Astrophile 14: Pelajaran Sederhana yang Bermakna
Ini cerita tentangku yang menyukaimu. Bermula dari caraku memandangmu dengan tatapan biasa yang kemudian terus berlanjut menjadi tatapan mengandung rasa. Ini tentangku yang benar-benar mencintaimu, tentangku yang menginginkanmu, sampai merasa takut kehilanganmu.
Aku tahu cintaku bertepuk sebelah tangan, tapi hal itu tak cukup mampu membuatku mundur. Bahkan sekali pun penolakan darimu itu tetap membuatku maju. Aku juga heran dengan diri sendiri. Kamu memang bukanlah cinta pertamaku, tapi kamu adalah orang pertama yang aku cintai sedalam ini. Bahkan sudah aku jadikan kamu titik terakhir dari mencintai. Meskipun aku tahu, cinta pertama dan terakhirmu bukanlah aku. Aku tahu, tak akan pernah ada ruang di hatimu yang terbuka untukku, pasti itu hanya tentang dia.
****
Masih di tempat yang sama dengan posisi yang sama pula. Dua insan itu masih tengah diselimuti kecanggungan yang tak kunjung memudar. Memang, ketika sudah membahas yang menyinggung mengenai perasaan, suasananya langsung berubah. Bukankah hal itu sangat umum dirasakan orang banyak?
Silla hanya sibuk menundukan wajah, menatapi jemarinya yang saling bertaut. Badannya panas dingin saat ini. Dadanya bergemuruh kencang sedari tadi. Sedangkan Chandra, hanya diam di tempat dengan sesekali mencuri pandang ke arah Silla. Entah dia memang benar-benar tenang atau sedang menyembunyikan kegugupannya itu.
"Hei, La," panggil Chandra dengan pelan. Lama-lama memang merasa absurd sekali dengan keadannya. Duduk berdekatan tapi tak saling bicara. Ah, tidak biasanya mereka secanggung ini. Semuanya bermula dari kemarin.
Silla tersentak pelan. Dia menoleh dengan cepat menatap Chandra. Bola matanya bergerak tak tenang. Meneguk ludahnya kasar. "Hah? Iya, kenapa, Chan?"
"Diem aja, sih. Btw, tidur jam berapa semalem?" tanya Chandra mencoba mencairkan suasana dengan mencari topik obrolan untuk keduanya. Sepertinya dia juga sedang mencoba untuk bersikap biasa lagi, sama seperti yang dia katakan sebelumnya.
Namun tetap saja, meskipun keduanya berusaha mengubur rasa kikuk yang ada, itu tetap terlihat dengan jelas. Situasi seperti ini termasuk hal yang tidak diinginkan oleh Silla. Seberapa keras pun dia meyakini bahwa perubahan buruk tidak akan ada, tetapi nyatanya tak ada yang bisa menyangkal itu jika sudah terjadi di depan mata.
"Ah, jam setengah satuan deh kayaknya," jawab Silla apa adanya. Benar, dia tidak bohong soal jam tidurnya. Semalam setelah kepulangan Athala, Silla memang masih memikirkan kejadian kemarin. Alhasil itu memengaruhi jam tidurnya semalam.
"Loh, kamu ngapain aja, La? Malem banget tidurnya, udah tau besoknya harus sekolah," pekik Chandra pelan kala mendengar jawaban Silla. Kedua matanya sedikit membelalak.
Silla meringis samar. Dia menyipitkan kedua matanya seraya daging pipi bagian atas yang ikut tertarik. "Nonton, Chan. Aku gak bisa tidur semalem."
Salah satu alis Chandra terangkat ke atas. Dia memiringkan kepalanya sembari menatap perempuan itu dengan raut wajah bingungnya. "Nonton apaan kamu?"
"Kartun. Semalem nonton pororo sih, lagian bingung juga mau nonton apaan," jawab Silla. Tidak seperti tadi, dia sudah merasa sedikit nyaman sedikit. Tak begitu merasa terintimidasi seperti sebelumnya. Yah! Mari lakukan apa kata Chandra. Jangan berubah dan tetap seperti biasa.
"Nonton pororo sampe setengah satu? Etdah bocah. Kamu mah, La udah gede nontonnya kayak gitu. Coba nonton yang ada pengetahuannya, kayak berita," ujar Chandra memberikan arahan ringan.
Silla menggeleng samar. Itu bukan acara televisi yang biasa dia tonton. Bukan seperti itu tontonannya Silla. Dia tidak suka melihat acara berita atau pun kabar-kabar terkini. Lebih memilih menikmati acara kartun atau drama Korea yang biasanya ada di salah satu chanel televisi. "Gak suka, Chan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral 293 [sudah terbit]
Romance[CERITA INI DIIKUTSERTAKAN DALAM WRITING MARATHON YANG DILAKSANAKAN OLEH CAKRA MEDIA PUBLISHER] Sejak aku menyadari perasaan ini tertuju untukmu, aku juga menyadari pada jarakmu yang cukup jauh. Di saat mata ini tak lagi melihatmu dengan tatapan bi...