di cafe Daniel ya? Bukannya disana bantu-bantu."

"Gak apa-apa Bu, Anjani temani Daniel disana juga sudah senang. Ini Daniel bawa makanan, dimakan ya Bu sama Bapak." Daniel menyodorkan bungkusan sate yang tadi sempat ia pesan untuk orang rumah Anjani.

"Padahal Ibu dan Bapak sudah makan malam loh, Bapak langsung keluar sehabis makan. Ini Ibu mau bawa pulang Ragan dulu, kamu masuk saja Daniel. Biar ini makanannya dimakan disana deh."

"Iya Bu." Daniel mengangguk dan membiarkan Ibu Anjani meninggalkan keduanya menuju ke rumah kakak laki-laki Anjani disebelah.

"Kamu langsung pulang ya, aku mau lanjut tidur." Daniel tersenyum dan mengangguk, ia mendekati Anjani kemudian menyematkan kecupan dikening dan bibirnya sebelum pamit pulang.

"See you besok Sayang."

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang