Astrophile 38: Sudah Seharusnya Berhenti
Sudah berapa lama aku membuatmu tersiksa karena perasaan ini? Sudah terlalu lama ya aku membuatmu menunggu? Padahal mungkin kamu sudah tak sabar ingin mendengar bahwa aku akan berhenti berjuang untukmu. Maaf, tidak bisa aku terburu-buru mengatakan itu meskipun kamu ingin sekali mendengarnya.
Aku masih ingin membersamai cinta sebelah pihak ini. Aku masih ingin memadu kisah denganmu sedikit lebih lama lagi. Setidaknya, jika aku tidak bisa hidup denganmu, maka biarkan aku hidup dengan kenangan yang kamu tinggalkan di aku.
****
Silla mendatangi Athala yang sedang terduduk santai sembari bermain ponsel di teras depan rumahnya. Dengan wajah lusuh nan tak bersemangat, perempuan itu terus menghela napas berkali-kali. Dia mendaratkan dirinya yang letih di samping Athala tanpa meminta izin terlebih dulu pada sang empu.
Saat di sekolah tadi, tepat setelah dirinya dan Chandra terlibat perdebatan kecil. Dua insan itu benar-benar memutuskan komunikasi satu sama lain. Tak ada yang menyapa lebih dulu. Kedua insan itu layaknya orang asing yang saling memalingkan wajah satu sama lain.
Athala menoleh ke arah perempuan yang ada di sampingnya. Jika sudah memasang wajah khas dengan kedua bahu menurun lelah, serta desahan napas yang kasar, bisa dipastikan jika dia tengah terlibat sesuatu dengan Chandra. Mengapa Chandra? Karena memang Athala selalu belajar dari hal-hal sebelumnya. Tak ada seseorang yang mampu membuat Silla seperti ini, terkecuali Chandra.
"Kenapa lagi lo sama Chandra? Berantem?Bukannya baru baikan? Tadi ngobrol sambil ketawa-ketawa tuh di kelas," lontar Chandra langsung membahas pada intinya saja.
"Iya, gak lama setelah itu malah ada hal yang gak terduga. Langsung berubah suasananya gara-gara bahas perasaan," balas Silla dengan wajah yang masih murung.
Perempuan itu menyenderkan kepalanya ke bahu lebar Athala. Dia benar-benar tak memiliki semangat sama sekali. Energinya tak ada yang tersisa sedikit pun. Lelah, rasanya Silla tak mampu lagi menapak.
Athala tanpa protes membiarkan Silla menaruh kepalanya di pundak. Helaan napas yang kasar juga dia dengar berkali-kali. Lama-kelamaan, suara sesenggukan terdengar dengan samar. Athala menebak jika perempuan itu tengah menangis saat ini. Lelaki itu mengulurkan tangannya untuk mengusap pelan punggung Silla setelah menaruh ponselnya di saku.
"Sil, coba bilang, kenapa tadi sama Chandra? Ribut soal apa lagi?" tanya Athala mencoba membuat Silla agar berbagi cerita dengannya.
Silla menyedot ingusnya lebih dulu. Perempuan itu seolah enggan mengangkat kepalanya dari bahu Athala. "Chandra bilang kalau dia capek sama perasaan gua, Ath. Chandra nyuruh juga buat udahan suka sama dia."
"Serius? Terus apa lagi katanya?" desak Athala ingin tahu detail apa yang terjadi antara Silla dan Chandra ketika di sekolah tadi. Lelaki itu berusaha menatap wajah Silla, ingin tahu kondisi wajahnya saat ini. Tapi, tak berhasil karena posisinya yang tak mendukung untuk itu.
"Katanya, apa lagi yang bisa diharapin darinya sedangkan gua tau kalau cinta pertama dan terakhirnya Chandra itu si dia," lirih Silla dengan air mata yang kembali menetes dengan teratur.
Entah ini sudah kali ke berapa Silla mengeluhkan perihal hubungannya dengan Chandra. Athala memang memilih tetap diam dan tak protes sama sekali kepada Chandra karena telah membuat sepupunya menangis. Tapi jujur, dalam hatinya, dia juga tak tega melihat Silla yang terus-menerus menangisi Chandra. Menangisi seseorang yang bahkan tak melihat perasaannya.
Athala bukannya tak ingin angkat bicara, tapi dia tidak ingin ikut campur ke dalam hubungan mereka berdua. Dia rasa tak memiliki hak untuk itu. Jadi, Athala hanya mampu bekerja di balik layar saja. Memberikan arahan yang baik setidaknya agar Silla merasa sedikit lebih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral 293 [sudah terbit]
Romance[CERITA INI DIIKUTSERTAKAN DALAM WRITING MARATHON YANG DILAKSANAKAN OLEH CAKRA MEDIA PUBLISHER] Sejak aku menyadari perasaan ini tertuju untukmu, aku juga menyadari pada jarakmu yang cukup jauh. Di saat mata ini tak lagi melihatmu dengan tatapan bi...