5. Tentangnya (3)

6.9K 231 1
                                    

Daniel mengganti baju olahraganya dengan seragam sekolahnya karena memang untuk mata pelajaran olahraga dikelasnya sudah selesai. Daniel segera keluar dari kamar mandi dan kembali ke kelasnya dengan membawa baju olahraganya. Tidak dengan teman-temannya yang lain berganti pakaian dikelas dengan tidak tahu malunya, Daniel memilih untuk berganti pakaian di kamar mandi. 

"Bro kantin yok."  Ganda langsung saja menerjang Daniel membawa pemuda itu mengarah kembali keluar kelas.

"Gue taruh ini dulu." Ujar Daniel  yang kemudian menaruh baju olahraganya kedalam tas, sebelum kembali mendekati Ganda yang menunggunya didepan kelas untuk menuju ke kantin.

Dilihatnya disana Ganda tengah berbicara dengan beberapa orang, kedatangan Daniel menarik perhatian mereka semua. "Mereka juga mau ke kantin Dan, bareng aja." Daniel mengangguk tak keberatan dan mereka pun berjalan bersamaan menuju kantin.

Dalam perjalanan masih ada beberapa orang yang juga ikut bergabung, diantaranya Daniel mengenalnya melalui Ganda. Tapi beberapa gadis yang bersama mereka ini terus mengajak Daniel bicara, dari gelagatnya tampak sekali seperti mencari-cari perhatian Daniel.

Kedatangan mereka ke area kantin menarik banyak perhatian siswa-siswi yang berada disana, "Beli Mie Ayam aja yok Dan." Daniel kembali mengangguk tanpa protes, makan mie ayam sepertinya enak. 

Ganda dan beberapa cowok yang bersama mereka lebih dulu ambil posisi duduk diikuti Daniel dan yang lainnya. Setelah ambil duduk, mata Daniel mengitari kantin dan ia bertemu satu objek yang menarik perhatiannya. Ada gadis yang sebelumnya Daniel lihat di UKS sedang makan dengan lahapnya seraya menatap temannya dengan penuh minat, telihat gadis itu menanggapi temannya yang terus bicara. Entah mengapa kesan yang Daniel dapat dari apa yang ia lihat adalah gadis itu merupakan seorang pendengar yang baik.

Sewaktu mereka bertemu pandang di hari pertama Daniel bersekolah disini, raut wajah gadis itu tidak menunjukkan ekspresi apapun bahkan tampak tidak peduli hingga kemudian ia masuk kedalam kelasnya. Kalau gadis lain mungkin akan tersipu malu dan tersenyum padanya saat bertemu pandang, tetapi gadis itu tidak seperti itu sehingga Daniel bertanya-tanya apakah memang sedingin itu sikapnya.

Tetapi saat tertidur di UKS tadi dan saat ini di kantin, meninggalkan kesan lain pada Daniel. Jika dilihat-lihat lagi, gadis itu tampak manis. Sosok yang Daniel perhatikan itu tiba-tiba saja tertawa lepas bersama dengan temannya yang sedaritadi mengobrol entah membicarakan apa sehingga menarik perhatian yang lain.

"Daniel." Karena terlalu fokus pada apa yang dilihat, Daniel tidak mendengar sedari tadi ia di panggil. Entah bagaimana, kejadiannya terjadi begitu cepat Daniel hanya merasakan dingin dipahanya karena ada minuman tumpah. Bersamaan dengan rasa dingin yang menjalarnya, teriakan yang begitu nyaring cukup menyakiti telinga Daniel terdengar. 

"ASTAGA DANIEL! MAAF!" Daniel memejamkan matanya menahan diri supaya tidak melontarkan kekesalannya. Apalagi pelakunya perempuan, tentu saja Daniel harus bersikap gentle.

"Aduh Dan, maaf ya aku gak sengaja." Dengan wajah paniknya gadis didepannya ini mengambil beberapa tisu dan mengelap celana Daniel yang basah dengan minuman berwarna.

"It's okay." Daniel segera bangkit dari kursinya dan menjauh dari jangkauan tangan yang ingin terus mengelap celana basahnya. "Kalian pesan duluan. Gue ke kamar mandi dulu." Tak ingin menimbulkan kekacauan lebih, Daniel pergi dari area kantin diikuti tatapan mata semua orang yang berada disana.

Daniel melepas celananya dan membilas dengan air begitupun dengan paha nya yang terasa lengket mengingat minuman berwarna itu memiliki perisa manis yang berlebihan. Daniel tidak masalah dengan celananya yang basah sediikit daripada basah dan lengket, beruntungnya celana seragam sekolahnya ini berwarna gelap sehingga tidak terlalu terlihat basah ataupun sisa warna dari minuman yang tumpah itu.

Selesai dengan urusannya di kamar mandi, Daniel kembali ke kantin untuk mengisi perutnya yang terasa lapar. "Sini Dan, udah gue pesen punya lo. Baru aja sampe." Yah setidaknya dalam keadaan ini Ganda si teman sebangku Daniel cukup tanggap sehingga Daniel tidak perlu menunggu lagi untuk makan.

"Sorry ya Dan, beneran gak sengaja deh. Nanti celana kamu biar aku aja yang cuci, aku ngerasa bersalah banget sama kamu."

"Gak perlu." Daniel langsung saja mengambil duduk untuk menyantap Mie Ayam yang sudah tersaji didepannya. Daniel bahkan tak mau repot-repot mengatakan ia memaafkan gadis itu ataupun harus menenangkan gadis itu yang terus menampakkan wajah cemasnya. Daniel benar-benar lapar dan tidak ingin lagi peduli hal lain. Mungkin sikap Daniel cenderung dingin tapi sungguh ia tidak peduli lagi. Sangat menyebalkan menurut Daniel jikalau memaklumi seseorang yang berbuat salah, bisa saja lain kali akan terulang kembali dan nantinya Daniel harus memaafkannya lagi terus menerus. Sikap Daniel itu membuat keheningan dimeja mereka. 

Setelah kejadian itu, nyatanya tidak membuat mereka berhenti. Para gadis-gadis itu tidak kapok mendekati Daniel dan terus melakukan sesuatu yang membuat Daniel malas. Tapi sikapnya itu malah dipandang sebagai 'mudah tersinggung' oleh mereka begitu juga Ganda yang beberkali menasehati dirinya. 

"Jangan terlalu dingin sama mereka Dan, gitu-gitu cewek loh." Daniel berdecak mendengar perkataan Ganda. Kalau memang demikian maka bersikaplah selayaknya.

"Padahal kelihatan banget Dan kalau Dhea dan yang lain suka sama lo. Mereka tuh cewek-cewek paling terkenal loh disini." Kali ini Bobby yang menyeletuk.

Tak terasa sudah satu bulan Daniel tinggal dan bersekolah disana. Dalam kurun waktu itu, Daniel memiliki banyak teman bahkan sudah punya tempat tongkrongan. 

"Gue gak suka." Hanya itu balasan Daniel supaya memperjelas teman-temannya. Lagipula Daniel sekalipun tidak pernah tertarik dengan masalah percintaan, hidupnya sendiri saja adalah masalah tentu saja Daniel tak mau tambah masalah baru. Melihat teman-temannya yang punya pacar sibuk sekali membujuk pacarnya yang marah, membelikan ini-itu, menuruti ini-itu, sungguh Daniel belum ada keinginan untuk seperti itu atau mungkin Daniel belum ada yang membuatnya ingin berpacaran selama ini.

"Yang macam Dhea lo gak suka? Daniel mata lo baik-baik aja kan? Seorang Dhea loh, udah cantik, kulitnya putih, tinggi dan body oke begitu. Sakit lo agaknya." Daniel memandang Ganda yang banyak omong itu dengan acuh.

"Gue suka gue yang ngejar bukan dikejar." Tak tahu Daniel dapat kata-kata seperti itu darimana, yang pasti dari perkataannya itu menjelaskan sekali kalau perilaku Dhea atau siapalah itu namanya jauh sekali dari tipenya.

"Dia deket-deket sama lo kan karena suka Dan, sepenglihatan gue gak pernah tuh si Dhea ngejer-ngejer cowok sampe segitunya kayak lo begini."

Tak mau mendengar perkataan Ganda yang makin membuatnya muak, Daniel menepuk bahu teman sebangkunya itu. "Gue rasa lo disini yang suka sama dia. Lo kejar aja dia." Setelah berkata demikian, Daniel keluar dari kelas dan hendak menuju ke kantin.

Vote and Comment Guys!!!

I'm Your LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang