Astrophile 6: Kilas Balik di Kelas
Aku ingin menjadi tokoh utama di dalam ceritamu. Bukankah sangat menyenangkan ketika dijadikan pemeran utama di cerita yang kamu tulis? Terlebih saat kisahnya berisi hal-hal menyenangkan yang tidak ada perpisahan di dalamnya.
Maaf, kadang aku memang seperti ini, terlalu lupa diri. Memangnya siapa aku? Yang begitu mudahnya meminta kamu untuk menjadikanku sebagai pemeran utama. Dasar, tidak tahu malu aku memang. Namun keinginanku serius, aku sangat ingin berada di cerita yang kamu tulis. Lupakanlah, aku memalukan sekali.
****
Di siang harinya sebelum pelajaran ketiga dimulai, Silla mendapat pesan dari Chandra. Lelaki itu memberitahukan pada Silla jika dirinya sedang berada di toilet sekolah. Memang, itulah Chandra dengan sikap tak terduganya itu. Padahal sebentar lagi jam pelajaran akan segera dimulai, tetapi Chandra malah tidak ada di kelas. Benar juga, panggilan alam memang tidak baik ditunda.
Pintu kelas yang semula tertutup diketuk dari luar. Terbuka dengan perlahan hingga sosok tegap dengan seragam khusus itu tampak di sana. Pak Erwan—guru Matematika yang mengisi pelajaran pertama hari ini sudah siap dengan absensi dan beberapa tumpukan kertas di tangannya. Langkah beratnya itu dengan santai berjalan ke arah tempat duduknya. "Selamat siang."
"Siang, Pak!" jawabnya serentak.
"Siap-siap, karena akan ada ulangan lisan hari ini. Sengaja Bapak beritahu dadakan, untuk melatih kesiapan kalian," tutur Pak Erwan yang tentu saja membuat anak muridnya mengeluh tak terima.
"Yah Bapak, gak asik nih!"
"Dadakan teross!!!"
"Mabok gaes!"
Pak Erwan tak menanggapi keluhan anak muridnya yang saling bersahutan di kelas. Sosoknya lebih memilih untuk membuka absensi kelas dan mulai mengisinya.
Di tempatnya, Silla mengambil ponselnya yang terletak di meja. Tanpa menunggu lama lagi, dia segera mengirimi Chandra pesan dan memberi kabar jika Pak Erwan sudah tiba.
Jika Silla tak ingat ada guru di kelasnya, mungkin sudah sedari tadi dia tertawa dengan kencang. Bagaimana dan apa pun kondisinya, Chandra akan mementingkan panggilan alamnya lebih dulu.
Silla mematikan ponsel setelah mengabarinya. Kemudian dia memasukkan ponsel ke dalam tas karena ulangan hari ini.
"Masih ada yang belum masuk?" tanya Pak Erwan saat matanya mengedar dan menangkap satu kursi kosong di pojokan.
Seisi kelas sontak mengikuti arah pandang Pak Erwan. Itu kursi milik Chandra. Silla mengangkat tangannya dengan tinggi. Kemudian dia menatap wajah guru itu dari tempatnya. "Itu Chandra, Pak. Dia lagi ada panggilan alam dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral 293 [sudah terbit]
Romance[CERITA INI DIIKUTSERTAKAN DALAM WRITING MARATHON YANG DILAKSANAKAN OLEH CAKRA MEDIA PUBLISHER] Sejak aku menyadari perasaan ini tertuju untukmu, aku juga menyadari pada jarakmu yang cukup jauh. Di saat mata ini tak lagi melihatmu dengan tatapan bi...