23. Clarity

8K 207 1
                                    

From : My Love Anjani 🥰❤️
Gak perlu jemput, aku gak masuk hari ini.

Lagi?

Daniel mengerutkan keningnya membaca pesan tersebut dengan perasaan tidak suka. Saat ia membalas pesan Anjani, kekasihnya itu sudah offline. Kemudian saat ia coba menelfon tidak diangkat sama sekali.

Ini sudah terhitung dua hari Anjani tidak masuk sekolah. Meskipun saat ini sekolah sedang mengadakan classmeeting yang tidak wajib dihadiri tetap saja para siswa dan siswi begitu excited karena beragam acara yang dihadirkan.

Kemarin saat Daniel datang kerumah Anjani, tidak ada siapapun disana. Rumahnya di kunci dari luar sepertinya orang-orang rumah sedang pergi. Saat Daniel menghubungi orangtua Anjani langsung dan menanyakan perihal Anjani, katanya Anjani tidak keluar dari kamarnya sama sekali dan sempat demam sebelumnya.

Hal itu tentu saja membuat Daniel khawatir dan cemas bukan main, tetapi setiap ia datang ke rumah Anjani selalu saja tidak ada orang.

Hari ini adalah hari bagi raport yang berarti hari terakhir sekolah sebelum libur panjang dan masuk dikelas baru. Para wali datang untuk mengambil raport, dan orang kepercayaan keluarganya yang sebelumnya bertugas mengantarkan Daniel lah yang kali ini mengambil raportnya.

Hari itu Daniel mendapatkan sebuah hadiah dari pihak sekolah karena ia berhasil mendapatkan peringatan pertama pararel untuk jurusannya. Hadiah yang berupa uang tunai dan peralatan sekolah.

"Ibu." Daniel menyapa calon ibu mertuanya begitu melihat.

Amira tersenyum begitu melihat Daniel didepannya. "Daniel."

"Ibu sendiri? Anjani gak masuk lagi?" Pertanyaan itu langsung ditembak Daniel pada Amira -ibu Anjani.

"Ibu diantar Bastian tadi. Anjani masih dirumah, katanya Ibu saja yang ambil raportnya." Daniel mengangguk paham mendengar hal itu.

"Ini ibu sudah selesai? Daniel antar pulang ya?"

"Ibu sudah. Kamu sudah selesai?"

"Daniel juga sudah, biar Daniel antara pulang ya Bu?" Pinta Daniel, ia juga ingin bertemu Anjani. Daniel sudah sangat merindukan kekasihnya itu.

Apalagi komentar yang Anjani tinggalkan dipostingan Instagram-nya terakhir kali cukup membuat Daniel ketakutan.

"Mau ketemu Anjani ya?" Tebakan itu membuat Daniel langsung salah tingkah.

"Daniel kemarin ke rumah tapi gak ada orang Bu. Sudah dua hari gak ketemu Anjani." Ungkap Daniel jujur.

"Bukde Anjani yang waktu itu kamu sempat kerumahnya, sedang ada acara. Mau ada pernikahan, jadi orang-orang rumah bulak-balik kesana."

"Tapi Anjani di rumah Bu? Dia lagi sakit kan?"

"Anjani gak pernah bangkit dari kasur, sudah kayak lem dan perangko. Capek Ibu ngomelin dia melulu." Daniel terkekeh mendengar curhatan calon ibu mertuanya ini, ia tahu betul Anjani mana peduli pada apapun ketika sedang tidur.

"Kamu gimana Dan nilai raportnya?" Tanya Amira perhatian.

"Daniel dapat nilai lumayan Bu, dapat rangking satu pararel jurusan."

"Wah itu sih bukan lumayan lagi. Ibu tahu kalau Daniel ini memang pintar, nilai Anjani pas-pasan banget. Masuk sepuluh besar juga enggak."

"Pelajaran di jurusan Anjani cukup sulit Bu, Daniel kalau masuk jurusan itu agaknya dapat ranking paling ujung." Bela Daniel pada kekasihnya.

"Masih bisa kamu bela anak Ibu ya Daniel." Daniel tertawa kecil tak mengelak sama sekali. Apapun dan bagaimanapun Daniel akan selalu menjadi pendukung Anjani.

Selama perjalanan Daniel dan Amira terus mengobrol sampai akhirnya mereka sampai di rumah keluarga Anjani.

