29. Lovebirds (3)

8.5K 185 3
                                    

Warning 21+

"Jangan ditahan." Daniel mengambil tangan Anjani yang menutupi mulutnya, menggenggam tangan itu disaat mulutnya dengan rakus melahap milik Anjani yang basah.

"Ahh Danh..." Lidah Daniel begitu lihai meliuk-liuk menggodai kewanitaannya, membuat Anjani tidak bisa menahan desahannya.

"Becek banget Sayang."

Anjani menggelengkan kepalanya pelan, mencoba mengambil kewarasannya disaat kenikmatan melanda tubuhnya. Mereka tidak bisa berlama-lama, orang-orang yang ada didepan akan curiga.

"Cepat masukkan." Pinta Anjani memelas.

Tetapi Daniel seperti orang tuli, tidak mendengarkan permintaan Anjani dan terus menggali dibawah sana hingga akhirnya Anjani mendapatkan pelepasannya.

Daniel tak memberikan waktu lama untuk Anjani menikmati pelepasannya, karena pemuda itu segera membawa Anjani dalam gendongannya kemudian mendudukkan diri di kursi kerja.

Dalam gaya bercinta mereka sebelumnya mereka memang pernah melakukan posisi duduk, tetapi mereka duduk diatas tempat tidur bukan di kursi kerja. Ini adalah rasa baru untuk mereka berdua.

"Ahh..." Anjani kembali mendesah saat Daniel menyatukan tubuh mereka, posisi ini membuat milik Daniel masuk begitu dalam.

Anjani meremas bahu Daniel yang masih memakai pakaian atasnya, mulutnya terbuka dan kepalanya mendongak keatas karena posisi ini sangat membuat hilang akalnya.

"Bergerak Sayang." Pinta Daniel seraya menjilati lehernya.

Anjani menggelengkan kepalanya pelan, ia merasa ia tidak bisa bergerak karena milik Daniel benar-benar berada di ujungnya. Bahkan pikiran Anjani sudah berlalang kemana-mana, ia takut miliknya akan terluka karena ini terlalu dalam.

"Aku gerak ya..." Daniel menggeram pelan seraya menggerakkan pinggulnya dari bawah. Milik Anjani terasa mencekik batangnya karena terlalu kuat cengkraman dinding rahimnya, hal ini membuat Daniel tidak bisa menahan untuk bergerak lebih cepat dan liar.

Bersamaan dengan itu Anjani memeluk leher Daniel begitu erat dengan dirinya yang menangis, ini benar-benar gila.

"Ahh Hah Sayang hiks..." Mendengar panggilan sayang yang jarang sekali Anjani berikan padanya membuat Daniel makin bersemangat, meskipun suara kekasihnya itu lebih mirip bisikan karena tangisan dan desahan yang tertahan disaat bersamaan.

"Enak Sayang."

Tangan Daniel yang sebelumnya memeluk pinggang Anjani posesif, kini bergerak cepat melepaskan pakaian atas yang sedari tadi tidak disentuh hingga tubuh Anjani polos dipelukannya.

Dengan posisi ini mata Daniel dengan puas melihat payudara besar Anjani yang bergerak lincah naik-turun seirama dengan hentakannya. Kemudian matanya naik keatas, wajah cantik kekasihnya yang sudah bersimbah air mata dengan bibir seksi yang terbuka terus mengeluarkan desahannya yang terdengar merdu ditelinga Daniel.

Dalam hal apapun Anjani selalu berhasil mempesona Daniel, bahkan tidak pernah sedetikpun Daniel merasa bosan pada kekasihnya itu. Menurut Daniel, Anjani adalah tipe perempuan yang sangat simple. Tidak pernah sekalipun Daniel temukan sifat perempuan yang teman-temannya sebutkan menyebalkan ataupun menyusahkan pada diri Anjani selama mereka memiliki hubungan selama ini.

Menemukan perbedaan diantara mereka berdua bukannya membuat hubungan merenggang, Daniel malah merasa makin cocok dengan Anjani. Daniel benar-benar merasa Anjani adalah pasangan sejatinya. Entah sudah berapa ribu kali Daniel terus berucap dalam hatinya bahwa Anjani hanyalah miliknya.

"Akhh.. Aku mau keluarhh..." Cengkraman dibahunya makin erat bahkan miliknya dibawah sana dicengkeram lebih erat saat Anjani mendapatkan pelepasannya.

Berbeda dari biasanya, Anjani mendapatkan pelepasan lebih lama dan lebih banyak. Tubuhnya bergetar berlebihan dalam pelukan Daniel. Untuk pertama kalinya Anjani merasakan squirt saat mereka berhubungan seksual. Menemani sisa-sisa pelepasan kekasihnya, Daniel mencium bibir Anjani dengan dalam.

Tubuh lemas Anjani tidak menghalangi Daniel untuk kembali bergerak untuk mengejar pelepasannya sendiri.

"Daniel..." Anjani berbisik lirih dalam pelukannya.

"Sebentar lagi Sayang arghh..." Dengan kuat Daniel menyentak miliknya hingga semprotan spermanya menembak dan masuk begitu dalam ke rahim Anjani.

Keduanya terdiam dan saling menenangkan diri dengan posisi masih saling berpelukan dan menyatu. Hingga akhirnya Anjani membuka suaranya.

"Kita gak pakai pengaman."

"Gak kepikiran Sayang."

Tidak ada sahutan dari Anjani tentang topik itu setelah Daniel berkata demikian.

"Aku mau turun."

Bukannya menurunkan Anjani seperti permintaan kekasihnya itu, Daniel malah bangkit dan membawa Anjani ke kamar mandi dalam gendongannya masih dengan posisi menyatu.

"Jangan bilang kamu mau minta lagi. Kita gak pakai pengaman Daniel." Suara Anjani terdengar bergetar dan lemah sekali saat berkata demikian.

Tak menjawab, Daniel melepaskan penyatuan mereka dan mendudukkan Anjani di closet duduk. Pemuda itu dengan perhatian membersihkan kewanitaan Anjani hingga tidak ada lagi sisa-sisa cairan percintaan mereka.

Setelah membersihkan Anjani, Daniel membersihkan dirinya sendiri. Setelah bersih, Daniel menggendong Anjani dan membawanya keruang kerjanya dimana pakaian mereka berada.

"Kamu mau tidur dulu?" Anjani menganggukkan kepalanya pelan, mereka tidak mungkin keluar dengan keadaan yang baru saja bercinta. Wajah Anjani yang sehabis menangis akan menimbulkan tanda tanya semua orang yang ada didepan.

"Mau aku pangku atau di sofa?"

"Sofa." Setelah memakaikan pakaian pada Anjani, Daniel menidurkan tubuh kekasihnya itu di sofa yang ada di ruang kerjanya sementara ia kembali melanjutkan pekerjaannya.

Tidak terasa waktu berlalu dan waktu makan malam akan tiba, Daniel merapihkan semua dokumennya sebelum menuju ke sofa tempat Anjani masih menjelajah mimpinya.

"Sayang bangun." Daniel mencium pipi Anjani lembut kemudian merayap ke bibirnya.

Merasa terganggu, Anjani membuka matanya perlahan. Kondisinya yang lemas karena pelepasan tadi sangatlah mendukung Anjani untuk cepat tidur, apalagi mengingat kalau Anjani tipe orang pelor alias nempel sedikit langsung molor.

"Makan malam, kamu pasti sudah lapar kan?" Suara lembut itu menyambutnya saat bangun. Dibantu Daniel, Anjani bangkit dari tidurnya.

Pelukan yang kemudian Daniel berikan membuat tubuhnya makin nyaman dan seakan enggan untuk bangun.

"Mau makan disini atau diluar?" Jiwanya yang belum terkumpul sepenuhnya membuat Anjani tidak bisa berpikir lebih dan memberikan jawaban atas pertanyaan Daniel.

Tidak ada jawaban dari Anjani, Daniel merasa kekasihnya itu masih linglung karena bangun tidur.

"Makan nasi?" Tanyanya lagi. Anjani kemudian mengangguk.

"Nasi goreng?" Lagi Anjani menganggukkan kepalanya.

"Keluar kalo gitu." Dengan penuh perhatian Daniel mengambil jaket miliknya untuk dipakaikan pada kekasihnya yang berada dalam pelukannya itu.

"Bisa jalan?" Dengan pelan Anjani mengangguk, dibantu Daniel keduanya keluar setelah mematikan lampu dan mengunci ruangan kerja Daniel.

Semua orang yang bekerja disana seakan sudah paham betul mengapa Anjani terlihat loyo dengan muka bantal, Anjani pasti tidur diruang kerja Daniel seperti biasanya.

Setelah dipakaikan helm oleh Daniel, Anjani mengambil duduk di motor dan segera berpegangan pada kekasihnya itu sebelum akhirnya motor melaju.

"Sayang." Anjani bergumam pelan membalas panggilan Daniel yang terbawa angin.

"Nanti ada yang mau aku omongin sama orangtua kamu. Mereka ada dirumah kan?"

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang