Astrophile 5: Hubungan yang Membaik
Ada yang bilang, kita akan kehilangan jika terlambat menyatakan. Namun kenyataannya, kita lebih banyak kehilangan setelah menyatakan. Yang kadang, hal tersebut membuat seseorang menyesal setelah melakukannya.
Namun perlu kamu ketahui, entah akan kehilangan atau tidak, aku akan tetap menyatakan perasaanku. Bukan, bukan karena aku melakukannya semata karena ingin kehilanganmu, tetapi aku hanya ingin kamu tahu mengenai perasaan ini.
****
Hari senin di pagi hari, Silla sudah dilanda kelesuan. Dia menunggu sosok Chandra tiba di kelas. Silla sengaja berangkat sangat pagi karena tujuannya. Jika kalian berpikir tujuan Silla adalah untuk menghindari Chandra, kalian salah besar. Justru Silla melakukannya agar memiliki waktu luang untuk mengobrol dengan Chandra sebelum pelajaran tiba. Ditambah ini adalah hari senin, jadi sesuai firasatnya, Chandra akan tiba di kelas lebih cepat.
Setelah kemarin dia mempertimbangkan banyak hal di hari weekendnya, akhirnya perempuan itu mendapat keputusan juga. Selain itu, mungkin karena perasaannya resah sepanjang malam, dari sanalah dia mendapatkan keberanian untuk memiliki niat mengajak Chandra bicara lebih dulu.
Silla mewanti-wanti kehadiran Chandra. Jantungnya berdetak lebih cepat saat pendengarannya menangkap samar suara langkah kaki yang berbenturan nyaring dengan lantai. Semakin jelas jika suara tersebut mengarah ke kelasnya. Silla yakin dengan sangat jika langkah sepatu tersebut adalah milik Chandra. Karena konon katanya, saat kita jatuh cinta dengan seseorang, dari langkah kakinya saja kita sudah bisa mengenali orang tersebut.
"Santai, lo cuma perlu nyapa Chandra terus minta maaf. Gak usah grogi gitulah, Sila," ujarnya memberi semangat untuk diri sendiri. Beberapa kali tarikan napas panjang dia lakukan untuk menormalkan detak jantungnya yang tak karuan.
Tap ... tap ... tap....
Silla meneguk salivanya kasar. Saat siluet hitam seseorang mulai memasuki kelasnya dengan aura yang dingin, jantung Silla berdetak ribuan kali lebih cepat. Sosok Chandra berjalan dengan santainya memasuki kelas. Hingga saat menangkap sosok Silla di depannya, Chandra langsung menghentikan langkah.
Keduanya sama-sama bungkam. Silla yang tak karuan di tempatnya dengan detak jantung yang tidak stabil. Sedangkan Chandra berdiri tegap dengan ekspresi datar yang tenang.
Silla menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kemudian memberanikan diri untuk menatap wajah Chandra yang dingin itu. Menarik napasnya yang tersendat. Keberanian yang semulanya menggebu itu seolah hilang begitu saja. "Chan...."
Lelaki itu menatap lurus ke depan. Meskipun Silla berada tepat di depannya, tetapi Chandra bersikap seolah tidak ada siapa pun di sana.
"Chan ... maafin gua. Bukannya gua gak mau bilang tentang orang yang gua suka, tapi-" Ucapan Silla terpotong saat Chandra langsung menyanggahnya. Tatapan mata yang tajam itu seolah mampu menghunus Silla dengan dalamnya.
"Emang pernah kita main rahasia?" telak Chandra dengan intonasi yang menusuk. Lelaki itu masih belum menatap Silla yang ada di hadapannya.
Silla menggeleng lemah. Iya, karena memang sebelumnya Silla selalu bercerita tentang apa pun kepada Chandra. Karena sudah ditegaskan berkali-kali juga, bahwa Silla adalah tipikal orang yang suka bercerita. "Enggak, Chan...."
"Terus kenapa lo sembunyiin dari gua?" tanya Chandra lagi. Dia masih saja menuntut Silla dengan pertanyaan yang sama. Mungkin kekesalannya masih belum mereda mengingat kejadian kemarin lusa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral 293 [sudah terbit]
Romansa[CERITA INI DIIKUTSERTAKAN DALAM WRITING MARATHON YANG DILAKSANAKAN OLEH CAKRA MEDIA PUBLISHER] Sejak aku menyadari perasaan ini tertuju untukmu, aku juga menyadari pada jarakmu yang cukup jauh. Di saat mata ini tak lagi melihatmu dengan tatapan bi...