"Ayo masuk." Daniel mengikuti langkah Amira yang memasuki rumahnya bahkan sampai didepan pintu kamar Anjani.

"Tuh kan pasti belum bangun dia." Amira menggelengkan kepalanya tak habis pikir ketika melihat anak perempuan bungsunya masih terbelit selimut dan berada di alam mimpi. Meletakkan buku raport Anjani diatas meja belajarnya, Amira menoleh pada Daniel yang masih berdiri di ambang pintu.

"Kamu bangunkan dia Dan. Ibu mau ke dapur dulu, belum selesai masak."

"Iya Bu."

Sepeninggalan Amira, Daniel masuk kedalam kamar Anjani yang baru pertama kali ia singgahi. Kamar minimalis dengan dinding berwarna pink menuju ke ungu. Diantara perabotan yang lain, tempat tidur adalah hal yang paling memakan banyak tempat hingga Daniel merasa setengah ruang kamar ini dipakai untuk tempat tidur saja.

Lemari kayu dua pintu yang hanya seukuran bahu Daniel berada disebelah pintu, selain itu ada meja belajar yang juga merupakan meja rias yang minimalis sekali. Hanya itu saja yang ada dikamar ini sangat simple sekali.

Daniel membawa dirinya untuk duduk diranjang tepat disebelah Anjani yang masih tidur. Meskipun jendela kamar sudah terbuka dan cahaya masuk tetapi Anjani tidak terganggu sama sekali dalam tidurnya.

Tangan Daniel menyingkirkan rambut-rambut Anjani yang menutupi wajah cantik kekasihnya itu. Dalam pikirannya yang kalut Anjani akan meninggalkannya dan sikap Anjani yang seolah menjauhinya, cukup membuat Daniel merasakan kegelisahan bukan main. Tetapi seseorang yang membuatnya gelisah ini tidur dengan wajah tak berdosa dan begitu nyenyaknya.

"Sayang bangun." Daniel mengusap pipi Anjani dan berkata dengan begitu lembut.

Dengan gemas ia mencubit pipi Anjani dan memberikan kecupan-kecupan diwajah lelap itu sampai ia mengigit dagu Anjani hingga si pemilik akhirnya terbangun.

"Selamat siang Cantik." Daniel menyambut Anjani dengan senyum diwajah tampannya.

"Nyenyak tidurnya? Sudah puas istirahatnya?"

"Daniel? Kok kamu bisa disini?" Anjani bangkit begitu cepat dan bertanya dengan panik.

"Aku kesini karena kamu gak balas pesan aku, gak angkat telfon aku. Gak ada kabari aku padahal aku khawatir dan kangen sama kamu setengah mati."

"Daniel. Aku serius." Anjani bahkan mengerutkan keningnya karena kesal tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan dari Daniel yang sudah memeluk tubuhnya erat.

"Sayang apa benar kamu sakit? Kenapa gak kabari aku hmm? Atau kamu sedang jauhi aku iya?" Daniel menangkupkan tangannya diwajah Anjani dan bertanya dengan sama kesalnya.

"Daniel, aku cuma mau istirahat. Dan kemarin aku memang sempat sakit tapi cuma sebentar, gak usah pikir aneh-aneh." Ujar Anjani berusaha menenangkan Daniel yang tak berhenti menatapnya seolah mencari kebenaran.

"Sakit apa? Kenapa gak kasih kabar? Aku kan bisa antar kamu ke dokter atau seenggaknya bawa makanan untuk kamu yang sakit. Aku mau selalu dibutuhkan oleh kamu An." Daniel berkata dengan sungguh-sungguh.

"Aku demam tapi gak sampai setengah hari, kemarin gak ke dokter juga cuma di kompres sudah mendingan. Kamu kan tahu kalau aku butuh istirahat banyak kalau keluar energi berlebih, ini karena hari itu. Handphone aku juga gak aku buka sama sekali, entah sekarang mungkin mati karena baterai nya sudah habis."

"Maaf ya, aku berlebihan hari itu." Anjani bergumam pelan mengiyakan permintaan maaf Daniel, dari raut wajah pemuda itu tampak khawatir tetapi tidak ada penyesalan.

"Benar sekarang kamu sudah membaik? Atau kita kedokter sekarang? Bisa jadi kamu sakit bukan karena demam kan."

"Maksud kamu?"

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang