24. Clarity (2)

7.8K 190 2
                                    

"Benar sekarang kamu sudah membaik? Atau kita kedokter sekarang? Bisa jadi kamu sakit bukan karena demam kan."

Anjani mengerutkan keningnya mendengar perkataan Daniel yang ia tak pahami. Bahkan kemunculan pemuda itu dikamarnya saja tidak Anjani ketahui bagaimana.

"Maksud kamu?"

"Sayang, bisa jadi kamu sakit sekarang karena hal lain yang kita gak tahu. Kamu ingat kan apa yang aku bilang kemarin? Aku akan tanggungjawab." Daniel menggenggam tangan Anjani disertai ekspresi wajah serius.

Dan kini Anjani tahu apa yang sebenarnya Daniel bicarakan dengannya. Tampak sekali kalau Daniel tidak mempermasalahkan resiko dari perbuatan mereka, berbeda sekali dengan Anjani yang cemas bukan main.

Malam itu setelah diantarkan Daniel pulang, Anjani segera masuk kedalam rumah dan masuk kedalam kamar orangtuanya. Anjani tahu perbuatannya ini tidak sopan, tapi Anjani terus mencari sesuatu untuk setidaknya meredakan ketakutannya. Waktu itu Anjani pernah mendengar obrolan kakak iparnya dan sepupu-sepupu perempuan lainnya yang membahas perihal kontrasepsi.

Informasi yang Anjani dapatkan adalah orangtuanya menggunakan pil KB sebagai alat kontrasepsi. Dengan tangan gemetar, Anjani mengambil dua buah pil yang dimiliki ibunya dan semoga saja tidak ketahuan mengingat ibunya punya banyak lempeng pil pencegah kehamilan tersebut.

Setelah mendapatkan apa yang dicari, seperti tak terjadi apapun Anjani segera masuk ke dalam kamarnya dan berselancar di mesin pencarian tentang bagaimana pil yang ada ditangannya ini bekerja.

Sangat jelas sekali kalau penggunaan alat kontrasepsi jenis apapun termasuk pil pencegah kehamilan harus digunakan dengan resep dari dokter.

Anjani sudah menduganya, ia tidak bisa mengonsumsi pil yang ada dalam genggamannya ini tanpa periksa terlebih dahulu dengan dokter. Hal ini juga lah yang membuat Anjani meragu pergi ke apotek dan membeli pil pencegah kehamilan karena selain takut diketahui ia masih seorang pelajar, Anjani juga takut ditanyai terkait resep dokter yang ia dapatkan.

Meskipun dalam hasil pencariannya tidak ada efek samping dari penggunaan pil pencegah kehamilan yang tentunya dalam resep dari dokter, tetap saja Anjani takut meminumnya.

Anjani pernah mendengar kalau seseorang yang belum pernah hamil mengonsumsi pil pencegah kehamilan ataupun menggunakan kontrasepsi lain akan menyebabkan rahimnya kering dan sulit hamil, Anjani tak tahu apakah hal itu benar atau tidak tetapi Anjani tidak ingin ia susah memiliki anak nantinya meskipun hal itu masih akan terjadi entah tahun kapan.

Karena merasa kesal tidak menemukan jalan keluar, Anjani memilih untuk mematikan ponselnya. Pikiran sangat kalut sekali dan dalam kegelisahannya itu tiba-tiba ia datang bulan.

Seketika rasa lega yang luar biasa menguasai Anjani. Dengan perasaan bahagia ia segera mengganti celananya dan memakai pembalut. Mengapa Anjani lupa kalau selama dua minggu sebelumnya ia merasakan nyeri dibeberapa bagian tubuhnya yang merupakan tanda-tanda akan datangnya tamu bulanan.

Malam itu pun Anjani tidur begitu tenang masih dengan menggunakan Hoodie Daniel yang menutupi seluruh tanda-tanda sisa percintaan mereka tubuhnya.

Dan keesokan paginya ia jatuh sakit yang menjadikan alasannya tidak masuk sekolah yang sedang mengadakan classmeeting tidak penting menurut Anjani. Bahkan selama dua hari Anjani tak masuk sekolah Ibunya tak ada protes, tidak mengomel juga karena ia tidur terus karena ia sakit sebelumnya.

Tidur nyenyak, mimpi indah dan hari nyaman Anjani lenyap tergantikan rasa panik saat melihat Daniel yang sekarang entah bagaimana berada dikamarnya membangunkan diri.

"Maksud kamu aku bisa aja hamil?" Tanya Anjani langsung dengan volume suara yang makin mengecil.

Daniel mengangguk dengan begitu polosnya, mata yang berbinar-binar itu tidak berubah sedari tadi meskipun wajahnya berekspresi serius.

"Kamu jangan takut Sayang. Nanti aku yang akan bicara dengan orangtua kamu dan bertanggungjawab."

Kening Anjani berkerut tak suka, entah mengapa Daniel sangat ingin sekali bertanggungjawab dan bahkan sepertinya akan bahagia dengan kabar yang Anjani takuti.

"Ini gak seperti yang kamu pikirkan. Aku kemarin demam, benar-benar demam karena kecapekan. Aku lagi haid." Ungkap Anjani tak mau pembicaraan yang menurutnya kurang menyenangkan ini berlanjut. Akan sangat bahaya sekali jika ada yang mendengar percakapan mereka diluar kamarnya.

"Kamu juga belum jawab pertanyaan aku, kenapa bisa disini?"

Entah mata Anjani yang salah lihat atau memang benar, mata berbinar Daniel berubah meredup seperti kecewa. Tetapi raut wajahnya yang serius itu menampilkan senyuman tipis yang makin membuat tampan wajahnya.

"Kamu pasti sakit banget ya Sayang?" Dengan lembut Daniel mengusap rambutnya bersamai dengan tangan lainnya yang mengusap perut bagian bawahnya yang terasa tidak nyaman karena masa menstruasi.

"Kamu mau apa? Aku beliin."

Anjani menggeleng pelan, ia lebih membutuhkan tidur yang banyak dibandingkan apapun saat ini.

"Kamu kenapa bisa disini?" Daritadi Daniel terus mengalihkan pembicaraan membuat Anjani greget sendiri.

"Aku ketemu Ibu disekolah, aku antar Ibu pulang terus disuruh masuk kesini." Anjani menganggukkan kepalanya paham. Ia juga tak habis pikir jikalau Daniel menyelinap ke rumahnya hanya untuk bertemu dengannya.

"Daniel, Anjani belum bangun?" Suara itu menginterupsi keduanya bersamaan dengan munculnya sang Ibu di ambang pintu.

"Sudah Bu."

"Masih pusing?" Telapak tangan sang Ibu tertempel di keningnya untuk mengecek suhu tubuh Anjani yang terduduk diatas tempat tidurnya.

Anjani menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan ibunya. "Tapi lapar."

"Ibu sudah selesai masak, makan dulu. Nak Daniel juga sekalian makan ya."

"Iya Bu, terimakasih."

Anjani bangkit dari duduknya dibantu Daniel, mereka berdua mengekori Ibu Anjani menuju ke dapur dan duduk dimeja makan.

"Ibu cuma masak sayur asem dan ikan goreng, dimakan ya. Ibu mau kesebelah." Rujukan kesebelah yang dimaksudkan adalah rumah kakak laki-laki Anjani. Tanpa menunggu kata dari Anjani dan Daniel, sang ibu langsung pergi meninggalkan keduanya.

"Biar aku yang ambilkan makan buat kamu." Belum juga Anjani bangkit dari duduknya, Daniel dengan sigap berjalan menuju rak piring dan mengambilkan piring untuk mereka berdua.

Untuk makan Daniel cukup sering makan dirumahnya bahkan jikalau sang ibu membuatkan bekal untuk Anjani, Daniel pun akan dibawakan bekal juga.

"Makannya habiskan Sayang, biar cepat sembuh." Setelah sibuk mengisi piring Anjani dengan nasi dan lauk, Daniel mengambil duduk dan mengusap rambut Anjani dengan sayang.

"Atau perlu aku suap-" "gak perlu. Aku bisa makan sendiri, kamu juga makan." Segera Anjani mengambil sendoknya dan menyuap dirinya sendiri.

Jikalau Anjani sedang sakit, Daniel selalu saja memperlakukan Anjani seperti pasien yang tidak bisa berbuat apapun. Oleh karena itu Anjani sebisa mungkin tidak memberitahu Daniel jikalau dirinya sedang sakit karena disaat sakit Anjani hanya lebih butuh tidur daripada apapun.

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang