43. Begin

3.7K 132 7
                                    

Setelah acara perpisahan sekolah, Daniel memandatkan usahanya pada Ganda dengan penghasilan utama diberikan kepada mertuanya.

Daniel dan Anjani berpamitan dengan keluarga Anjani dan juga teman-teman mereka sebelum langsung berangkat ke Jakarta sehari setelah perpisahan sekolah.

"Dirumah kamu ada siapa aja yang tinggal?" Tanya Anjani tiba-tiba pada Daniel yang sibuk memijat kakinya.

"Dirumah kamu ada siapa aja yang tinggal?" Tanya Anjani tiba-tiba pada Daniel yang sibuk memijat kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka sudah sampai di Jakarta setelah naik pesawat selama hampir satu jam.

"Dirumah utama ada Kakek, Papa, Mama tiriku dan Kakak tiriku." Jawab Daniel tenang sebelum ia menyambung kalimatnya. "Kita gak akan ke rumah utama Sayang, kita akan tinggal di Apartment yang Kakek berikan sebagai kado pernikahan untuk kita."

"Tapi nanti tetap harus ketemu Kakek kan." Ujar Anjani. Anjani merasa sangat tidak sopan jika ia tidak bertemu dengan satu-satunya keluarga Daniel yang baik pada mereka meskipun kemarin sempat membawa Daniel seperti penculik.

"Akan aku usahakan untuk ada pertemuan kalau memungkinkan." Balas Daniel bijak. Mengingat kondisi Kakeknya yang tidak beranjak dari tempat tidur, kemungkinan sulit untuk Anjani bertemu karena mengharuskan untuk datang kerumah utama yang isinya sarang binatang buas.

"Iya."

Setelah beberapa saat akhirnya mereka sampai di kawasan Apartment yang tadi Daniel sebutkan sebagai tempat tinggal sementara mereka sebelum berangkat ke Jerman.

Melihat dari lingkungan sekitar dan arsitekturnya, Anjani tahu kalau ini adalah Apartment elit. Mungkin memang kekayaan keluarga Daniel berada di level berbeda dari yang ia pikirkan.

"Kamu capek banget Sayang?" Tanya Daniel begitu lembut saat Anjani mendudukkan dirinya diatas ranjang setelah masuk kedalam unit apartment.

"Gak juga sih." Jawab Anjani apa adanya. Pasalnya perjalan ke jakarta memang tidak semelelahkan yang Anjani bayangkan, mungkin karena Daniel selalu memberikan yang terbaik untuknya hingga Anjani tidak mengalami kelelahan yang berlebihan.

"Nanti dokter akan datang untuk periksa kondisi kamu."

Tak banyak kata, Anjani mengangguk dengan patuh. Hingga beberapa saat kemudian dokter yang Daniel maksud datang dan segera memeriksanya.

"Tuan Muda, kondisi Nona Muda cukup baik. Saya akan berikan resep vitamin saja karena janinnya cukup kuat." Pemeriksaan yang terbilang cukup cepat itu berakhir dan kembali meninggalkan Anjani dan Daniel berdua.

"Beliau itu Dokter kepercayaan Kakek, dia datang kesini memeriksa kamu memang untuk memberikan laporan." Jelas Daniel yang langsung dipahami oleh Anjani. "Mungkin besok atau lusa kita harus pergi ke dokter spesialis kandungan Sayang, ada hal juga yang ingin aku tanyakan."

"Perihal apa?" Sahut Anjani.

"Apa kamu diperbolehkan untuk bepergian jauh dan juga..." Dahi Anjani berkerut, Daniel yang tiba-tiba tersenyum mesum membuat Anjani tahu kalimat lanjutan apa yang akan dikatakan oleh suaminya.

"Aku sudah pernah tanya dokter sebelumnya waktu kamu bilang akan bawa aku pergi. Katanya boleh-boleh saja karena janinnya cukup kuat." Jelas Anjani.

"Lalu untuk yang 'itu'? Boleh?" Anjani mendengus seraya menahan senyumnya. Daniel pasti sangat menahan dirinya karena selama tiga malam mereka bersama, suaminya itu tidak menyerangnya. Daniel memilih untuk menahan hasratnya dan terus menyampaikan kata rindu yang tidak berujung.

"Itu apa?" Pancing Anjani.

"Sayang ih, pura-pura gak tau." Dengan manja Daniel merajuk dan hinggap di pelukan Anjani. "Boleh gak?"

Anjani terbahak karena Daniel begitu lucu sekali. Dengan gemas Anjani mengusap rambut lebat Daniel yang berada disisi wajahnya, kemudian ia bergumam pelan dengan maksud mengiyakan pertanyaan Daniel.

Daniel yang paham maksud istrinya mendongakkan wajah dan menatap wajah cantik Anjani yang sangat dekat sekali dengan wajahnya. "Serius Sayang?"

"Iya, tapi pelan-pelan."

"Iya, aku janji bakal pelan." Tanggap Daniel begitu bersemangat, tanpa diduga tiba-tiba pemuda itu mengubah posisi wajahnya lebih dekat ke perut Anjani dan berbisik. "Papa jenguk kamu ya nak, janji pelan-pelan."

Setelah berkata demikian Daniel tanpa berbasa-basi lagi langsung mencium bibir istrinya dengan cara gitu intens. Daniel menghisap bibir Anjani atas dan bawah seperti orang kelaparan sebelum lidahnya melesak masuk untuk lebih mendominasi.

"Mmmhh..." Anjani mendesah pelan dalam ciuman mereka itu. Dari sejak pertama kali mereka berciuman yang notabene adalah ciuman pertama bagi keduanya, Daniel memang pandai sekali dalam hal berciuman. Oleh karenanya bahkan hanya berciuman saja Anjani bisa merasa dipuaskan.

Anjani melepas paksa ciuman mereka karena Daniel tidak mau berhenti padahal mereka berciuman sangat lama. Bukannya Anjani sudah lelah meskipun bibirnya bengkak dan memerah, tetapi Anjani kesal pada Daniel hanya murni hanya mencium bibirnya tanpa melakukan hal lain yang seperti biasa pemuda itu lakukan disaat bergairah.

"Kenapa Sayang?" Tanya Daniel lirih dengan mata sayu yang penuh dengan kilat gairah.

Anjani mencebikkan bibirnya sebal mendengar pertanyaan tak berdosa yang Daniel layangkan. Dengan pelan ia memukul bahu Daniel yang kokoh disertai gerutuan. "Katanya mau 'itu', kenapa cuma dicium aja?" Protesnya.

Tanda diduga Daniel malah tertawa kecil seraya melihat Anjani yang masih kesal disertai kebingungan atas reaksi itu. "Kok ketawa sih."

Bukannya menjawab Daniel lagi-lagi membuat Anjani bingung karena pemuda itu malah menciumi seluruh wajahnya dengan wajah menahan rasa gemas.

"Daniel..."

"Iya Sayangku, nanti kita begituannya. Kan pemanasan dulu." Daniel kembali memberikan kecupan-kecupan disisi wajah hingga turun ke leher dan bahu Anjani. "Aku masih kangen banget makanya mau cium bibir kamu lama-lama, ciuman juga seenggaknya bisa bantu aku sedikit melampiaskan hasrat aku supaya nanti gak nyakitin kamu."

Anjani mengangkat tangannya keatas untuk mempermudah Daniel saat melepas hoodie kaos abu-abu yang dipakainya, dibaliknya Anjani masih mengenakkan tank top hitam dan bra yang kemudian ikut dilepaskan juga.

"Ahh Dan..." Tanpa aba-aba Daniel memainkan puting payudara Anjani yang langsung menegang karena sentuhan yang dirindukannya.

"Sayang, nanti disini bakal keluar susu beneran." Anjani mengigit bibir bawahnya menahan sensasi yang membuat seluruh rambut halus ditubuhnya merinding karena Daniel begitu jahil memainkan putingnya.

"Da- hmmpphh..." Lagi-lagi Daniel melahap bibir Anjani dan menciumnya lebih dalam hingga air liur keduanya menetes karena belitan lidah tampak tak mau kalah.

Dengan lembut Daniel menidurkan Anjani dikasur tanpa melepas ciuman mereka. Tidak seperti ciuman sebelumnya, kali ini tangan Daniel bergerak aktif menyentuh tubuh Anjani tanpa ada yang terlewat.

"Sayang, aku janji akan berusaha pelan-pelan. Tapi gak satu ronde ya?"

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang